TMD // 10

3 0 0
                                    

*Vote and Comment Please*

*Happy Reading  !*


Awalnya, Tristan mengira bahwa pertemuannya dengan Miranda, bisa membantu dirinya yang sedang berjuang mencari seorang gadis kecil bernama Candeline. Namun, seiring berjalannya waktu, Tristan tidak bisa memungkiri rasa kekaguman yang ia nilai terhadap kepribadian Miranda berubah menjadi benih-benih cinta.

Malam itu ..
Beberapa meter dari rumah keluarga Ratih tampak sebuah mobil berwarna hitam. Tristan menatap rumah sederhana itu dengan sendu. Wajahnya yang selama ini selalu menarik perhatian banyak orang, kini menampilkan seulas ekspresi. Ekspresi seperti menahan rasa sakit yang amat sangat.

"Apa kau sangat membenciku sehingga tidak mau melihatku sedikit pun, Miranda ?"

Tristan tertegun begitu merasakan setitik air jatuh di punggung tangannya. Apa itu air matanya ? Tristan menyentuh matanya. Benar saja, mata itu basah.

Sepertinya mata hati Miranda sudah tertutup untuk sekedar memghargainya. Miranda tidak akan pernah memaafkan Tristan.

"Aarrgghh !!!"

Tristan berteriak frustasi. Tatapannya memukul setir mobilnya. Napasnya memburu. Amarahnya berkumpul di ubun-ubun, membuncah dan hampir membuatnya kehilangan kendali.

"Aku mencintaimu, Miranda."

Seandainya saja Miranda mendengar kalimat itu tapi sayangnya wanita itu tidak mendengarnya.

.
.
.

Memang sulit ketika ingin memulai aktifitas dengan hati yang masih terasa perihnya. Ada rasa takut dan trauma. Inilah alasan kenapa Miranda memilih untuk menghindar dari rasa cinta yang timbul seenaknya.

C.I.N.T.A
Mengapa lima huruf itu yang membuat otak Miranda mati rasa ?

Tapi bagaimana pun, Miranda harus melewati kepedihan ini. Biarkan ia berdiri melawan waktu untuk melupakan semua kenangan-kenangan manis yang pernah ia lalui bersama Tristan. Seketika lantunan harapan muncul ketika ia ingat perkenalannya dengan wanita bernama Farah yang berstatuskan calon istrinya Tristan. "Semoga kau dan Farah hidup bahagia."

Tetesan air mata jatuh begitu saja di wajah Miranda. Perasaan sesak masih mendominasi hatinya saat itu. Buru-buru ia menyeka air matanya sebelum ia memulai pekerjaannya di toko. Tentu Miranda harus terlihat lebih segar, manis dan ramah kepada setiap pengunjung. Miranda tidak ingin orang lain mencurigai hal-hal yang aneh dari dirinya. Tak hanya itu, Miranda juga memantapkan hatinya agar ia bisa melupakan Tristan.

Pengunjung pertama datang. Miranda menyambut ramah si pengunjung di balik meja kasir meskipun si pengunjung itu sibuk dengan pembicaraan dengan seseorang via suara di seberang sana.

"Maksudku, aku mau lihat hasil test DNA anak kecil itu. Kau pasti bisa melakukan hal itu kan ?"

"....."

"Rencananya, aku ingin mengunjungi salah satu sekolah taman kanak-kanak untuk meminta data semua murid disana."

"....."

"Taman Kanak-Kanak Sinar Mentari."

Deg !!
Jantung Miranda tiba-tiba berdebar begitu ia mendengar sekolah Candy disebutkan dalam pembicaraan pengunjung yang masih bicara sambil melihat-lihat berbagai produk yang terjejer rapi dalam rak toko. Ada apa sebenarnya ? Miranda menghela nafas sejenak, berharap semua baik-baik saja. Entah kenapa Miranda jadi memikirkan Candy.

TRULY MADLY DEEPLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang