TMD// 14

3 0 0
                                    

*Vote and Comment Please*

Happy Reading !

Wanita itu mengajak Miranda makan siang bersama setelah ia mendapatkan ijin dari manager toko, tempat Miranda bekerja. Jarak tempat yang mereka tuju dekat dengan toko Miranda. Namun, tempat makan tersebut bisa dikatakan tempat makan yang memiliki nilai harga makanan yang cukup tinggi.

Daisy, wanita tua cantik dan anggun duduk di salah meja bersama Miranda. Mereka duduk saling berhadapan. Seorang pramusaji datang membawa buku menu. Tentu Daisy memilih makanan yang sesuai keinginannya sedangkan Miranda yang masih risih dengan kehadiran wanita yang tidak dikenalnya, memilih makanan dengan harga paling murah. Bagaimanapun, dia tidak ingin merepotkan wanita itu.

Pramusaji meninggalkan kedua wanita itu setelah mencatat pesanan mereka. Kini, tinggal mereka berdua saja. Daisy tersenyum menatap wajah wanita muda di hadapannya yang tampak gelisah. Sementara Miranda hanya membalas dengan senyuman ala kadarnya. Dia sama sekali tidak tahu , tidak mengenali wanita itu. Dia hanya ingat akan wajah wanita itu yang pernah ia lihat di tempat pemakaman beberapa hari yang lalu. Wanita itu datang ke tempat pemakaman bersama Tristan.

Apakah benar wanita ini adalah ibu Tristan ? tebak Miranda tidak yakin.

"Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu lagi, Miranda." ucap Daisy memecahkan keheningan di antara mereka berdua. "Apa kabar ?"

Miranda menilai bahwa wanita ini memiliki sifat yang baik.

"Kabar saya baik, Bu." jawab Miranda setenang mungkin.

"Mungkin kau merasa aneh atau bingung bagaimana saya bisa mengenalmu." Daisy mengulurkan tangannya ke arah Miranda. "Perkenalkan, nama saya Daisy .... Ibu Tristan."

Jantung Miranda berpacu lebih cepat. Apa yang sedari tadi ia pikirkan adalah benar. Wanita tua itu pasti ibunya Tristan. Benar-benar tidak disangka.

"Tristan sering menceritakan tentangmu."

 Miranda belum bisa berpikir jernih karena yang dikatakan Daisy barusan membuatnya sedikit tidak percaya.

"Begitu ya Bu." senyum Miranda canggung. "Padahal saya dan Tristan tidak terlalu dekat. Kami juga tidak terlalu sering bertemu. Terlebih lagi, Tristan adalah pria yang baik."

"Apa kau mencintainya ?"

Miranda cukup terkejut oleh sebuah pertanyaan yang di lontarkan Daisy. Haruskah ia mengatakan yang sebenarnya ?

"Saya tidak yakin akan hal itu." jawab Miranda. Ia benar-benar belum siap untuk mengatakan terus terang. "Kalaupun saya mencintainya, mungkin hubungan kami tidak akan bertahan lama. Karena saya ... memiliki seorang anak." Miranda sungguh tidak bisa untuk berkata jujur. Ia yakin, wanita itu sudah pasti mendengar banyak hal tentangnya dari Tristan. Dan ia bisa membayangkan bagaimana Daisy tidak menerima melihat anaknya menjalin hubungan dengan wanita sepertinya.

.
.
.

Suasana makan malam sangat hangat yang menaungi seorang ibu dan anak yang duduk di meja makan sambil menikmati makanan yang sudah disediakan. Mereka saling menikmati makanan yang mereka makan tanpa kehadiran seorang kepala keluarga di tengah-tengah mereka.

Daisy meneguk minuman. Matanya memperhatikan Tristan yang menikmati makan sambil memainkan smartphone. Ia tahu, akhir-akhir putranya memang sibuk bekerja. Tidak jarang Tristan pulang larut. Tidak hanya sibuk dengan pekerjaannya tetapi Tristan juga sibuk mencari informasi mengenai anak kandung dari mendiang Arjuna seperti yang pernah Tristan jelaskan sebelumnya.

"Tristan, apa kau ingat dengan wanita yang kita temui di tempat pemakaman waktu itu ?" tanya Daisy yang berusaha memulai pembicaraan dengan anaknya.

TRULY MADLY DEEPLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang