» 4 «

475 105 6
                                    

Sangyeon mulai menyudahi acara mengocehny dengan tanda helaan nafas tak berujung ketenangan emosi. Masih tersisa rasa kesal pada pemuda pemuda asing yang dengan seenak hati menghabiskan persediaan makananan di lemari pendingin dan melakukan perang bantal di sofa futuristik tanpa memperdulikan kerusakan alam sekitar.

Masa bodo dengan title 'orang asing' Sangyeon akan tetap mengomel jika melihat anak buanya berbuat onar. Meski secara teknis, Boyzach tidak masuk ke dalam daftar antek-antek Sangyeon.

"Kita harus cari cara buat keluar dari sini! Bukannya malah enak-enakan mainin fasilitasnya!" ia menegaskan sekali lagi pada segerombol pemuda yang minoritas mencibir. Berada di dunia game penuh kecanggihan bukan kejadian yang dapat diulang seratus kali. Hanya sekali seumur hidup, harus dinikmati, tentu saja. Tapi sebagian mereka ingin segera keluar dari sini karena rindu dengan keluarga dan dunia fana.

Hyunjoon memalingkan wajahnya dan lebih memilih melahap potongan terakhir stoberi di tangan Haknyeon. Yang tidak direlakan oleh pemiliknya dan pemuda Ju memukul paha Hyunjoon dengan keras.

Butuh beberapa detik untuk berdamai dari peperangan kecil. Jacob menghela nafas panjang melihat tingkah kekanak kanakan di tengah situasi genting ini. Boyzach butuh pelajaran khusus tentang betapa pentingnya menempatkan diri dimana tempatmu berada.

Setelah banyak bercerocos dan mengeluarkan aturan tidak tertulis mengenai apa saja yang boleh dan tidak boleh di tempat ini, Sangyeon baru duduk di tempatnya dan menggerakkan banyak tulang berbunyi nyaring. Terasa lelah mengomeli mereka seperti seorang ayah yang mengurus banyak anak.

Kini Younghoon yang maju ke depan untuk menjelaskan konsep permainan yang rencananya akan mulai dimainkan esok hari setelah berlatih secara dadakan selama beberapa jam.

"Kita butuh enam controller dan avatar disini." Younghoon menekan sebuah layar yang barusan ia dapat. Mengeluarkan sebuah gambar dua belas kotak yang dibagi dua oleh sebuah garis. Enam kotak berwarna merah dan lainnya berwarna biru. "Nevelaz yang megang kendali. Gak mungkin kalian bisa ngontrol game ini." kalimat akhir ditambahi bumbu mengejek.

Mengundang teriakan tak terima dari Hyunjae yang bangkit dari duduknya. "Jangan ngeremehin ya, bangsat!"

"Lah emang iya. Kita mah gak bisa apa apa, kak Jeje aja gak pernah main game. Palingan cuma Pou sama Talking Tom."

"Bukan, sekarang dia main Talking Angela."

"Changmin, Chanhee. Awas ya lo upin ipin, gue pukul satu satu."

Younghoon merotasikan bola mata malas mendengar adu argumen itu. Ia kembali fokus pada layar layar yang sekarang menampilkan berbagai macam senjata sebagai persiapan mereka berperang.

Di level pertama hanya akan dibekali alat sederhana, seperti pedang, panah, pistol, tombak, dan beberapa granat. Melawan Lord Zachiller dengan tingkat kesulitan yang rendah tentunya akan mudah.

Tapi tidak dengan Boyzach yang menghadapi kenyataan pertama bahwa mereka akan membunuh, dan siap untuk dibunuh. Walau Sunwoo berkata mereka akan baik-baik saja, tetap tidak bisa tenang dan terus berpikir buruk apa yang akan terjadi esok.

Pikiran Boyzach baru jernih saat Sangyeon mengingatkan kenapa dan apa yang harus dilakukan disini. Awalnya saja menikmati kecanggihan Olysthern, tapi akhirnya mereka harus tetap berperang mau tak mau untuk keluar dari sini. Ditambah batas waktu yang tersedia hanya 50 hari, dihitung mulai besok.


Sangyeon mengkhawatirkan jumlah sebelas anak buahnya, satu ditambah dia sendiri. Jumlah yang dibilang sedikit untuk melawan pasukan Lord Zachiller yang lebih dari seratus mendengar informasi dari Sunwoo. Pemuda berkulit tan pernah memainkannya, hanya saja tak pernah sampai membunuh habis musuh. Sunwoo memilih jalan pintas dengan menyelinap masuk ke dalam markas rajanya untuk menyelesaikan level dalam waktu singkat.

The GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang