Chap 18 *special Markhyuck

4.5K 505 63
                                    

Haechan berjalan menuju mobilnya yang terpakir di basement, ia tampaknya tidak sadar bahwa tangannya masih bertaut nyaman dengan tangan Mark.

"Haerogaz Chandra Tarakindo ssi!"

Haechan tersentak dan langsung melepaskan tangannya, sial karena terlalu banyak memikirkan Jeno dan Jaemin sampai lupa dengan pria yang ia tarik ini.

"Ah maaf Mark ssi, aku lupa sedang bersama mu." Ucap Haechan ramah walau dalam hati sedang sangat malu.

Mark mendengus, kemudian berjalan menjauhi Haechan, dia mau pulang saja, sudah lelah di pesta perusahaan tadi, di tambah dengan dengan fakta bahwa Jaemin sebenarnya sudah menikah dengan orang hebat, lalu di tarik tarik seseorang yang sempat membuatnya kesal di kantin beberapa bulan yang lalu, mood Mark benar benar hancur.

Haechan menghendikkan bahunya melihat tingkah Mark. Masa bodolah, siapa memangnya pria itu, sombong sekali terhadap dirinya yang sudah berusaha ramah.

Haechan membuka mobilnya berniat membawa besi mewah putih itu kembali ke apartemennya, ia mengendarai mobilnya santai dengan lagu Dive into you mengalun dari radio. Haechan menatap penasaran kearah seseorang yang sedang duduk menunggu di halte dekat sana. Ya, sudah jelas itu Mark.

Hati Haechan bimbang, disatu sisi ia merasa tidak perlu perduli dengan Mark, disini lain ia merasa kasihan dengan pemuda itu harus menunggu bus di tengah malam begini.

Haechan mendecak, lalu melajukan mobilnya berhenti tepat di depan Mark. Jangan salah paham, ia melakukan ini karna rasa kemanusiaan, bagaimana pun juga ia ikut serta membawa Mark ikut ke apartemen Jeno tadi, tentu ia harus memulangkannya kembali kan?

Jangan tanya Haechan kenapa Mark bisa ikut diajak, akan kasihan sekali bila tadi Mark ditinggalkan dengan sejuta kebingungan di toilet gedung.

Haechan menurun kaca mobilnya kemudian menghendik kearah Mark.

"Hei masuk lah, kau akan mati kedinginan bila menunggu bus di malam musim gugur. Aku akan mengantar mu pulang." Ucap Haechan. Mark tak bergeming, seolah menganggap Haechan hanyalah angin biasa.

Kening Haechan terbentuk sudut imaginer tanda amarah, dengan kesal ia turun dari mobil berniat menarik paksa lagi Mark untuk masuk ke mobilnya.

Mark beranjak, ia berjalan santai kearah penumpang di mobil Haechan, ia kemudian duduk disana meninggalkan Haechan yang terdiam memaku di luar mobil. Sangat shock dengan tingkah Mark.

"Ayo, kau bilang mau mengantar ku pulang kan?" Mark menggerakan wajahnya agar bisa dilihat Haechan dari dalam mobil.

"Hahahahaha, anak anjing." Umpat Haechan, ia segera masuk kembali kedalam mobil dan mengunci pintunya, dengan kesal ia menarik kuat rambut Mark hingga pemuda Canada itu mengaduh kesakitan.

"Ahk! Lepas! Ya! Kau gila?!?!" Mark berusaha menarik tangan Haechan menjauh dari rambutnya kemudian mengunci tangan itu diatas pahanya.

"Kau yang gila! Menyebalkan, lepaskan tangan ku, KAU BAU AZAB!" Tanpa Haechan sadari ia berteriak sangat keras di depan wajah Mark membuat pemuda itu kaget setengah mampus dan sedikit takut lalu melepaskan tangan Haechan.

"Ah, ya... ya kau tidak perlu membentak ku sebegitunya, dan apalagi itu bau azab?" Mark memilih merapikan posisi duduknya, takut takut bila Haechan membentak dan menjambaknya lagi.

"Huh kau tidak perlu tau." Haechan melajukan mobilnya, ia lelah dengan Mark, tau begini dia tidak usah sok baik mengantarkan Mark.

"Ck terserah, rumah ku di apartemen XXX, antar aku kesana." Ucap Mark.

Haechan mendengus, ternyata pemuda sok iya ini 1 apartemen dengannya. Malas melanjutkan percakapan Haechan memilih mengangguk saja. Sedikit bersyukur ia tidak perlu jauh jauh mengantar Mark.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setelah II Garis BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang