Chap 3

5K 905 155
                                    

"Mang Dadang, bakso spesial sama teh manis angetnya 2 ya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mang Dadang, bakso spesial sama teh manis angetnya 2 ya"

Jeno mendudukan tubuhnya dikursi kayu yang berada di pinggir jalan itu bersama Haechan. Awalnya mereka memang ingin makan seblak seperti janji Jeno, hanya saja warung incaran mereka sedang tutup, jadilah mereka pergi ke warung bakso langganan Jeno sejak SMA.

"Eh, dek Bima, bentar ya. Dimakan dulu satenya yang dimeja, dek." ucap mang Dadang, Jeno mengiyakan ucapan tersebut dan segera memakan sate kerang yang dimaksud.

"Beuh, enak bener bumbunya." Lenguh Haechan ketika satu suapan sate masuk kedalam mulut mungilnya.

"Kau menyukainya? Ambil saja yang banyak mumpung aku mentraktir." ucap Jeno.

"Nih dek Bim, bakso spesial dan teh manis anget. Pesanannya gak berubah ya dari dulu, makannya juga selalu sama dek Dara. Ehh omong omong dek Dara gemukan dikit ya, kulitnya juga makin cantik aja, ngga kayak dulu pucet banget kayak orang Korea aja." Mang Dadang meletakkan dua mangkok berisi bakso dan dua gelas teh manis dihadapan Jeno Haechan.

"Saya bukan Dara, mang. Saya mah Chandra." Haechan Tersenyum kikuk, agak merasa tidak nyaman ketika dirinya dianggap orang lain oleh orang tidak dikenal.

"Oh? Pacar baru ya dek? Kirain masih sama dek Dara. Romantis banget sih merekanya dulu. Maaf ya dek Chandra." 

Jeno hanya tersenyum maklum setelah mang Dadang beranjak dari meja mereka.

"Apa perasaan mu tidak sakit?" Haechan bertanya seraya menyuapkan bakso kecil kedalam mulutnya.

"Kenapa harus sakit?"

"Rekaman kisah cinta mu dan Jaemin masih tersimpan apik disini. Kau sama saja membongkar kenangan menyakitkan itu." Haechan menatap Jeno, ia penasaran dengan ekspresi Jeno. Namun sepertinya ekspetasinya salah. Ia pikir Jeno akan memasang raut sedih, ternyata malah sebaliknya.

"Kau salah Haechan, tidak ada satupun kenangan ku dengan Jaemin yang menyakitkan, sekalipun itu ketika ayahnya mengahajar ku habis habisan di UKS ketika Jaemin ketauan hamil dan dikeluarkan dari sekolah. Sekalipun ketika aku menerima fakta anak kami hampir diberikan pada pamannya Jaemin, atau ketika mereka pergi meninggalkan ku. Aku menyukai semua itu karena ada Jaemin disisi ku."

Jeno melanjutkan makannya, raut wajahnya tidak menunjukan kesedihan sedikit pun. Namun Haechan tahu, mata tidak bisa berbohong. Bukan 1 2 tahun Haechan mengenal Jeno, Hampir 7 tahun mereka saling mengenal dan menjadi sahabat. Haechan tau bagaimana watak sahabatnya itu, keras kepala dan tidak ingin dikasihani.

"Bucin." Gumam Haechan, dan Jeno menertawai ucapan itu.

" Gumam Haechan, dan Jeno menertawai ucapan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah II Garis BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang