2 bulan kemudian, hari keberangkatan
Jeno meletakan karangan bunga tersebut diatas makam ayah dan ibunya. Matanya menatap lekat nisan bertuliskan nama orang tuanya. Ia menunduk kecil kemudian mengusap kedua nisan itu dan berlalu pergi.
Nanti malam adalah waktu keberangkatan Jeno ke Korea, walau hanya pergi sementara Jeno perlu pamit ke orangtua dan kakaknya.
Jeno menjalankan mobilnya pergi ke arah rumah kakaknya, 1 1nya keluarga yang tersisa, orang yang paling Jeno sayangi setelah Mama dan Jaeminnya.
Mobil Range Rover hitam itu dengan gagah membelah jalanan ramai kota Jakarta dengan Jeno sebagai pengemudinya. Sesekali Jeno bersenandung menikmati sorenya, dia berharap nanti malam perjalanannya akan lancar dan dia bisa secepatnya bertemu Jaemin.
Jeno memakirkan mobilnya di depan sebuah rumah sederhana, ia turun dengan santai dan mengetuk pintu rumah tersebut.
cklek
"Om Bima!" Jeno disambut oleh gadis mungil yang kini memeluk kaki Jeno dengan erat.
"Hai princess Lila, how are you?" Jeno mengusap kepala si cantik itu.
"Im really fine! Om Bima sehat? Om Bima mau ngobrol sama mama?" Lila kembali bertanya, tangannya masih setia memeluk kaki Jeno, bahkan kini dia sudah menggelantungkan diri di kaki jenjang itu.
"Iya, om mau ngomong sama teteh. Ayo masuk hahahahaha mau sampai kapan kau menggelantungi kaki om hm?" Jeno tersenyum manis hingga matanya menyipit bak bulan sabit, hal itu membuat Lila terkekeh senang.
"Ganteng! Om Bima ganteng kalau senyum! matanya cantik hehehe."
"Loh Bim? Mau mampir buat pamitan kah?" Tetehnya Jeno, Dewi berdiri di depan Jeno kemudian menggendong Lila menjauh membuat gadis mungil itu mencebik sebal.
"Iya teh, sekalian minta restu." Ucap Jeno sambil berjalan masuk.
Jeno menjatuhkan tubuhnya diatas sofa lembut itu, ia membiarkan Lila menaiki pahanya dan duduk disana, dengan gemas Jeno memainkan rambut halus Lila.
Dewi meletakan secangkir kopi hitam pekat dihadapan Jeno lalu duduk di sebelahnya.
"Apa maksud mu dengan meminta restu?" Dewi memulai percakapan.
Jeno menyeruput kopinya pelan kemudian menatap Dewi.
"Jelas untuk membawa Nadara kembali." Jawab Jeno santai.
"Kau?! Dasar anak gila ini!" Dewi refleks memukul bahu Jeno keras membuat Jeno dan Lila tersentak kaget.
"Teh?!"
"Mama?!"
"Lila masuk kamar sekarang, mama kau bicara penting dengan om Jeno—"
Lila menarik napas berniat mengajukan penolakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah II Garis Biru
Fanfictionbahkan setelah melalui kesalahan yang membuat kita terpisah sejauh ini tidak menyurutkan cinta ku padamu dan anak kita. . . . . . cerita ini terinspirasi dari film 2 garis biru, dan saya berniat menulis kisah lanjutan mereka dengan cast BxB Jeno Jae...