Chap 16

3.5K 582 74
                                    

Jaemin membuka matanya perlahan, ia bisa melihat pemadangan pagi kota Seoul langsung dari kaca yang terbuka lebar dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin membuka matanya perlahan, ia bisa melihat pemadangan pagi kota Seoul langsung dari kaca yang terbuka lebar dihadapannya.

Jaemin menggaruk garuk pipinya, belum sepenuhnya sadar ia berada dimana. Jaemin melirik kearah bajunya dan terkejut setengah mampus. Ia hanya memakai piyama tanpa bawahan saat ini, bahkan piyama yang ia pakai sangat kebesaran ditubuh rampingnya.

Jaemin mencoba menyentuh bagian belakangnya dan menghela napas lega, celana dalamnya masih terpakai dan tidak ada rasa perih sama sekali.

Pemuda manis itu memandang seluruh interior kamar yang tadi malam ia tiduri, Jaemin berdecak kagum melihat kemewahannya. Jaemin itu termasuk golongan orang yang mampu, namun melihat kekayaan Jeno yang sekarang Jaemin serasa miskin sekali. Jenonya sudah sukses sekarang.

Jaemin turun dari kasur nyaman itu dan pergi ke kamar mandi, berniat sekedar mencuci mukanya dan mencari pakaian yang kemarin malam ia pakai.

Wajah Jaemin memanas, ia baru sadar ternyata tadi malam ia ketiduran diatas pangkuan Jeno, berarti tadi malam ia tidak bermimpi ketika Jeno menggendongnya dengan berhati hati dan menurunkannya diatas ranjang. Jaemin masih setengah sadar malam itu.

Tidak mau pikirannya semakin kotor Jaemin buru buru menutup wajahnya dengan membasahi wajah cantik itu. Namun bukannya menghilang pemikiran Jaemin semakin menjadi jadi, Jaemin teringat tadi malam ia belum tidur sepenuhnya dan Jenolah yang mengganti bajunya. Berarti tadi malam Jeno melihatnya hampir telanjang.

Jaemin membasuh wajahnya kasar dan buru buru keluar dari kamar mandi. Jaemin melirik kesana kemari mencoba mencari pakaiannya namun nihil, ia pun membuka lemari Jeno mencoba mencari celana yang sekiranya muat di tubuhnya, namun semuanya kebesaran.

Jaemin menghela napas kasar, ia melirik kearah kaca yang ada di lemari itu, piyamanya tidak buruk, bisa menutupi seperempat pahanya setidaknya. Jaemin putuskan untuk tetap memakai piyama itu dan bertanya ke Jeno dimana bajunya.

Jaemin keluar dari kamarnya mencoba mencari keberadaan Jeno, sesekali ia menarik kerah piyamanya yang melorot dan menampilkan bahu mulusnya yang pink cerah.

Jaemin tertegun, ia melihat Jeno ini tertawa senang sembari menyuapi sosis goreng ke Jisung. kedua pemudanya tampak sangat kompak dan bahagia.

"Buna !" Jisung menunjuk Jaemin ketika ia sadar bunanya sudah berada di ruangan itu.

Jeno mengalihkan wajahnya menatap Jaemin dari atas hingga ke bawah, menatap Jaemin cukup membuat tubuhnya kepanasan.

"Pagi Nana, duduklah aku sudah memasak untuk kalian." Jaemin mengangguk kemudian duduk di meja makan depan Jisung.

Jeno kembali ia meletakan sepiring nasi goreng dengan potongan sosis diatasnya lalu menyodorkan Jaemin segelas jus Jeruk.
"Jus kesukaan mu." Gumam Jeno membuat Jaemin tersenyum senang.

Jaemin menyendokan nasi goreng itu kemulutnya dengan bahagia, rasanya tidak berubah, masih sama persis dengan masakan Jeno dulu ketika menjaga ia saat mengidam.

"Kau selalu menyukai nasi goreng ku." Ucap Jeno, Jaemin hanya tersenyum dan mengangguk, ia tidak berniat menolak ucapan Jeno.

"Buna buna.." Panggil Jisung.

"Kenapa?"

"Buna mau nda jalan sama Jisung sama dadda ke festival kembang api?" Jisung meraih kelingking Jaemin dan menggenggamnya, kebiasaan lucunya saat meminta sesuatu.

"Dadda?" Jaemin menaikan alisnya bingung.

Jeno mengusap kepala Jisung. "Aku menyuruhnya memanggil ku begitu, aku ayahnya masa di panggil ahjussi terus." Jawab Jeno.

Jaemin mengangguk, ia tidak bisa menolak permintaan Jisung, apalagi dia juga ingin menghabiskan waktu dengan Jeno. Ia masih merindukan pemuda itu.

"Buna mau !?" Tanya Jisung memastikan.

"Tentu, ayo pergi."

"Yeeii !" Jisung turun dari bangkunya dan melompat lompat girang, keinginannya pergi ke festival kembang api dengan keluarganya bisa terlaksana juga.

Jeno tertawa senang, ia bahagia sekali malaikat kecilnya sebersemangat itu.

"Jeno?"

"Ya Na?"

"Baju ku?"

"Ada di mesin cuci, aku sudah meminta teman ku untuk membelikan mu baju baru, sebentar lagi ia akan sampai tunggu saja."

Jaemin tidak percaya ini, Jeno yang dulu untuk membeli pulpen seharga 2000 saja kewalahan bahkan meminjam minjam ke dia, kini sudah berbalik, ia hanya perlu menyuruh orang dan semua yang ia mau akan terbeli.

Jeno sudah bekerja sangat keras hingga sesukses ini.

"Nana? Kenapa menangis?" Jeno mendekati Jaemin begitu pula dengan Jisung. Si kecil ini dengan sigap naik kepangkuan Jaemin dan memegang kedua pipi Jaemin.

"Buna kenapa?"

"im okey" Jaemin mengusap air mata di wajahnya, ia membiarkan Jeno mengelus elus kepalanya. "You did really well Jeno.. and im so proud of you. Maaf aku tidak ada disebelah mu disaat kau mencoba untuk sukses." Jaemin mendengak menatap Jeno dengan wajahnya yang masih penuh dengan air matanya.

Jeno terkekeh kecil kemudian mengecup jidat Jaemin. "Tidak masalah Na, justru aku senang karena tidak membawa mu dan Jisung dalam kesusahan ku. Kalian pantas mendapatkan aku yang sukses, bukan aku yg sampah seperti dulu."

"Buna jangan nangis" Jisung kembali berusaha mengusap pipi Jaemin dengan tangan mungilnya dan diangguki oleh si cantik itu.

"Permisi, Jeno ini pakaian yang kau minta, dan ini kartu mu." Haknyeon berdiri di depan pintu ia menyodorkan Jeno banyak totebag berisi pakaian bermerk mahal dan 1 kartu berwarna hitam.

Jaemin buru buru merapikan piyamanya yang sempat melorot, ia cepat cepat menghapus air matanya dan memalingkan wajah agar tidak dilihat oleh Haknyeon.

Sadar dengan pakaian Jaemin, Jeno langsung menutup mata Haknyeon dan mendorong pemuda itu menjauh dari ruang makan. "Jaga tatapan mu anak muda, jangan lihat tubuh istri ku." Jeno menarik Haknyeon menjauh.

Wajah Jaemin semakin memanas begitu mendengar Jeno menyebutnya istri. Ah dia bisa gila lama lama begini, Jeno dan mulut manisnya memang berbahaya. Pantas saja Jisung mudah di buat.

"Buna, wajah mu seperti tomat." Gumam Jisung kemudian menusuk pipi Jaemin dengan telunjuk mungilnya.

"Sembarangan."

noted

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

noted

eungh jaemin dan jeno sudah semakin kompak kawan kawan, apa ini pertanda akan tamat?? 😏

btw buat yg bingung kenapa Jaemin dsn dianggap istri Jeno, karna di film 2 garis biru Dara sama Bima kan udah sempat nikah, tapi gak cerai, cuma pisah aja si Bima stay di Indonesia Dara pergi ke Korea.

yok lanjut scrool. tapi vote dulu eta ! 😤😤

Setelah II Garis BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang