Ayah

5 0 0
                                    


Perawakan yang tinggi dengan postur tubuh yang tegap ditunjang dengan wajahnya yang tampan menjadikan ayahku adalah seorang pria yang patut di banggakan secara fisik. Tidak hanya secara fisik saja , ayah bisa dibanggakan dalam banyak hal. Bagi orang yang baru melihatnya, sekilas orang akan mengira beliau seorang yang pemarah karena suaranya memang ngebas. Ayah bekerja sebagai wiraswasta dalam bidang transportasi. Sehari-hari lingkungan tempatnya bekerja memang dalam linkungan yang keras dan hiruk pikuk. Mungkin karena itu jugalah akibatnya ayah juga keras dalam mendidik anak-anaknya khususnya anak perempuannya.

Pekerjaan ayah menuntutnya harus pergi subuh dan pulang sudah tengah malam saat kami anak-anaknya sudah tertidur pulas. Ada Kebiasaan ayah yang selalu dilakukan setiap subuh yaitu membangunkan kami anak-anaknya untuk sholat subuh. Ayah akan membangunkan  sampai kami benar-benar bangun dan bersiap mengambil whuduk, baru setelah itu Ia berangkat kerja. Ayah akan menggoyang-goyang dan memukul besi pinggiran tempat tidur jika kami belum juga bangun jika di panggil untuk sholat subuh. Jika sudah demikian kami tidak ada lagi yang malas-malasan bangun karena ayah akan marah. Didikan  ini menjadikan ku terbiasa untuk bangun subuh meskipun saat libur sekolah.

Ayah sangat menyayangi keluarganya khususnya anak-anaknya. Meskipun Dia jarang berkumpul dengan anaknya karena pekerjaannya yang selalu padat, jika ada waktu senggang beliau gunakan untuk berkumpul dengan keluarga. Ditengah kesibukannya, masih sempat melihat tugas sekolahku, dan menanyakan permasalahan yang ada di sekolah. Pernah suatu hari ayah melihat nilai tugas matematikaku rendah tentang pembagian, ayah menyuruh untuk mengambil lidi sapu lidi yang ada di rumah dan mengajarkanku cara pembagian menggunakan alat bantu lidi. Kala itu aku baru duduk di kelas tiga sekolah dasar.

Ayah juga selalu membawakan makanan yang enak-enak jika mendapatkan kelebihan rezeki. Kami sering makan tengah malam karena ayah pulang larut dan membawakan makanan untuk anak-anaknya. Kami yang sedang tidur pulas dibangunkan untuk menikmati makanan yang dibawa. Senang sekali rasanya saat itu karena makanan yang dibawakan jarang ditemukan dalam keseharian.

Dari ayah aku belajar bagaimana berbakti kepada orang tua kita. Beliau sangat menyayangi ibu nya, terlihat dari caranya memperlakukan nenek. Saat nenek mulai sakit-sakitan ayah memutuskan untuk merawat ibunya  bersamanya. Semua keperluan nenek selalu di penuhi ayah, hingga akhirnya nenek menghembuskan nafas terakhirnya dan aku yang tidak pernah melihat ayah bersedih baru saat itu melihat betapa ayah sangat bersedih .

Ayah juga mengajarkanku apa artinya tanggung jawab. Terpatri dalam ingatanku kenangan masa itu, saat ayah membawa kami kembali ke Pekanbaru setelah wafatnya ibuku. Setelah satu mingggu kepergian ibuku, ayah menyampaikan niatnya akan kembaki ke Pekanbaru bersama anak-anaknya kepada nenek dan kakek orang tua ibuku serta saudara ibu yang saat itu berada di kampung. Ada ide dari nenek dan adek-adek ibuku agar kami sebagian ikut mereka saja agar ayahku tidak terlalu terbebani mengurus kami yang masih kecil-kecil.

”Bakri ( panggilan ayahku), sebaiknya anak-anak yang masih kecil ini tinggal di kampung saja atau ikut tantenya,” usul nenek sambil mengusap-usap kepala adekku yang bungsu. Sejak ibuku sakit adek bungsuku dekat dengan nenek.

“ Iya, biar si kecil ikut dengan aku saja bang,” tanteku menyanggupi akan merawat adekku yang nomor lima.

“ Anak adalah amanah yang Allah Titipkan kepadaku, dan aku akan menjaga serta merawat amanah itu sebaik mungkin dan semampuku,” jawaban tegas ayah kala itu.

Meskipun nenek dan tante memberikan gambaran agar ayah tidak kesulitan jika mereka membantu merawat sebagian dari kami, ayah tetap teguh pada pendiriannya untuk merawat semua anak bersamanya. Ayah membuktikan semua ucapannya, tidak ada satupun dari kami yang diterlantarkan oleh ayah. Meskipun akhirnya ayah memutuskan untuk menikah lagi itu tidak menyebabkan kami jadi terabaikan, malahan kami jadi lebih terawat karena ibu pengganti kami sangat perhatian dan penyayang. Ayah tetap memperhatikan pendidikan kami anak-anaknya, hingga akhirnya akupun dapat menyelesaikan pendidikanku di perguruan tinggi.

Ayah juga sangat memperhatikan pergaulan putra-putrinya. Untuk anak putri, ayah sangat ketat bahkan cenderung berlebihan. Tetapi semua itu kusadari karena ayah sangat menyayangi kami para putrinya, dia tak ingin kami mendapatkan pengalaman buruk. Berkat didikannya yang ketat dan tegas, kami menjadi anak-anak yang mandiri dan bisa membanggakan orang tua.

Ada satu kebiasaan ayah yang kurang baik, dimana beliau paling hobi mengkonsumsi minuman berenergi, mulai yang bentuknya kemasan bubuk ataupun minuman sirup. Ditambah lagi pekerjaan yang sibuk, menyebabkan ayah selalu tidur tengah malam. Akibat hobinya tersebut ayah mengidap penyakit diabetes dan cukup lama ayah bertahan dengan penyakitnya. Hingga akhirnya ayah tidak sanggup lagi menahan karena penyakit diabetes yang di deritanya, menyebabkan komplikasi penyakit lainnya.

Ayah menghembuskan nafas terakhirnya pada delapan belas Januari dua ribu sebelas. Permintaan terakhir ayah adalah dia minta di kuburkan berdekatan dengan ibunya.  Akhirnya ayah dimakamkam persis berdampingan dengan makam ibunya. Ayah semoga engkau tenang di sana. Semua yang telah engkau berikan kepada kami anak-anakmu tiada akan pernah terbalaskan. Semoga engkau tenang di alam kubur dan surga tempat kembalimu. Aamiin.

Inspirator HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang