Bab 4

2.9K 79 2
                                    

Istirahat

Aku dan Claire berjalan masuk ke kantin, dan seperti biasa, ramainya minta ampun. "Claire, sisain bangku ya, gw mau beli makanan."

"Tumben gak bawa makanan. Biasanya lo kan bawa bekal?"

"Iya nih mama gw males masak, jadi gw disuruh jajan. Lo ga jajan?"

"Gantian sama lo Sheil, nanti diambil lagi tempat duduk kita."

"Eh iya, oke gue duluan ya." Katanya, lalu berjalan pergi. Aku duduk sendiri di meja, menunggu Sheila until kembali. Tiba-tiba Britney dan anggota geng 'Girls' dia datang menghampiriku.

Dengan gaya yang bossy dan menyiyir, dia menatap ke arahku. "Sendirian ya? Kasihan banget sih lo. Makanya jangan pelit dong." Dia tertawa, diikuti dengan teman-temannya.

"Eh, ngapain lo di sini! Kalau gak ada urusan yang penting, pergi aja sana!" aku balas, membela diri.

Tanpa berkata apapun, Britney langsung menampar pipiku dengan keras. "Sekarang lo berani ya sama gw."

Aku pun langsung menamparnya balik. "Iya emang kenapa? Lo siapanya gue sih? Ngapain gue takut sama lo?"

Tiba-tiba muncul seseorang yang mendorong kita berdua "Stop! Kenapa sih kalian berantem terus? Capek gue ngeliatinnya."

"Ya makanya gak usah ikut campur lah!" Bentakku dan Britney dengan kesal pada Marcell.

Di saat yang bersamaan, Sheila sudah datang sambil membawa semangkok mi ayam. Dia menghampiriku, dan melihat ke arah Britney dengan kesal.

"Ya elah Britney, nyari masalah mulu sih lo?"

Britney menyadari bahwa kantin semakin ramai dan semakin banyak yang memperhatikan mereka. Dia berdecak dengan kesal, sebelum pergi sambil berkata, "Masalah kita gak sampe disini ya."

Untung Marcell sama Sheila datang, atau gak aku sama Britney udah berantem. Belum lagi kalau Britney di  back-up sama teman-temannya. Wah, udah babak belur aku.

"Claire, udah diemin aja si Britney." Kata Sheila mencoba menenangkan emosiku.

"Gimana mau diemin Shei, dia yang mulai duluan. Masa kita bakal diem terus kalau digangguin dia?"

"Claire, lain kali kalo lo di gangguin sama Britney panggil gue aja ok?"

"Uh, makasih Cell. Tapi gak usah."

"Kalau emang kepepet, panggil gue aja, gapapa kok. By the way, gue minta nomer telpon lo boleh ga?" Marcell tersenyum ke arahku sambil mengeluarkan handphone-nya.

"08xxxxxxxx. Awas kalau dipakai buat prank call."

"Hahaha, ya kali Claire," tawanya dengan ringan. "Thanks." Dengan itu, dia kembali pada kelompok teman-temannya.

"Cie Claire, lo dimintain nomer telpon sama Marcell. Modus banget itu mah, jiahelah." Sheila mulai tersenyum-senyum iseng, bahagia mengeceng diriku dan Marcell.

"Kalau nomer telpon doang, orang-orang yang promosi universitas aja minta, Shei. Minta nomer telpon kan bukan berarti suka? Kalau gitu, orang yang isi pulsa disukain gitu sama yang isiin pulsa?"

"Aduh nih anak. Pemikiran lo nyasar gatau sampai kemana." Sheila menepuk wajahnya sendiri dengan frustrasi.

"Udahlah, lanjut makan aja, nanti makanan lo keburu dingin." Balasku, melirik ke arah mi ayam itu.

Sheila mengangguk dan mengambil sesuap mi dengan sumpitnya. "Lo gak jadi beli makan?"

"Gak jadi ah, nanti gue ketemu sama Britney lagi. Lo kan baik sama gue Shei, bagi dua suap boleh lah," kataku dengan senyum iseng dan tidak bersalah.

Aku dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang