Bab 10

1.5K 44 0
                                    

Aku memakai sepatu, bersiap-siap jalan ke rumah Sheila.

"Mbak, aku pergi ya." Pamitku kepada Mbak Ayu aja, karena orangtua dan saudara-saudaraku sedang pergi.

"Mau kemana?"

"Ke rumah Sheila."

Mbak Ayu mengangguk mengerti. "Gak makan dulu?"

"Gak usah mbak, aku mau beli makanan aja, terus mau makan bareng sama yang lain di rumah Sheila."

"Oh oke. Hati-hati ya!"

"Iya mbak." Aku pun pergi meninggalkan rumah, dan berjalan menuju minimarket yang ada di daerah kompleks. Aku melihat-lihat bagian snack dan aku bingung mau pilih apa. Akhirnya aku beli beberapa botol minuman sama kripik doang, Lebih lama milihnya daripada bayarnya, aduh.

Dengan kantong berisi belanjaanku ini, aku berjalna santai ke rumah Sheila, karena jaraknya udah nggak jauh dari minimarket. 

"Sheila! Sheila!" Sahutku kencang, memangilnya untuk dibukakan pintu.

"Akhirnya lo dateng, Claire," kata Sheila sambil membukakan pintu, mempersilahkanku masuk. "Si Michael udah ngomel tuh karena lo lama. Wiliam bahkan minta gue ninggalin lo aja."

"Ini gue abis beli makanan sama minuman buat kita. Kalau mereka gitu, ntar gak gue kasih." ujarku sambil tertawa, berjalan masuk ke ruang tamu. "Andrew gak ikut?"

"Nggak, dia ada urusan katanya. Palingan pacaran sama ceweknya."

"Akhirnya lo dateng juga Claire! Lama bener!" gerutu Michael dengan keras. 

"Iya, iya, maaf ya lama, tadi gue abis beli makanan sama minuman nih."

"Wah asik, gak jadi kesel sama lo deh, Claire." William langsung mengambil kantong plastik itu dan merongoh isinya.

Sheila menyalakan TV dan DVD Playernya, kemudain dia memberikan kita koleksi DVD yang dia punya. "Kan udah lengkap, yuk kita mulai nonton. Mau nonton apa?"

"Terserah." Jawab kita bertiga dengan bersamaan.

"Yaudah, gue yang milih aja ya?" kata Sheila sambil mencari film yang dia mau, "Gue minggu lalu baru beli ini, belum pernah gue tonton. Nonton ini aja ya?" Dia memperlihatkan kita piringan CD yang ada gambar mesra cewek dan cowok, ya, berarti romance kan ya?

"Yah, romance ya? Gak ada action atau thriller aja gitu?"

"Diem lo Wil, katanya tadi terserah. Tanggung sendiri." Sheila pun menjulurkan lidahnya, mengejek William.

"Gapapa, sekali-kali lah kita nonton film romance. Ya gak?" tanya Michael sambil tertawa merangkul William.

Aku jadi ingat kalau aku nonton film romance, aku bisa keingat akan kenangan saat aku pacaran dengan Marcell. Kok aku gak bisa lupain dia ya? Gimana nih... Dia udah move on, tapi aku gak move on-move on.

Sebuah tangan melambai-lambai dihadapanku. Tangannya William. "Bengong aja lo."

Michael seakan-akan tau apa yang aku pikirin, dan dengan tatapan iseng dia nanya, "Mikirin apa, hayo?"

"Mau tau aja lo, kepo!"jawabku membela diri. Ganti topik, ah. "Eh, Sheila kok ngilang?"

"Lagi ke toilet, bengong sih lo."

Dengan keus aku balas, "Yaudah sih, maaf."

"Claire, nih bocah tuh udah kayak disihirin sama temen lo yang di toilet itu," William menunjuk Michael dan mengubah topik, "Nih anak gak suka nonton cinta-cintaan. Tapi karena bebeb Sheila yang minta, makanya dia mau."

"Berisik, William. Nih Claire, gue rencananya mau nembak dia hari ini. Tapi gue takut. Kira-kira Sheila bakal gimana ya? Gue takut dia nolak."

"Lo aja blm coba kok udah ngomong kayak gitu," Sheila, ya? Akhir-akhir ini dia gak banyak cerita. Tapi dari yang aku lihat, pasti diterima, deh. "Nih abis dia balik dari toilet lo tembak aja."

Aku dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang