Bab 7

1.5K 45 0
                                    

Akhirnya Marcell keluar dari rumah sakit. Agar ia tidak terlalu lelah dalam beraktivitas, sekarang Marcell memakai kursi roda.

"Claire, tante nitip Marcell ya. Tolong jaga Marcell baik-baik ya." Ujar Ibunya Marcell. Aku senang karena Ibunya mempercayaiku dalam menjaga Marcell.

"Iya tan."

Beliau tersenyum. "Kabarin tante ya tentang keadaannya nanti. Tante pergi dulu ya. Makasih, Claire."

"Ok, tan. Sama-sama." Aku balas dengan senyum, melihat beliau pergi.

Sekarang Marcell tidak sekolah bersama aku lagi. Dia sekarang homeschooling. Rasanya agak sepi tanpa kehadirannya di sekolah, tetapi Sheila dan Michael yang selalu menyemangatiku.

Hari ini adalah hari Sabtu dan aku tidak sekolah. Gimana kalau aku ajak Marcell jalan ya? Dia pasti bosan di rumah terus.

Selama pengobatan, Marcell jarang ke luar rumah dan jika ke luar rumah, ia harus memakai kursi roda. Sejak itu, dia menjadi pendiam. Bukan marcell yang dulu aku kenal. Nah, aku ingin membuat Marcell ceria kayak dulu lagi!

Clairee: Marcell, km mau pergi jalan2 ga?

Marcell Aditya: mau dong! Aku bosen di rmh, ntar yg kuat ya dorongin aku pas lagi jalan. hehehe

Clairee: iya...


Siang, Siti's Ice

"Halo Kak Siti!" Sapaku setelah melihat Kak Siti sedang bertugas sambil mendorong kursi roda Marcell.

"Eh, ada Claire sama Marcell. Selamat siang. Gimana pengobatan kamu Cell?"

"Berjalan dengan lancar kak."

"Semoga cepet sembuh ya Cell."

"Terima kasih kak."

Kita memesan es krim, walau banyakan aku yang makan karena Marcell harus menjaga apa yang dimakannya. Aku bahkan memanggil Sheila dan Michael untuk datang dan meramaikan suasana. Kita bercerita tentang kejadian-kejadian yang ada di sekolah, dan berbagi cerita-cerita lucu untuk menghibur Marcell. Aku melihat Marcell yang terlihat lebih senang dan semangat, dan aku merasa senang dapat membuatnya ceria lagi.

Aku sedang mengantarnya pulang ketika satu pertanyaan muncul di kepalaku. "Cell, aku mau tanya sesuatu deh."

"Mau tanya apa?"

"Kamu kenapa sih selalu diem aja?"

Aku melihat Marcell membuang muka. "Gak ah, aku biasa-biasa aja kok"

"Jangan bohong Cell. Emang kenapa sih? Kita nggak suka lihat kamu sedih terus..."

"Aku... sedih karena sekarang aku gak bisa beraktifitas seperti dulu. Aku kangen main sama teman-teman."

"Kamu gak boleh sedih terus. Walaupun kamu sakit, kamu harus tetap ceria dan optimis terhadap pengobatanmu. Kita percaya kamu pasti sembuh Cell, dan kamu juga harus percaya kamu bisa sembuh."

Mendengar ucapanku, Marcell membalasku dengan senyuman kecil. "Makasih ya, kamu selalu mendukungku dan menghiburku. Mulai sekarang, aku bakal kopas keceriaanmu ya." Kita berdua tertawa bersama. "Eh, temenin aku yuk ke lapangan futsal deket sini."

"Nah gitu dong." Aku pun membawanya ke lapangan futsal yang tidak jauh dari kita berada. Sesampainya di sana, aku melihat teman-teman Marcell sedang bermain bola.

"Marcell! Gimana kabar lo?Teman-teman sekolah pada kangen loh!" Seru salah satu temannya, William - senang melihat kedatangan Marcell.

"Hehehe, gue juga kangen. Gue nonton kalian main ya? Pengen main sih, tapi nggak bisa nih..."

"Boleh lah, lo jadi wasit ya!" Ujar Michael, ingin menghiburnya.

Marcell terlihat semangat dan aktif menjadi wasit pertandingan teman-temannya. Tiba-tiba, aku terpikir sesuatu.

"Guys, bantuin gw yuk." Kataku saat mereka sedang berkumpul untuk beristirahat.

"Kenapa?"

"Marcell itu pengen banget main sama kalian. Mau gak kalian pegangin dia supaya dia bisa main?"

Andrew tidak setuju. "Jangan Claire. Kalau kenapa-kenapa nanti gimana?"

"Sekali aja, Drew. Kasihan dia, pengen main bareng kalian. Udah lama gak main bareng kan? Marcell pasti seneng."

Mereka pun akhirnya setuju. Michael pun mengajukan diri untuk membantu Marcell. "Ntar gue yang pegang dia pas main."

"Thanks ya, guys!" Aku menghampiriku Marcell yang lagi duduk sendirian di tepi lapangan. "Cell, kamu main bola ya. Tadi aku udah bilang ke mereka. Nanti Michael bakal pegangin kamu pas lagi main."

Wajahnya berseringai. "Beneran nih?"

"Iya, enjoy ya!"

"Thanks ya, Claire."

Mereka main bola dengan serunya. Aku duduk dan menyemangati mereka. Aku melihat Marcell kembali menjadi ceria lagi.

"Jangan lama-lama ya! Ntar marcell kecapekan!" Teriakku dari tepi lapangan, mengingati mereka.

"Iya, santai aja!"

Marcell bahagia aku juga bahagia...

I'm back!Terima kasih udah baca.Tunggu selanjutnya ya!

Aku dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang