A Short Story
Hope: happiness
[08]Myeol Mang rasa bibirnya sudah tak bisa dikatupkan lagi begitu melihat kamarnya yang berubah menjadi ruang karaoke dengan lampu kerlap-kerlip layaknya kelab malam.
Himang, pria itu dengan santainya memberikan mic kepada Myeol Mang. Secara tak langsung memintanya untuk bernyanyi. "Kau gila? Tetangga akan protes karena suara ini," Myeol Mang berkata dengan sedikit berteriak karena suara musik yang keras.
"Kau tenang saja. Aku sudah membuat ruangan ini menjadi kedap suara," balas Himang seraya terus memaksa Myeol Mang untuk cepat menyanyi.
Di ruang karaoke, biasanya Myeol Mang akan menyanyikan lagu-lagu ballad bernuansa sedih yang membuat suasana menjadi muram. Tapi hari ini, Myeol Mang sengaja memilih lagu bertempo cepat dan penuh energi karena ia sedang sangat ingin teriak.
Harinya begitu berat, dan ia ingin melegakan hatinya.
Beragam lagu Myeol Mang nyanyikan dengan penuh sekuat tenaga, membuat kamarnya hampir berguncang. Sementara Himang melihat Myeol Mang dari belakang sambil mengulum senyum.
"Haah... aku lelah," ujarnya seraya mendudukkan diri.
"Mau alkohol?" Tawar Himang, menyodorkan satu kaleng bir yang telah dibuka kepada Myeol Mang.
"Kau memang selalu tahu keinginanku. Apa dewa bisa membaca isi hati manusia?" Tanya Myeol Mang kemudian meneguk setengah bir kaleng.
1 kaleng...
2 kaleng...
3 kaleng...
"Sebaiknya kau berhenti. Kau terlihat sudah sangat mabuk," Himang merampas kaleng bir kosong dari tangan Myeol Mang. Membuat gadis itu berdecak dan berusaha merebut kembali kaleng bir miliknya.
"Kau... dewa abal-abal menyebalkan!" Myeol Mang menunjuk wajah Himang, merasa kesal.
"Kau tidak bisa minum terlalu banyak jika tak ingin kesiangan besok," Himang ingat, besok Myeol Mang memiliki janji bimbingan dengan dosen pembimbingnya. Myeol Mang berdecak, kemudian membuka kaleng bir baru yang berada di dalam plastik hitam.
"Ini yang terakhir. Aku akan menyingkirkan sisanya," Himang membuat bir di dalam plastik menghilang karena tak menginginkan Myeol Mang semakin mabuk dan bangun dalam kondisi badan tak enak.
Taakk.
Myeol Mang duduk meletakkan kaleng bir dengan sedikit kasar sehingga menimbulkan suara. Ia menoleh, menatap Himang yang kini tengah menatapnya juga. Kamarnya kini telah kembali dalam sekejap kedipan mata.
"Apa kau benar-benar buta akan rasa?" Tiba-tiba saja atmosfer di dalam kamar berubah menjadi hening.
"Tentu saja."
"Benarkah? Bagaimana jika selama ini aku dibohongi?" Myeol Mang yang mabuk sama sekali tak mempercayai Himang sekarang.
"Kau mau membuktikannya? Silahkan," tanya Himang santai.
"Bolehkah?"
Bersamaan setelah Himang yang mengangguk memperbolehkan, wajah Myeol Mang mendekat dengan cepat, mendaratkan kecupan pada bibir Himang yang sedikit terbuka. Sang gadis membuka satu matanya yang terkatup, berniat melihat reaksi Himang. Tapi sepertinya memang benar, dewa tak pernah memiliki rasa.
"Sekarang aku perㅡ" tepat ketika Myeol Mang menjauhkan wajah dan hendak mempercayai Himang, lelaki itu bergerak dengan cepat. Tangannya menyambar tengkuk Myeol Mang sementara bibirnya menjatuhkan ciuman dalam.
Kaleng bir yang masih berisi setengah tak sengaja tersenggol oleh jemari Myeol Mangㅡ karena refleks terkejut.
Dewa memang tidak memiliki rasa dan Myeol Mang berhasil mematahkannya.
Kebahagiaan apa yang kau cari di jalan yang salah?
Benar, cinta.
To Be Continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope: Happiness
Short StoryIni kisah Baek Myeol Mang yang bertemu dengan 'Himang'* ketika ingin menyerah terhadap hidupnya. 희망 (Himang) : Harapan