[09]

59 18 0
                                    

A Short Story
Hope: happiness
[09]

Suara derap sepatu itu terdengar di lorong kampus yang sepi, membuat seluruh orang yang memperhatikan berhenti melakukan kegiatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara derap sepatu itu terdengar di lorong kampus yang sepi, membuat seluruh orang yang memperhatikan berhenti melakukan kegiatan. Namun tidak dengan Myeol Mang yang masih menangis. Map kuning berisi tugas akhir miliknya sengaja ia letakkan di ubin lantaiㅡ tepat di depan sepatunya.

Ia mendongak begitu merasakan puncak kepalanya dielus oleh satu tangan hangat. Seperti dugaannya, itu Himang. Dewa yang sempat ia remehkan dulu nyatanya adalah penyelamat untuk dirinya. Tanpa meminta, Himang selalu memberikan bahunya untuk ditumpahi air mata.

"Ah, betapa memalukannya diriku. Selalu menangis di hadapan dewa tampan," Myeol Mang terkekeh seraya menghapus air mata. Kemudian meraih uluran tangan Himang, memaksanya berdiri.

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Himang menutup kedua mata Myeol Mang dengan tapak tangan besarnya. Begitu dilepaskan, keduanya kini sudah berada di tepi pantaiㅡ tempat favorit Myeol Mang setelah bertemu dengan Himang.

"Kau bisa melepaskan bebanmu sekarang," tukas Himang. Awalnya, Myeol Mang hanya memandang laut dengan tatapan kosong. Namun, beberapa menit setelahnya ia mulai membuang tugas akhirnya yang penuh coretan dan berlari menuju tepian laut.

"HIMANG ADALAH YANG TERBAIK!!" Teriaknya kearah laut, kemudian menoleh kebelakang dan tersenyum.

Himang balas tersenyum, tapi ketika Myeol Mang tak lagi menatapnya, senyuman itu luntur. Satu persatu... dan sebentar lagi tugasnya selesai.

Himang mengepalkan kedua tangannya, menatap punggung Myeol Mang yang tengah sibuk menatap lautan. Entah mendapat dorongan dari mana, Himang melangkah maju. Awalnya hanya berjalan dengan langkah besar, tapi begitu ia sampai, langkah tersebut berubah menjadi sedikit kencangㅡ lari.

Ia mencengkram lengan Myeol Mang, memutar balikkan tubuh sang gadis. Semuanya terjadi begitu cepat, Himang yang mencium bibir Myeol Mang tanpa izin. Katanya... dewa tak memiliki rasa, tapi mengapa Himang merasa sedih hingga menangis seperti ini?

"Kau tahu waktu kita untuk bersama tidak banyak, bukan?" Himang memeluk Myeol Mang erat, seolah takut kehilangan. "Karena itu, bersikaplah sedikit baik padaku," lanjutnya dan kembali menangis.

Himang dan Myeol Mang yang malang.

Kau yang tidak pernah jatuh cinta tiba-tiba mencintai satu makhluk yang tak mungkin kau miliki.

Menyedihkan sekaligus membahagiakan.

Baik Myeol Mang ataupun Himang, keduanya memutuskan untuk mencintai takdir mereka.





To Be Continued....

Hope: HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang