Call Me Hyung 3/4 MyungHyun

57 6 0
                                    

Sinar mentari pagi masuk melalui celah-celah jendela yang tidak tertutupi dengan korden, menyorot pada pemuda berwajah putih pucat dengan hidung mancung yang sedang terbaring diatas ranjang, membuat pemuda tersebut mulai menggeliat karena tidur singkatnya terusik. Kemarin malam dada bagian kirinya kembali sakit, yang mengakibatkan dirinya harus terjaga menahan sakit karena tidak kunjung terlelap sampai subuh hampir menjelang.

Perlahan pemuda bersurai hitam tersebut membuka mata, mengerjap-erjapkannya sambil menyesuaikanya dengan cahaya yang mulai tertangkap indra penglihatannya. Mulai menggeliat lemah, lalu mencoba bangkit untuk duduk. Beranjak dari kasur empuknya untuk melalukan aktifitas pagi didalam kamar mandi, untuk kemudian bersiap-siap memulai harinya sebagai seorang mahasiswa. Dirinya sudah memasuki tahun kedua sebagai seorang mahasiswa jurusan musik.



Setelah dirasanya semua telah siap, pakaian dan perlengkapan kuliah sudah lengkap, pemuda bergigi gingsul tersebut menuruni anak tangga untuk menuju meja makan. Hari ini dirinya berinisiatif untuk membuat bekal makan siang bagi dirinya dan sang adik.

Ditengah-tengah kesibukkannnya memasak, dirinya mulai mengingat beberapa malam-malam terakhir, Myungsoo sering pulang sangat larut, dan sebagai seorang kakak yang perduli, ia selalu menunggui adiknya itu hingga tiba dirumah. Mencoba bertanya apa yang dilakukan sampai selarut ini atau darimana saja sang adik, namun akhir-akhir ini sikap dinging Myungsoo juga semakin memburuk. Dirinya bingung apa yang salah yang dilakukannya kali ini.

Tak diketahui dirinya bahwa sang adik kembali aktif dalam dunia balapnya, yang sebelumnya sempat terhenti karena tim penyelenggara mengadakan tour balap diluar area yang biasa Myungsoo datangi, ditambah dengan kehadiran pesaing baru yang angkuhnya keterlaluan, membuat pemuda berwajah dingin dan berparas tampan itu akhirnya melampiaskan segala kekesalan kepada sang kakak.

Kembali kepada kegiatan memasak yang dilakukan, sambil terus menghela nafas, kini Woohyun mulai mengemas bekal itu kedalam kotak makan yang masing-masing untuk dirinya dan sang adik. Niatnya hari ini ia ingin berangkat bersama Myungsoo, dirinya tidak jera bahkan setelah diajak mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi beberapa waktu yang lalu.





Dirinya kemudian menuju pintu utama, lalu mencoba melihat kearah garasi mobil, desahan lega terdengar dari bibir tebalnya melihat mobil putih milik Myungsoo masih terparkir rapi, yang artinya sang pemilik masih dirumah. Dengan sabar, Woohyun menunggu disamping pintu penumpang, tidak sampai duapuluh menit kemudian, pemilik mobil datang dan bersiap memasuki mobil, sampai sebuah suara menghentikan geraknya,

"Myungsoo-ya, hari ini boleh hyung ikut denganmu? "

"....." berlalu sambil memasuki mobil putihnya.

"cepat masuk!" terdengar seruan dari dalam mobil.
Tanpa diberi tahu dua kali, pemilik hidung mancung dan bibir tebal tersebut segera memasuki mobil. 'kali ini aku juga pasti bisa' batinnya dalam hati mempersiapkan mental menghadapi kegilaan Myungsoo memacu mobil.
Dan benar saja, begitu mobil Myungsoo keluar dari area pekarangan, pemuda bermata kucing tersebut menancap gas dengan kekuatan penuh, membuat penumpang disampingnya memucat dengan keringat dingin menghiasi wajah, namun karena Woohyun memang keras kepala dalam menarik hati sang adik, tidak dia perdulikan rasa sakit yang berdentum didada kirinya.

Setelah sampai, dengan cepat Myungsoo keluar dari dalam mobil, sedangkan Woohyun masih berusaha mengatur nafas, setelah ekspresinya dirasa sudah baik-baik saja, barulah dirinya melangkah keluar.
Tidak diketahuinya bahwa sang adik masih menunggu, dirinya hampir saja merasa senang, jika bukan karena komentar pedas yang dikeluarkan sang adik.

"dasar payah, hanya begitu dan kau sudah seperti orang sekarat. " ucapnya, berlalu.
Senyum miris terukir diwajah pucat pemuda berhidung mancung tersebut, meskipun ternyata perkataan Myungsoo cukup mampu menghancurkan pertahanan hatinya, melihat kotak bekal yang masih ada digenggamannya, senyum tulus kembali terukir. Nanti pada jam makan siang dirinya akan kembali memiliki kesempatan untuk bertemu dengan sang adik.




























Woohyun's Stories CollectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang