Deretan pria dan wanita berpakaian hitam tampak jelas memenuhi area pemakaman siang itu, disertai awan gelap dan nampaknya hujan akan segera turun. Pemakaman berlangsung hening dibagian sayap kanan dari area pemakaman tersebut, beberapa pria dan wanita berdiri sedikit lebih dekat dari posisi peti disemayamkan, seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun berdiri paling depan sambil memegang figura seorang wanita cantik dengan kedua tangannya. Tidak ada gurat kesedihan bahkan air mata yang terlihat pada sorot mata kucingnya yang tajam, ekspresinya terlihat datar dan terkesan dingin untuk ukuran anak kecil. Dengan perlahan anak laki-laki tersebut mulai membungkuk kemudian berlutut untuk meletakkan figura tersebut diatas makam, di depan batu nisan.
Disini dimakamkan
Lee Jae Hwa
Seorang wanita bijaksana
Istri yang penyabar
Seorang Ibu yang penuh kasih
Jika prosesi pemakaman didepan sana berlangsung hening, maka sedikit berbeda dengan bagian paling akhir barisan, seorang anak laki-laki bersurai hitam pekat tengah berusaha membuka bungkusan coklat yang ia bawa, sambil menyembulkan kepala dari barisan didepannya. Ia sebenarnya tertarik dengan satu-satunya anak seumuran dengannya yang juga berada di area pemakaman. Jangan lupakan seorang wanita dengan pakaian tradisional khas Korea yang dengan susah payah mencoba menarik tangan anak laki-laki tersebut yang sejak tadi selalu ingin berlarian ditengah-tengah suasana duka."Imo lepaskan tanganku, aku ingin melihat anak laki-laki yang ada didepan, aku ingin memberinya coklat ini," bisik anak yang barusan memanggilnya Imo sambil mengangkat coklat ditangannya, tidak bisa dikatakan bisikan, karena orang-orang didepannya mulai menoleh akibat kegaduhan yang sejak tadi sudah anak tersebut sebabkan.
"Anak itu pasti sedang bersedih Imo, jebal, aku janji akan kembali setelah memberikan ini, " kembali anak tersebut merengek kepada wanita paruh baya yang sedang menatapnya, Jung Ah In hanya bisa menghela nafas. Selain sifatnya yang pemurah dan baik hati, anak majikannya ini juga sangat keras kepala, mengingat betapa kerasnya dia berusaha sejak tadi untuk melarikan diri dari bibinya tersebut, hanya dengan alasan ingin memberi sebatang coklat kepada anak yang tengah berduka didepan sana.
"Baiklah, tapi kau sudah berjanji akan kembali secepatnya, hanya memberi coklat, tidak ada acara bermain, Hyun-ie. Arasseo? " akhirnya Jung Ah In menyerah dengan anak majikannya yang keras kepala tersebut. Sejujurnya sang bibi cukup khawatir dengan kondisi anak majikannya, mengingat baru beberapa hari yang lalu dia diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
"ndee Imo~, yaksok. " Jawab bocah tersebut, senyum cerah tidak pernah lepas dari wajah polosnya yang putih pucat. Setiap orang yang melihat senyum indahnya yang lugu itu, tidak akan menyangka bahwa anak lelaki tersebut juga baru saja mengalami kejadian duka.
Siapa yang bisa melawan takdir?
Bocah tujuh tahun tersebut harus kehilangan dua orang tersayangnya sekaligus dalam sebuah kecelakaan mobil. Kecelakaan nahas tersebut merenggut nyawa sang ayah, dan juga calon adik yang tengah berusia empat bulan dalam kandungan ibunya. Beruntung sang ibu memeluk erat bocah tersebut, sehingga dia tidak mengalami luka parah, hanya syok ringan yang tidak terlalu mempengaruhi kondisi lemah jantungnya, namun harus tetap menerima perawatan medis selama beberapa hari, sedangkan sang ibu saat ini tengah melalui masa pemulihan pasca keguguran yang dialaminya.
Dengan langkah-langkah kecilnya ia mulai berlari menyusuri setiap barisan didepannya, rambut hitam selembut sutranya menari-nari tertiup angin mendung siang itu. Dia terus berlari menuju kepada anak lelaki yang sekarang sudah berdiri kembali dengan tatapan datar tanpa ekspresi.
Ketika dirasa bahwa dirinya sudah sangat dekat dengan bocah lelaki bermata kucing tersebut -hanya berjarak dua orang dewasa- dia mulai berbisik,