Secret [IU x Secret Actor]

312 40 2
                                    

Menjadi seseorang yang bekerja di belakang kamera bukanlah hal mudah. Kau harus siap kerja minimal satu jam lebih cepat daripada jadwal yang ditentukan. Kau juga harus datang sebelum pemain di depan kamera datang. Menyiapkan ini itu, tergantung di divisi mana kau berada.

Aku adalah seorang sutradara. Ketika sedang memiliki proyek, aku hampir tak pernah tidur, apalagi untuk proyek drama. Kami yang bekerja di belakang kamera harus datang pagi buta, menyiapkan segala keperluan dan melakukan briefing saat para aktor dan aktris sudah datang.

Ada banyak adegan yang harus diambil saat siang dan malam, sehingga tak jarang kami bermalam di set syuting. Beruntung jika lokasinya adalah sebuah rumah. Jika seperti drama sebelumnya, kami rela bermalam di sebuah hutan rimbun yang jauh dari perkotaan.

Syukurnya aku masih bernapas hingga detik ini.

"Cut!"

Satu kata yang terucap dari mulutku berhasil menghentikan segala kegiatan pengambilan adegan tersebut. Para aktor berubah menjadi diri mereka masing-masing, sedangkan staff sibuk memeriksa ulang adegan yang baru saja diambil.

"Apa sudah terjadi sesuatu di antara mereka?" gumamku, saat melihat hasil pengambilan adegan tadi. Entah kenapa rasanya seperti melebihi yang ada di naskah.

"Nde?"

Aku melirik Yoonsoo, asisten sutradara, dengan raut penuh selidik. Air muka penuh tanya itu seketika berubah takut, saat mendapati tatapanku tidak bersahabat.

"Mereka, apa sudah terjadi sesuatu?"

"Ah... kalau itu juga aku tidak tau."

Aku mengangguk paham, lalu berdiri dan menepuk tangan beberapa kali. Membuat semua mata yang ada di sana kini kompak menatap ke arahku.

"Kita istirahat 30 menit," ucapku, lalu berjalan meninggalkan set syuting.

Kakiku tak melangkah menuju ruangan para staff, melainkan menghampiri ruang tunggu salah satu aktor. Di dalam aku disambut oleh MUA, asisten dan beberapa staff-nya. Namun, sosok yang kucari baru saja tiba di ruangan tersebut.

"Oh, Sutradara. Ada apa?" tanya pria berkacamata yang kukenal sebagai manager aktor tersebut.

"Aku perlu bicara berdua dengan aktormu. Minta dia menemuiku di balkon," ucapku, lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

Semua orang hanya membungkuk dalam diam, mengingat aku bukanlah sosok yang ramah dan suka basa-basi. Ah, sejujurnya aku tidak galak, tapi juga tidak ramah. Aku biasa-biasa saja. Walau lebih ke to the point.

Aku tidak terlalu suka basa-basi.

Kini tujuanku adalah balkon yang ada di lantai dua rumah tersebut. Rumah yang kami sewa untuk beberapa waktu sebagai rumah dari pemeran utama dalam drama kali ini. Yah, beruntungnya mereka para aktor.

"Ada apa mencariku?"

Suara berat itu berhasil mengalihkan pandanganku dari birunya langit. Aku mendapati seorang pria tinggi dengan setelan jas kini tengah berdiri tak jauh dariku. Sama sepertiku, ia pun kurang tidur sehingga matanya terlihat begitu lelah.

"Berimprovisasi itu bagus. Tapi, improvisasimu terlalu berlebihan," ucapku, tegas.

"Kenapa? Anda cemburu?"

Aku mengalihkan pandangan darinya sejenak, hanya untuk menghela napas berat. Beberapa detik setelahnya mata kami kembali bertemu. Dia dengan sikap santai dan percaya diri itu membuatku ingin melakukan sesuatu padanya.

"Untuk apa? Kau bukan siapa-siapaku di sini," jawabku, sedikit dengan nada kesal.

"Bagaimana dengan di rumah?"

Akun hanya tersenyum paksa, sebelum akhirnya melempar pria itu dengan topi yang menutupi rambutku. Ia tidak marah atau protes, melainkan tertawa puas karena berhasil membuatku kesal.

Kalian tau, cinta lokasi atau perjodohan antar pemain yang dilakukan penonton setelah menonton drama itu sudah biasa. Tapi, bagaimana jika cinta lokasi sang pemeran utama pria adalah sutradara drama itu sendiri?

Hm, haruskah aku garap kisah ini menjadi sebuah drama?





FIN~

Yah, selingan karena kehabisan ide buat lanjut kisah yang lain

IU Oneshoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang