"Jadi lo pilih Jaehyun atau Doyoung?"
Beberapa pasang mata yang ada di sana menatap ke arah satu titik, dimana terlihat Jieun sedang memasang raut heran. Satu pertanyaan yang keluar dari mulut Joy berhasil membuatnya bingung.
Gadis itu menggaruk tengkuknya canggung, merasa risih karena dirinya menjadi pusat perhatian satu ruangan. "Boleh nggak sih kalo gue pilih Seonghwa aja?" tanyanya, sembari menatap satu persatu kepala di sana, dan berakhir pada seorang pria bernama Seonghwa.
"Jangan gue, Ji. Berat," ucap Seonghwa, yang dijawab anggukan setuju pria di sampingnya, Juyeon namanya.
"Ya terus kenapa gue harus milih kak Jaehyun atau kak Doyoung?" tanyanya, tak mengerti.
"Karena dua orang itu-"
"Sstt... sstt... orangnya datang," ucap Mirae, menginterupsi sesi interogasi mereka pada si polos Jieun. Ah, sebenarnya tidak polos-polos juga.
Suasana seketika hening, membuat Doyoung menatap anggotanya penuh curiga. Namun, mencoba untuk tak kepo, ia memilih duduk di kursi depan, bersiap memulai rapat.
Tanpa diatur dulu, para anggota yang ada di sana kompak menduduki kursi masing-masing. Mereka adalah sekumpulan mahasiswa yang tergabung dalam UKM Teater, dimana Doyoung terpilih menjadi ketua untuk periode kali ini.
"Sesuai dengan agenda yang gue kirim di grup chat semalam. Hari ini kita bakal bahas seputar oprect, dimana nggak ada batasan anggota. Jadi, kita rekrut sebanyak-banyaknya. Biar waktu pentas nggak ada yang namanya kekurangan pemain," ucap Doyoung, to the point.
"Gue kira rapat yang lalu dia lupa salam. Ternyata emang bener nggak ada basa-basinya," gumam Mirae, yang didengar oleh Jieun.
Gadis itu tak menjawab, namun matanya menatap lurus ke arah Doyoung. Satu tahun lebih berteman dengan pria tersebut, membuatnya cukup mengenal sosok bernama lengkap Kim Doyoung itu.
Menurut kebanyakan orang, Doyoung itu sosok yang dingin dan cuek. Bukti nyatanya terlihat dari perilakunya selama terpilih menjadi ketua UKM Teater. Saat rapat tidak ada yang namanya basa-basi, dan jika tertinggal, semua ditanggung masing-masing.
"Siapa yang mau nambahin?" tanyanya, sembari menatap satu persatu wajah anggotanya.
"Dari gue cukup," ucap Ten, pria yang duduk di samping Seonghwa.
"Yang lain?"
"Cukup, kak." Para adik tingkat pun kompak menjawab cukup.
"Oke, berarti rapat hari ini udah clear semua, ya? D-3 pendaftaran kita kumpul lagi, untuk masing-masing divisi jangan lupa kerjakan tugasnya. Terima kasih untuk perhatiannya," final Doyoung, yang mengakhiri rapat hari itu.
Rapat yang sangat singkat, padat dan jelas.
"Ju, ngopi nggak?" tanya Ten, yang membuat pria bernama Juyeon maupun Jungwoo kompak menengok.
"Ju yang mana ni, bang?" tanya Jungwoo.
"Ju siapa aja deh. Gue butuh temen ngopi, because i'm so sick of this fake life," jelas Ten, mulai drama.
"Idih, makanya hidup jangan kebanyakan drama." Joy menggelengkan kepala, menatap prihatin teman satu angkatannya itu.
"Iya tau yang hidupnya mulus kayak tol di Korea."
Anggota yang menyaksikan perdebatan Joy dan Ten pun hanya bisa tertawa. Bukan rahasia lagi jika dua orang itu sering cek-cok. Tapi, untungnya yang didebatkan hanya hal-hal kecil.
"Pulang sama siapa?"
Jieun yang tadinya asik menonton adu bacot dua kakak tingkatnya langsung menengok, saat suara Doyoung menyapa. Entah sejak kapan pria itu sudah berdiri di depan mejanya, menatap dengan raut andalannya, raut datar.