Mingles selalu diisi pelanggan berkantong tebal dan aroma parfum mahal yang langsung menyambut indera penciuman. Juga alunan musik klasik yang menambah suasana tenang di setiap sudut-sudut restoran.
Memang selera Taehyung sekali. Dan pria itu kini dengan gagahnya berdiri dari kursi. Mata elangnya menahan pandangan Jiyeon di poros yang sama. Selalu tampan dengan setelan kantor yang rapi, kemeja abu-abu yang bersembunyi di balik jas hitamnya juga menyembunyikan dada bidang yang biasanya bisa tercetak jelas saat pria itu mengenakan T-shirt polos ketika berada di rumah.
Jiyeon sempat melirik gelas wine yang isinya sudah berkurang setengahnya, memang takaran yang selalu ia lihat jika Taehyung menuang wine ke dalam gelas. Yang berarti Taehyung tidak terlalu menunggu lama di sini. Dan saat gadis itu sukses mendararkan bokongnya setelah menarik kursi, ia menyesali kenapa Hoseok tidak mengantarnya pulang terlebih dahulu agar pakaiannya bisa diganti.
Ini terlihat seakan pria matang seperti Taehyung mengencani gadis yang baru saja melepas masa remajanya. "Sudah menunggu lama?" tanya Jiyeon basa-basi, kendati ia sudah tahu jawabannya.
Taehyung tersenyum dan wajah tenangnya membuat jantung Jiyeon sulit diajak untuk bekerja sama. Sudah berapa tahun yang ia lewati bersama Taehyung sehingga perasaan yang ia miliki masih saja menetap di sana, semakin mengakar kuat. Berbanding terbalik dengan yang ia inginkan.
"Bagaimana dengan kuliahmu?" Tidak heran menemukan Taehyung yang lebih memilih melontarkan pertanyaan daripada menjawab pertanyaan dari lawan bicaranya.
"Seperti biasa, belajar, perpustakaan, dan bertemu orang-orang yang sedikit membuat tidak nyaman. Membosankan."
Percakapan mereka mengalir ringan dan sempat terhenti saat seorang pelayan membawa hidangan yang sudah Taehyung pesan sebelum Jiyeon datang.
Di hadapannya, Taehyung mulai menyantap foie gras torchon yang dibungkus kimchi putih serta daging domba yang direndam saus kedelai. Sementara Jiyeon belum menyentuh hidangan yang sama. Pikirannya masih berkelana pada jus stroberi yang dipesan Taehyung untuknya.
Cukup aneh, Taehyung tahu jika Jiyeon tidak begitu menyukai jus stroberi. Beberapa kali mereka menyempatkan waktu untuk makan di luar, Jiyeon selalu meminta jus jeruk atau mangga. Dan yang menyukai segala makanan atau minuman dengan rasa stroberi adalah Taehyung. Tapi sangat tidak mungkin jika minuman mereka tertukar, sebab Taehyung belum memberi izin apa pun pada Jiyeon untuk mencoba wine dan jenis minuman beralkohol lainnya.
"Makanlah, mungkin topik kita setelah ini cukup meyerap banyak energimu nanti," ujar Taehyung.
Mendengar itu, Jiyeon tanpa sadar mencengkeram erat sendok dan garpu di tangannya. Jiyeon tidak bodoh untuk tidak mengerti kemana arah pembicaraan mereka setelah ini.
Biasanya makanan yang Taehyung pesan tidak pernah gagal membuat Jiyeon berdacak kagum. Namun sekarang yang tertelan lebih hambar dan membuat selera makannya menguap entah kemana.
Bukannya Taehyung tidak tahu jika Jiyeon tengah gelisah meski sikap diam tetap diperlihatkan. Seolah tidak terpengaruh dengan apa yang Taehyung ucapkan. Mungkin Jiyeon memang bisa bersembunyi di balik wajah tenangnya, namun mata gadis itu tidak bisa mengelabui. Memang mereka tidak sering melakukan konversasi meski tinggal di bawah atap yang sama, tapi kepekaan Taehyung akan diri Jiyeon tidak perlu ditanyakan lagi.
Beberapa menit berlangsung lama bagi Jiyeon. Piring mereka sudah disingkirkan oleh pelayan, menyisakan segelas wine milik Taehyung dan satu gelas jus stroberi yang baru sedikit Jiyeon teguk.
"Apa yang membuatmu ingin tahu tentang submissive?"
Benar saja, Jiyeon tetap tersedak meski sudah mempersiapkan diri mendengar pertanyaan seputar hal ini langsung dari bibir Taehyung. Tangannya menggapai jus stroberi dan menyeruput sedikit meredakan rasa gugupnya.