⚪05⚪

1.3K 232 35
                                    

Pagi ini, Jiyeon tidak menemukan Taehyung seperti biasa. Setelah selesai mandi dan berpakaian, Jiyeon menyempatkan menghampiri kamar Taehyung, berniat membangunkan pria itu, namun ia menemukan kamar dengan nuansa hijau gelap itu kosong. Ranjang yang sudah rapi dan wangi parfum Taehyung yang mengepung di udara.

Jiyeon cukup heran karena tidak biasanya Taehyung melewatkan sarapan. Mengangkat kedua bahu kecilnya, Jiyeon berpikir jika Taehyung ada urusan penting hingga pagi-pagi sekali pria itu sudah meninggalkan rumah.

Berjalan menuju dapur, Jiyeon mulai berkutat dengan semangkuk sereal di hadapan dan secangkir espresso.

Ia melirik ponsel yang tergeletak di meja makan, sebuah notifikasi pesan dari Lucas. Gadis itu meraih ponselnya, membaca pesan dari kekasihnya itu sebelum membalasnya.

Lucas
Aku sudah di bawah, berangkat bersama?


Jiyeon
Baiklah, aku segera turun.

Setelah dua teguk espresso mengaliri kerongkongannya, Jiyeon segera beranjak dari sana dan mengambil tasnya.

Pagi ini pun Lucas tampan dengan senyum yang merekah di wajahnya. T-shirt hitam dan jaket kulit memang selalu cocok untuk tubuh proporsionalnya.

Jiyeon berada dalam rangkulan pria itu saat ia sudah bisa dijangkau oleh tangan Lucas. Mendaratkan ciuman begitu tipis pada pelipis Jiyeon sebelum membukakan pintu mobil untuk gadisnya.

"Hari inj aku harus ke Cina," ungkap Lucas begitu mobil mulai membelah jalan raya.

"Kenapa mendadak?"

"Ayah kena serangan jantung. Aku harus di sana, setidaknya sampai kondisinya membaik."

Jiyeon menghembuskan napasnya pelan sembari menoleh pada lucas yang menyetir dengan satu tangannya. Sementara tangan yang lain menggengam tangan kiri Jiyeon di atas pangkuan.

"Mau aku temani? Aku bisa minta izin—"

"Tidak usah, Ji. Mungkin ini akan lama, aku tidak mungkin membiarkanmu menumpuk banyak absen nantinya."

"Kau yakin?"

Bagaimana pun, Jiyeon tetap merasa peduli, terlepas dari perasaaannya yang tidak bisa mencintai Lucas.

Pria itu mengangguk pasti dan mencium punggung tangan Jiyeon. "Aku akan langsung ke bandara," ujarnya saat mobil sudah berhenti di halamam kampus mereka.

Jiyeon melepas seatbelt-nya dan kembali menoleh pada Lucas. "Semoga ayahmu cepat sembuh."

Lucas kembali mengangguk dan menahan tangan Jiyeon sebelum gadis itu sempat membuka pintu.

"Aku akan merindukanmu selama berada di sana." Lalu tangan kirinya membelai sisi wajah Jiyeon lembut. "Beri aku satu ciuman sebelum pergi." Ibu jari pria itu menyapu pelan bibir bawah Jiyeon.

Ini bukan yang pertama kali, namun selalu Lucas yang memulai. Dan kali ini pria itu meminta Jiyeon yang menciumnya terlebih dahulu. Tetap saja rasanya canggung bagi Jiyeon kendati tidak ada perasaan menggebu-gebu di dalam sana.

Melihat mata sendu Lucas, Jiyeon pun bergerak mendekat untuk mempertemukan bibir mereka. Entah sampai kapan rasa peduli ini berakhir, ia tidak bisa menampik jika ia juga tersiksa selalu membohongi Lucas seolah dirinya memang mencintai pria itu. Tapi memberi tahu Lucas yang sebenarnya juga akan menyakiti keduanya. Dan Jiyeon akan terjebak dengan perasaan itu selama hubungan mereka masih bertahan seperti sekarang.

Gadis itu berusaha mengikuti pergerakan bibir Lucas yang menjelajahi bibirnya, hingga ciuman mereka terputus dengan bayangan saliva di ujung bibir.

Illegal [M]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang