It's you part.8

130 18 8
                                    

Hari ini adalah hari pertama bagi seorang Kim Seon-ho telat bangun pagi. Ia bahkan harus merelakan jatah waktu mandinya dikurangi agar tidak telat ke perusahaan.

Setelah memperhatikan penampilan dirinya didepan cermin besar, dengan segera Seon-ho memilih acak jam tangan untuk dikenakan. Kembali lagi ia memperhatikan penampilan mahkotanya. "Ah~ seperti biasa, Seon-ho_ssi kau tetap tampan." Ia terkekeh memperlihatkan senyum andalan.

Cepat-cepat ia menuruni anak tangga. "Eomma, kenapa tidak membangunkan ku?" Tanyanya bahkan sebelum kakinya benar-benar menginjak pada lantai satu.

Wanita yang diajaknya berbicara hanya sesaat menoleh padanya.
"Ada apa dengan Eomma?"

"Eomma, apa Eomma sedang tidak enak badan? Roeun dimana? Ah~ aku lupa, wanita itu pasti sudah mengantarnya ke sekolah." Sedari tadi hanya dia yang berbicara. Tak ada sahutan dari wanita yang telah melahirkannya.

Huh..

Sekali bersuara, wanita ini malah menghela nafas.

Seonho yang awalnya hendak memulai sarapannya menghentikan niat. Netra'nya memperhatikan lagi sang ibu. Kenapa dengan wanita ini? Akhir-akhir ini sepertinya dia tidak membuat masalah. Kenapa dia diacuhkan?

"Eomma.."

"Eoh, wae?"

"Ah~ Eomma membuatku frustasi. Katakan apa telah terjadi sesuatu?" Tanyanya cemas. Ia bahkan sedikit menaikan pantat dari dudukan, mencondongkan badan kedepan untuk melihat lebih dekat ibunya.

"Berhenti bergurau! Eomma sedang tidak mood." Lagi, wanita paruh baya ini mendesah. Ia beranjak dari kursi makan dan berdiri ditempat. "Nanti, kau jemputlah Roeun!" Ketusnya.

"Ne? Kenapa harus aku? Dimana wanita itu?" Protesnya kini dengan mulut penuh roti.

"Kau ini.." menatap tak terima pada putranya. Seonho semakin dibuatnya tak paham akan apa yang sudah terjadi. Dia sungguh tak merasa punya salah pada ibunya. Apa ini karena Hani lagi? Tapi ada apa?

"Kau puas sekarang? Hani sudah pergi. Wanita malang itu, entah pergi kemana dia sekarang? Ayahnya bahkan masih belum siuman. Dia juga tidak punya sanak saudara disini. Kenapa kau begitu tega padanya?" Berondong Hae-suk.

"Hani? HANI?" Beranjak dari duduknya. "Dia sungguh telah pergi?" Tanyanya tak percaya.

"Menurutmu? Apa ini terlihat seperti main-main?" Ck..ck..
Memandang tak bersahabat pada putra tunggalnya, Haesuk menuju ruang kamarnya dengan amarah. Ia bahkan menutup kasar pintu hingga menimbulkan suara.

Seonho mendesah frustasi. Wajahnya diusapnya kasar. Kemarin ia berkata demikian hanya karena sedang marah, tapi kenapa wanita itu menganggapnya serius dan benar-benar pergi. Sekarang ia harus bagaimana?

Hilang sudah kini semangat paginya. Dengan perasaan campur aduk, Seonho melangkahkan tungkai. Mengetuk pintu kamar sang ibu untuk memberitahukan pada wanita ini bahwa ia akan pergi bekerja. Sayangnya karena masih marah, Hae-suk kembali mengacuhkannya.

Mendesah frustasi, pria ini mau tak mau melangkah meninggalkan rumah megahnya. Begitu keluar dari rumah ia masih tak memasuki mobil. Kepalanya terdongak melihat betapa tinggi dan kokohnya bangunan yang menjadi huniannya selama ini. Biasanya bangunan ini selalu memberinya rasa hangat, tapi kini? Ia kembali mendesah. Raut wajahnya berubah sendu.

Ingatan kala Hani berada dalam pandangannya kini terasa nyata. "Tuan!"

"Tuan?"

"Tuan!"

Ah~ bisa gila kalau aku tetap disini. Kenapa aku jadi melamunkan dirinya? Ini pasti karena aku merasa bersalah padanya. Tidak. Aku tidak salah. Dianya saja yang terlalu bo..

it's you [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang