prolog

1.2K 77 15
                                    

When two souls fall in love, there is nothing else but the yearning to be close to the other. The presence that is felt through a handheld, a voice heard, or a smile seen. Souls do not have calendars or clocks, not do they understand the notion of time or distance. The only know it feels right to be with one another.

.

.

.

Semua orang mempunyai cara tersendiri dalam mencintai orang terkasih. Beberapa ada yang menunjukkan melalui tutur kata yang melelehkan hati, namun beberapa lainnya ada yang melakukan dalam bentuk tindakan yang selalu mendebarkan sang hati. Tapi, pernahkah melihat dua cara itu dilakukan secara bersamaan? Menciptakan debaran tak berkesudahan dari sang pemilik hati yang menerima semua perlakuan itu.

Mada Paramudya adalah si handal yang selalu membuat sosok Gantari Sasmaya bertekuk lutut akan tindakan dan tutur katanya. Mada tak pernah gagal dalam meluluhlantakkan isi hati Gantari, membuat Gantari menjadi orang gila sebab selalu tersenyum tiap kali mengingat bayangan akan sosok Mada, yang tak lain adalah suaminya sendiri.

Dan bagi Mada, mencintai sosok Gantari itu mutlak. Gantari layaknya melodi yang selalu membangunkan kemalasan dalam jiwanya, Gantari layaknya api unggun yang menghangatkan kala Mada bernyanyi dalam lautan penuh kegundahan. Juga Gantari layaknya musik yang merupakan jiwa Mada. Gantari itu sumber inspirasi untuk Mada, dimana hampir seluruh karya lagunya merupakan curahan hati Mada akan sosok tangguh Gantari, si pemilik cinta terakhir Mada.

Sesuai dengan namanya yaitu Gantari Sasmaya yang memiliki arti sebagai sinar yang indah. Dari Gantari, Mada temukan sinar yang mengantarkannya pada satu titik kebahagiaan yang begitu indah, yang saat ini tertuju pada si pemilik mata hazel yang ada dihadapan Mada.

"Ayah, cerita lagi tentang ibu." pinta sang anak dengan menggebu-gebu.

Mada menarik segaris senyum. Benar adanya bahwa mencintai Gantari itu tidak pernah salah. Gantari selalu memberikan banyak hal indah termasuk memberikan kebahagiaan dari sosok Mentari Gama, yang tak lain adalah putri semata wayang mereka. Mentari kini menjadi satu-satunya alasan Mada bahagia, rasa syukur yang selalu Mada panjatkan pada sang pencipta karena memberikan karunia berupa anak gadis yang cantik, penyayang dan bertutur kata baik. Mentari tak berbeda dengan Gantari, dari bagaimana wajahnya, senyumnya, gaya berjalan dan berbicaranya. Hampir semua merupakan foto copy-an Gantari. Membuat Mada terkadang heran, Mentari sungguh tak mengambil sedikitpun bentukan Mada, semua benar-benar menyerupai Gantari.

"Mau dengar cerita tentang kisah ayah sama ibu nggak?" tanya Mada, kembali membuat Mentari berbinar begitu mendengarnya.

"Tari nunggu banget ayah cerita tentang kisah cinta kalian, soalnya yang sering ayah ceritain selalu tentang gimana ayah jatuh cinta sama sosok ibu. Itu bikin tari iri karena Juan nggak bisa bikin lagu kayak ayah bikinin lagu untuk ibu."

"Tapi aku memperlakukan hal yang sama kayak ayah memperlakukan ibu." sergah Juan cepat, membuat Mentari menatapnya sinis sedangkan Mada terkekeh renyah.

"Udah mau nikah! Jangan berantem."

"Tuh! Dengar mas kata ayah, udah mau nikah jangan debat terus, kamu kudu ngalah sama aku."

"Aku selalu ngalah sama kamu."

"Buktinya masih nyautin omongan aku."

"Kan aku meluruskan!"

"Itu namanya kamu masih nggak mau kalah sama aku."

Mada menggelengkan kepalanya, lagi-lagi apa yang disaksikan Mada mengingatkannya pada sosok Gantari. Wanita yang selalu tidak mau mengalah dalam urusan berdebat tentang hal-hal yang menurutnya benar.

"Kalau kalian masih mau berdebat, sana pulang! Ayah biar istirahat aja sekarang."

"Nggak bisa!" kompak Mentari dan Juan berucap bersamaan.

Bukan hanya pada anak gadisnya Mada panjatkan syukur. Tapi pada sosok lelaki yang kini akan bersanding dengan Mentari, mengikat janji sehidup semati yang mengikutsertakan janji mereka terhadap Allah SWT untuk saling membahagiakan dalam aturan yang sudah ditetapkan.

Juan Batara. Sosok lelaki yang Mada yakini dapat mencintai dan menjaga Mentari dengan baik sebagaimana Mada menjaganya. Juan datang menemuinya 6 bulan lalu dan meminta izin untuk menikahi Mentari. Tentunya Mada menyambut niat itu dengan baik, yang kemudian Mada berikan izin untuk mereka menikah. InsyaAllah akan diadakan dua minggu kedepan.

.

.

.

Mark NCT as Mada Paramudya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark NCT as Mada Paramudya

Giselle Aespa as Gantari Sasmaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Giselle Aespa as Gantari Sasmaya

Mentari Gama dan calon suaminya Juan Batara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari Gama dan calon suaminya Juan Batara

.

.

NOTED (HARUS DIINGAT UNTUK BOOK INI) ;
1. KALAU SETIAP CHAPTERNYA ADA (#) DIAWAL ARTINYA ITU KILAS BALIK. TAPI KALAU NORMAL TIDAK ADA (#) ARTINYA ITU MASA SEKARANG YANG MENCERITAKAN KEJADIAN SAAT INI.
2. KALAU ADA TULISAN MIRING ARTINYA DIALOG ITU DILAKUKAN PADA KEJADIAN SAAT ITU, BUKAN DIALOG DARI KILAS BALIK.
3. KALIAN BISA KOMEN KALAU NANTI ADA BEBERAPA PART YANG TIDAK PAHAM, AKU AKAN DENGAN SENANG HATI MEMBERITAHUKANNYA.

HAPPY ENDING WITH YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang