#resah

150 18 4
                                    

Semua manusia memiliki hak masing-masing untuk mendapatkan kebahagiaan yang diinginkannya. Jadi, berhenti menghakimi dan biarkan bahagia direngkuhnya dengan erat.

.

.

.

.

.

Mada membaca kartu undangan pernikahan yang diterimanya melalui surat pos dari bapak Gantari. Sungguh, ada rasa sakit yang kini menancap di hati Mada saat melihat nama Gantari Sasmaya bukan bersanding dengan namanya.

Perlahan buliran air mata Mada jatuh hingga mengenai kartu undangan, Mada tundukkan kepalanya dalam-dalam, yang kemudian Mada menangis tanpa suara saat rasa sakit semakin mengikat hati Mada, merambat hingga pada jantung Mada. Sungguh gila rasa sakitnya.

"Aku harus apa, Gantari?" Gumam Mada, menarik helaian rambutnya untuk menetralisir perasaan yang kini mencekiknya.

Percaya lah, bahwa Mada mencintai Gantari dengan banyak hal. Mada ingin selalu mendekap Gantari meski tidak semudah yang selama ini Mada kira, Mada ingin selalu utuh bersama Gantari. Apakah masih bisa untuk Mada meminta Gantari melalui semua ini bersama-sama tanpa harus saling melepas genggaman? Apa masih ada kesempatan untuk Mada menyematkan panggilan kekasihku diakhir nama Gantari?

Tuhan, rasanya sakit sekali bahkan jika disandingkan dengan sebilah pisau belati yang menusuk tubuh Mada dengan kejam, rasa sakit yang Mada rasakan saat ini jauh lebih hebat dari hal itu. Tolong redakan dan izinkan Mada menulis ribuan kata bahagia dalam buku miliknya mengenai jatuh cinta pada sosok Gantari. Singkirkan kesedihan, penderitaan, dan rasa sakit. Mada hanya ingin bahagia bersama Gantari-nya.

Di ruangan sepetak tempat Mada mencurahkan isi hatinya melalui sebuah lagu, Mada menangis dengan keras, meraung-raung bagaikan anak kecil yang tidak diizinkan sang ibu untuk membeli mainan kesukaannya, yang walaupun sudah dibujuk dengan ribuan kata manis masih tidak kunjung membuat hati Mada lega.

Mada berantakan, sekarang Mada sangat kacau.

.

.

.

Setelah meratapi kesedihan Mada menghampiri Hari yang memintanya untuk bertemu siang ini. Dengan perasaan yang teramat berantakan Mada duduk disamping Hari, cowok itu menatap Mada dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Sudah dapat kartu undangan pernikahan saya dan Gantari?" Tanya Hari, yang tidak dijawab oleh Mada.

Hari mendengus sembari mengalihkan pandangannya. "Berhenti, Mada. Kisah mu dan Gantari sudah berakhir. Ini waktunya saya dan Gantari memulai kisah yang baru, tolong lepaskan calon istriku." Ucap Hari, yang langsung membuat Mada menoleh kearahnya.

Mada tersenyum mengejek pada ambisi Hari yang masih memperjuangkan cinta sepihaknya. Seharusnya Hari yang berhenti merusak kebahagiaan Mada dan Gantari, seharusnya Hari yang pergi menjauhi kisah penuh romansa kebahagiaan antara Mada dan Gantari, seharusnya Hari bukan Mada.

"Mau berapa banyak lagi hinaan yang harus kamu terima demi memperjuangkan cinta terhalang restu itu? Berhenti keras kepala, akhiri dan jangan libatkan Gantari dalam dosa sebagai anak terhadap orangtua."

"Kalau jatuh cinta itu dosa, maka apa yang saat ini kamu rasakan terhadap Gantari itu sama bersalahnya, dan kamu juga seharusnya berhenti keras kepala agar Gantari nggak melakukan dosa seperti yang kamu bilang." Sergah Mada cepat, berhasil membungkam Hari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAPPY ENDING WITH YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang