Pondasi awal dari sebuah hubungan adalah kasih sayang. Jika pondasi awal aja tidak ada, bagaimana cara membangun hubungan yang bahagia?
- Mada Pramudya -
.
.
.
Mada pikir setelah pembicaraan bersama bapaknya Gantari, semuanya akan berakhir baik. Ternyata Mada salah, pada akhirnya bapak Gantari tetap pada pendiriannya untuk menjodohkan Gantari dengan pilihannya. Lelaki yang memang lah sangat sempurna jika nantinya bersanding bersama Gantari, secara finansial, latar belakang keluarga dan pendidikan, juga perawakan yang tak kalah sempurna.
"Bapak hanya ingin yang terbaik untuk Gantari. Maaf, nak, bapak tetap pada pilihan bapak, Gantari layak mendapatkan lelaki yang setara dengannya."
Ada belati tak kasat mata yang seolah menghunus Mada dengan kuat, tak meninggalkan luka, pun berdarah. Hanya saja sakitnya sangat terasa, tepat di dadanya, membuat Mada seperti kesulitan untuk memasok udara.
"Tinggalkan Gantari, Mada. Semoga kamu bisa menemukan perempuan yang lebih baik." sambung bapak, kemudian berlalu meninggalkan Mada yang hanya bisa duduk terdiam dengan kepala yang ditundukkan.
Mada menarik nafas panjang, lalu dengan gontai Mada berjalan meninggalkan tempat terakhir dirinya berbicara dengan bapak. Ada perasaan kacau saat Mada membayangkan wajah Gantari dalam benaknya.
Dalam perjalanan, tak henti-hentinya Mada memikirkan Gantari, tak henti-hentinya Mada membayangkan wajah cantik sang kekasih, dan tak henti-hentinya otak Mada berputar untuk memikirkan cara apalagi agar membiarkan Gantari tetap menjadi miliknya.
Langkah Mada terhenti. Tangannya terkepal sembari Mada mendongakkan kepalanya, menatap langit sore yang kelihatan mendung, sama halnya dengan isi hati juga kepalanya. Mada menghela nafas berat, lalu memejamkan matanya, menikmati angin sore yang menerpa tubuh Mada.
"Gantari, aku harus gimana lagi?" monolog Mada, kembali menghela nafas berat.
Tanpa sepengetahuan Mada, Gantari yang sejak tadi memperhatikan Mada berjalan mendekat. Dengan langkah penuh kehati-hatian, yang begitu sampai. Gantari langsung memberikan kecupan di pipi Mada, hingga membuat si korban membuka matanya dan menatap si pelaku.
Mada terkejut, dilihatnya kiri dan kanannya untuk menemukan seseorang. "Nakal banget! Main cium-cium." omel Mada, mencolek hidung Gantari bersamaan segaris senyum.
Gantari tersenyum mentereng, kedua tangannya disembunyikan dibelakang dengan tatapan yang lurus ke Mada.
"Ada apa itu di tangannya?" tanya Mada, melirik tangan Gantari yang ada dibelakang dengan penuh penasaran.
Gantari masih tersenyum, enggan menjawab dan memilih menaikkan kedua alisnya sebagai gesture untuk Mada menebak apa kiranya yang dibawa Gantari.
Karena tau Mada sedang dijahili oleh Gantari, langkah Mada pun mendekat, mengikis jarak diantara keduanya dengan tatapan yang lurus pada manik bening Gantari. "Kamu ini usil banget ya." ucap Mada, lalu menyamakan tinggi badan mereka dengan menunduk.
Gantari menahan nafasnya dalam beberapa detik, tatapannya tak putus dari obsidian Mada, juga senyumnya yang perlahan berubah menjadi kikuk kala Mada semakin mengikis jarak diantara mereka. Perlahan kelopak mata Gantari terpejam saat wajah Mada semakin mendekat, yang bahkan Gantari bisa merasakan deru nafas Mada mengenai langsung pada wajahnya. Tapi, yang terjadi selanjutnya justru Mada menarik sesuatu yang berada dalam genggaman Gantari, membuat Gantari langsung membuka kembali matanya untuk menatap Mada dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ENDING WITH YOU
FanfictionSebuah kisah mengenai arti dari mencintai yang sesungguhnya. Ini tentang Mada yang selalu mencintai Gantari hingga akhir hayatnya.