Everyday, i'm falling for her. The way she smiles and the way she look at me makes my heart skip a beat.
.
.
.
Saat mata Mada tertuju pada sosok gadis dengan rambut sepunggung yang bergelombang, memakai celana jeans yang dipadukan dengan kemeja seperti berukiran batik lalu bibir ranumnya dipoles lipstik merah menyala, bermain bola bersama anak-anak kecil tanpa peduli dengan lumpur yang mengotori pakaiannya. Sejak saat itu Mada menyatakan, dia gadis yang Mada cari, gadis yang saat itu tertawa dengan begitu cantik dimatanya. Bahkan alunan tawanya bagaikan melodi yang seketika menciptakan bait lagu mengenai betapa indahnya sosok yang terpandang mata Mada. Sungguh, ini bukan ungkapan berlebihan akan sosok Gantari, tapi faktanya begitulah Mada memandang Gantari diawal pertemuan mereka.
Mada tidak ingin membuang kesempatan yang ada, dengan kepercayaan diri yang tinggi, setelah Gantari menyudahi permainannya, Mada menghampiri Gantari yang duduk beristirahat dipinggir lapangan. "Pulangnya arah mana?" tanya Mada tanpa salam pembuka.
Gantari mendongak, menatap Mada dengan heran sembari bertanya-tanya pada siapa Mada berbicara? Tapi, tatapannya tertuju pada Gantari. "Mas bicara sama saya?"
"Mata saya bahkan nggak berpaling sejak tadi, hanya ke kamu."
Gantari tersenyum canggung. "Ahh! Saya pulang ke arah barat. Kenapa?"
"Saya temanin! Nggak baik anak gadis pulang sendirian, kata ibuku nanti diculik kalongwewe." goda Mada, yang langsung tersenyum saat melihat raut wajah kesal dari Gantari.
Gantari berdecak kesal. "Kamu kira aku anak kecil diculik kalongwewe." sinis Gantari, lalu berdiri dan menatap jengkel pada Mada.
Mada terkekeh ringan, Gantari menggemaskan sekali. "Nggak sih, tapi lihat kamu main bola sama anak kecil aku pikir kamu seusia mereka."
"Memangnya kamu nggak lihat lipstik aku?" Gantari memanyunkan bibirnya, hanya ingin menunjukkan warna merah menyala dari lipstik yang dipakainya. "Ini lipstik orang dewasa, dasar aneh!" sindirnya.
"Aku salah berarti, kalau gitu kita perlu kenal lebih dekat lagi supaya aku tidak salah sangka kedepannya sama kamu." ucap Mada. "Namaku Mada Paramudya." sambungnya mengulurkan tangan kepada Gantari.
"Bilang aja mau kenalan, kenapa harus ngajak berdebat dulu." kesal Gantari. "Aku Gantari Sasmaya." sambungnya membalas uluran tangan Mada.
Setelah pertemuan pertama yang mendebarkan untuk Mada dan menjengkelkan untuk Gantari, Mada berhasil mengenal dekat sosok Gantari melalui Gantari langsung, tanpa melalui perantara, karena menurut Mada, untuk mengenal seseorang itu bukan dari katanya orang tapi harus dari orangnya langsung, bercengkrama langsung lalu menyimpulkan orang seperti apa yang sedang Mada ajak bicara. Hingga akhirnya semakin hari Mada mengenal sosok Gantari, maka semakin yakin Mada untuk selalu mencintainya.
Gantari itu unik, sosok gadis pekerja keras. Bukan gadis manja yang suka mengeluh, tapi dia tangguh dan multitasking. Pernah sekali Mada menemani Gantari menyelesaikan pekerjaannya di taman, berbekalkan senter dari korek yang dibawanya. Gantari mampu berbicara dengan Mada sembari tangannya bergerak untuk menggaris bawahi hal-hal yang akan diperlukan untuk rapat besok. Sungguh, semakin jatuh hati Mada terhadap sosok menawan Gantari. Selain itu, Gantari juga sangat menyukai anak kecil, tentunya Mada bingung. Karena untuk gadis yang selalu sibuk berkutat dengan pekerjaan, anak kecil bukan solusi yang baik, bukan?
"Jadi, . . Kamu menginginkan aku sebagai apa wahai tuan Mada yang terhormat?" tanya Gantari, saat keduanya duduk di taman tak jauh dari tempat Gantari bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ENDING WITH YOU
Fiksi PenggemarSebuah kisah mengenai arti dari mencintai yang sesungguhnya. Ini tentang Mada yang selalu mencintai Gantari hingga akhir hayatnya.