#6 bahasa hati

210 28 6
                                    

Ini memang bukan tentang bunga, tapi aku akan merasakan hal yang sama seperti bunga itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini memang bukan tentang bunga, tapi aku akan merasakan hal yang sama seperti bunga itu.

.

.

.

Setelah pembicaraan bersama The Band dan jajaran staff yang melewati banyak sekali waktu dan pembicaraan serius, Mada berhasil mencapai kesepakatan. Dua lagu miliknya akan dibeli dan dimasukkan dalam album terbaru The Band nantinya, tentunya Mada akan mendapatkan royalti, berbagi penghasilan yang sudah mereka sepakati sebelumnya.

Saat ini Mada dan Ridwan sedang berjalan di lorong menuju lobby.

"Makasih, Mada. Lo beneran bertalenta banget. Gue tunggu karya-karya lo selanjutnya." puji Ridwan menepuk-nepuk punggung Mada pelan.

Mada tersenyum. "Makasih. Senang juga bisa ketemu orang baik kayak lo." balas Mada ikut memuji kebaikan Ridwan.

"Kenapa nggak langsung terjun jadi penyanyi aja? Sayang banget kalau lagu-lagu lo harus dinyanyikan sama orang lain." tanya Ridwan bingung.

"Udah coba, cuman ya gitu. Sedikit sulit untuk lagu gue sampai ke masyarakat."

"Coba lagi, gue bakalan bantu lo untuk berpromosi."

Mada langsung menoleh ke Ridwan. Senang sekali rasanya bisa bertemu dengan orang baik yang memiliki selera musik yang sama dengannya. Dalam hati Mada melafalkan kelegaan begitu mendengar penuturan Ridwan.

"Gue nggak tau harus bilang makasih bagaimana lagi."

Ridwan terkekeh pelan. "Kalau lo mau gabung di perusahaan yang sama kayak gue, gue bakalan senang banget. Tapi, kalau lo mau bangun perusahaan lo sendiri. Tahun depan kontrak gue habis, jangan lupa ajak gue join bareng." ucap Ridwan berbisik diakhir.

Mada kehabisan kata-kata atas apa yang baru saja Ridwan ucapkan, sehingga Mada hanya bisa merespon penuturan Ridwan dengan kekehan ringan sembari Mada mengibaskan tangannya malu-malu.

"Gue serius." timpal Ridwan dengan kesungguhan, membuat Mada menatapnya dalam diam.

.

.

.

Berakhirnya obrolan Mada dan Ridwan membawa langkah Mada selanjutnya menuju rumah. Mada ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu yang selalu mendoakan kesuksesan Mada, ingin mencium tangan dan kaki dimana surganya berada.

"Ibu, . ." panggil Mada, lalu berlari ke arah ibu yang sedang berdiri di depan meja makan. "Ibu, mas berhasil, bu." sambung Mada memeluk tubuh yang mulai ringkih itu dengan erat.

Ibu membalas pelukan Mada. Mengelusnya dengan penuh kelembutan bersamaan dengan segaris senyum. "Hebat anak ibu." walaupun ibu masih tidak tau maksud dari keberhasilan yang Mada maksud, ibu tetap memuji Mada.

HAPPY ENDING WITH YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang