Pertemuan Pertama Nadayu

71 2 0
                                    

"Bang, aku izin kesitu ya... Ada senior kampusku dulu nih" ujarnya pada bang abyan sembari dia menunjuk pada sekelompok orang yang sedang berbincang menghadap meja bundar di aula tempat mereka mengadakan acara.

####

Nadayu Gemintang. Tahun ini genap 25 tahun. Anak dari pemilik kedai gudeg di jogja. Terlahir dari keluarga dengan ekonomi cukup saja. Tidak berlebih, tapi kedua orangtuanya selalu memberikan jaminan penuh pada pendidikan anak-anaknya. Setelah lulus kuliah nadayu memutuskan mengadu nasib di ibu kota, bekerja disalah satu rumah sakit jakarta sebagai perawat.

Teman-teman nadayu memanggilnya si "gila kerja". Entah ada berapa pekerjaan sambilan yang dia ambil. Tapi dia suka. Dia hanya ingin menghasilkan banyak uang. Setidaknya itu tujuannya semenjak 6 bulan terakhir. Di rumah sakit nadayu menjadi orang yang paling di andalkan senior jika ada yang ingin di gantikan shift kerja nya. Di hari sabtu dia memiliki jadwal rutin menyayi di salah satu kafe paling ramai ditengah jakarta. Hanya 3 jam. Tapi mendengar jumlah yang ditawarkan tanpa pikir panjang nadayu mengiyakan.

Hingga akhirnya dia terjebak pada pekerjaan yang paling membuat perasaan dan otaknya penuh dengan berbagai rasa.

Pertemuan nadayu dengan sosok Prasetyo hadikusumo sebagai perawat dan pasien menjadi pembukanya. Demi Tuhan dia tidak pernah tertarik dengan sosok dan tokoh manapun di negeri ini. Dia memanggilnya Pak Pras. Masuk dalam deretan 10 orang terkaya di indonesia. Punya banyak berbagai gurita bisnis hampir menyeluruh di tiap kota. Dan ternyata rumah sakit swasta tempat nadayu bekerja menjadi salah satu asetnya.

Saat itu menjadi pertemuan pertamanya dengan pak pras. Di loby utama rumah sakit. Sedikit berlari nadayu mencoba mendekati pintu lift yang mulai menutup. Hampir saja terlambat jika pak pras tidak menekan tombolnya untuk menunggu nadayu.

"Terimakasih pak". Ucapnya tulus sembari menganggukan kepala. Dan berdiri menyejajarinya.

"Aku menyelamatkanmu nadayu gemintang hehehe... kata pak pras sembari terkekeh.

"Eh, bapak mengenal saya?" Tanyanya heran.

Beliau hanya menunjuk IDCard rumah sakit yang tertera nama didalamnya sambil tersenyum.

"Oh iyaa... Jawabnya tersipu malu.

Sial. 2 orang dibelakang pak pras sepertinya tertawa tertahan melihat sikap nadayu.

Lift terus bergerak menaiki gedung rumah sakit 12 lantai.

Tiba-tiba...

"Uhuk... Uhuk... "

Pak pras memegang leher sembari memberi tanda ada sesuatu aneh yang menyangkut ditenggorokannya. Refleks nadayu menepuk pundak pak pras dengan keras. Usaha nadayu belum membuahkan hasil, pak pras masih terus memegangi leher. Mata nya pun tampak berkaca-kaca. Sementara 2 orang laki-laki yg bersama beliau mencoba memencet tombol lift agar berhenti di lantai terdekat.

"Tidak, ini tidak bisa dengan hanya menepuk... Mohon maaf ya pak jika ini tidak nyaman"

Sebelum 2 ajudan pak pras sadar yang akan nadayu lakukan pada atasan mereka. Nadayu sudah berada dibelakang pak pras kemudian melakukan heimlick manuver. Meletakkan 2 genggaman tangan yg disatukan, kemudian melingkarkan tepat di ulu hati. Dengan 2 kali sentakan, pak pras berhasil memuntahkan permen bulat yang ukurannya cukup besar. Sebesar telur puyuh.

Aneh. Baru kali ini nadayu melihat permen sebesar itu.

"Bapak tersedak" kata nadayu.

####

Semenjak kejadian di lift pagi tadi, nadayu menjadi bahan pembicaraan di ruang Kencana. Bangsal VVIP dan President Suite di Rumah Sakit tersebut. Sama sekali dia tidak menyangka jika yang dibantunya tadi adalah pemilik Rumah Sakit ini.

" Wah... Beruntung sekali kamu nad, fiks ini mah bakal dapat promosi kamu" ucap wulan, salah satu seniornya.

Nadayu hanya membalas dengan senyuman. Dia tetap melanjutkan pekerjaannya mengisi Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) di Tab.

"Kamu kok berani sih nad? Untung Pak Pras selamat yaa... Coba kalau tadi si nada gagal, nyawa taruhannya. Bisa juga kita semua kena nih" cecar siska, salah satu teman dinasnya. Tampak raut tidak suka pada wajahnya.

Hari ini nadayu double shift. Shift pagi dilanjutkan shift sore. Dia menggantikan mbak rani yang mertuanya datang.

"Kamu beneran ga tahu ya kalau Pak Prasetyo itu pemilik RS ini?"... Siska masih berusaha mengulik jawaban nadayu.

"Mbak siska... Aku kan baru 6 bulan kerja disini. Mana tahu lah Pak Pras yg punya RS ini. Ga sedetil itu juga aku cari informasi mbak... Setahuku dr. Adit direktur RS, ya yang punya RS"

"Lagian aku cuma pengen kerja, dapat duit, udah deh"

"Dasar nada mata duitan" sahut wulan sambil terkekeh mendengar jawaban nadayu.

" Yeee... Mending mata duitan dibanding mata bintitan"

"Hahaaa... Ini anak selalu aja punya jawaban"

"Karena aku pegang contekan mbak hahaaaa". Nadayu tertawa puas setelah berhasil menjawab asal pertanyaan senior-seniornya. Yang terkadang pertanyaan mereka terlalu berlebihan.

"Eh mbak, btw ngapain pak pras ke sini?" Tanya nadayu pada wulan.

"Setiap 3 bulan, beliau ada jadwal MCU langsung dengan direktur nad. Itu si dr. Adit kan adik Pak Pras.

"Oh, pantes agak mirip yaa"

Ketika mereka masih bercakap-cakap datanglah salah 1 anak buah pak pras yang tadi menemani beliau.

Randa Wiranata. 31 tahun. Salah satu sekretaris pribadi Prasetyo Hadikusumo. Sebenernya pak pras punya 2 orang kepercayaan yang sangat berbeda karakternya. Satu lagi Abyan Syarma. 29 tahun.

Randa adalah sosok pria matang. Diumurnya yang sekarang dia masih melajang. Hidupnya habis disibukkan menjadi orang kepercayaan pak pras. Wajahnya cukup menawan dengan pahatan dagu yang tegas khas orangjawa. Kulitnya kuning langsat tampak bersih meski tidak putih. Sosoknya misterius, jarang berbicara panjang lebar.

Sedangkan abyan, dia cukup humoris. sama menawannya. Tipikal cowok idaman wanita jaman sekarang.

"Permisi, Nadayu gemintang ada? Ikut saya sekarang juga. Pak Pras ingin bertemu anda". Lugas. Tanpa basa-basi. Tanpa ramah tamah.






Nadayu Dan Pria KutubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang