Peduli Tapi Menyebalkan

26 3 0
                                    

Bagaimana pun Nadayu tetap mengikuti Randa ke tempat dimana mobil Randa berada. Yang ada dipikiran Nadayu sekarang adalah menjauh dari Satya secepatnya. Sedang Satya tidak bisa berbuat banyak. Hanya memperhatikan Nadayu dan Randa. Dalam hatinya menyimpan banyak tanda tanya dan cemburu.

Benarkah Nadayu secepat itu melupakan dirinya? Siapa laki-laki yang memanggilnya "Bintang" seperti dia memanggil Nadayu? Yang Satya tahu, orang-orang terdekatnya dan keluarga yang memanggil Nadayu dengan sebutan Bintang. Satya masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Nadayu bukanlah orang yang cepat dekat dengan lawan jenis. Bahkan butuh 1 tahun lebih bagi Satya untuk mendekati Nadayu.

''Arrghh! Satya mengacak rambutnya kasar. Lalu dia pergi meninggalkan kafe.

Sementara itu, Randa melajukan mobilnya di tengah kemacetan ibu kota. Randa tak juga memulai pembicaraan dengan Nadayu. Lebih dari 15 menit mereka hanya diam. Pun dengan Nadayu. Ada banyak tanya dalam benaknya atas sikap Randa. Tapi rasa malu membuat Nadayu tak bergeming. Nadayu bingung harus memulai percakapan dari mana, sedangkan Randa tidak juga bertanya. Nadayu masih memainkan ujung kuku-kukunya. Sesekali Randa melirik sekilas dan kembali fokus menyetir.

"Terimakasih" ucap Nadayu lirih. Hampir tidak terdengar.

"Kamu ngomong apa?" Sahut Randa sambil menolehkan kepalanya menatap Nadayu.

"Terimakasih Pak... Balas Nadayu sedikit lebih keras dari sebelumnya.

"Kamu merepotkan sekali!"

Eh?? Nadayu menatap sekilas Randa. "Pak, saya turun di halte depan saja. Terimakasih untuk tumpangannya". Nadayu masih tidak enak dengan kejadian tadi.

"Selain merepotkan, kamu juga merugikan saya"

"Maksudnya pak?" Nadayu sedikit tidak terima dengan tuduhan merugikan dari Randa.

"Seatbelt kamu tolong dipasang. Jangan harap saya akan bantu pasangkan ya. Cukup sudah saya bantu kamu lolos dari laki-laki tadi. Jangan buat saya rugi dengan surat tilang dari polisi"

Nadayu tersadar dan mulai memasang seatbeltnya sebelum kalimat sarkas Randa kembali dia dengar.

"Saya antar kamu pulang. Bukan karena saya ingin. Ini sudah malam, takutnya kamu hilang. Saya tidak mau dijadikan tersangka penculikan hanya karena memberi kamu tumpangan"

"Kenapa pak?"

"Apa?"

"Kenapa bapak bantu saya?"

"Kamu butuh bantuan" jawab Randa singkat.

"Tapi tadi saya ga minta bantuan bapak"

"Kalian menghalagi jalan saya. Kamu ga ingat? Lain kali kalo mau berantem cari ruangan privat biar ga ganggu masyarakat" jawab randa asal.

Haahh?? Masyarakat?? Benar benar Nadayu tidak habis pikir ada orang seperti Randa. Kenapa yang keluar dari mulut Randa selalu kata-kata pedas sih?

"Iya pak, sekali lagi saya minta maaf jika sudah mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat" jawab Nadayu tak kalah sengit.

Sekilas ada senyum kecil diraut wajah Randa mendengar jawaban Nadayu.

"Bintang.."

"Iya pak.."

"Saya harus antar kamu kemana?"

"Oh iya, komplek raya putih blok AG 6 pak".

Ehh? Apa tadi? Randa memanggilnya bintang? Nadayu takut salah dengar.

Masa bodohlah. Nadayu hanya ingin cepat sampai dirumah kostnya. Nadayu sudah tidak tahan lagi berdua dengan Randa di mobil. Nadayu belum sadar, bersama Randa sekarang membuatnya lupa dengan perasaan kacau nya saat bertemu Satya tadi. Yang dipikiran Nadayu sekarang adalah begitu menyebalkannya Randa. Untung ganteng. Eehh???

Nadayu Dan Pria KutubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang