Ini bukan akhir yaa....
Insyaallah semakin seru
Jadi jangan sampai ketinggalan ya gaesss....Happy Reading.......
Mereka semua berhenti di RSJ Permata Husada. Yaa, Rana mengalami gangguan jiwa karena tekanan dan pikiran yang selama ini selalu membayanginya. Depresi yang yang berlebih dan rasa sedih yang berlebih kini membuat mentalnya menjadi tidak terkontrol. Dokter mengatakan depresi yang dialami oleh Rana ini masih dapat disembuhkan, namun harus dengan banyak-banyak ketenangan dan harus menciptakan suasana bahagia atau menyenangkan sehingga Rana tidak akan terus mengingat apa yang membuatnya menjadi tertekan. Dokter menyimpulkan bahwa Rana masih belum bisa menerima kepergian ibunya dan juga ia tertekan oleh keadaan dimana ia harus menghadapi kasusnya tersebut.
Dibalik hal ini, ada suatu pelajaran yang membuat Meta, Deswita dan Aditya sadar bahwa Rana pun tidak sepenuhnya salah. Sebagai orang yang berilmu merekapun tahu bahwa faktor-faktor penyebab semua itu memang dapat berdampak besar. Aditya pun juga merasa bersalah, karena bagaimanapun ia juga telah menjadi salah satu faktor pendorong Rana untuk melakukan hal itu pada Meta.
"Nek, Aditya meminta maaf karena bagaimanapun aditya juga telah bersalah," ucap Aditya dengan penuh penyesalan sambil terus menunduk dan mengenggam tangan nek wiwik yang terduduk lemas dibangku ruang tunggu.
"Nak, nenek tahu betapa menyesalnya kamu. Tapi nenek jauh lebih kecewa padamu. Nenek tau nenek harus ikhlas karena ini kehendak Allah" ucap nek wiwik mencoba menguatkan diri.
Saat itu juga semua hening, yang ada pada diri masing-masing hanyalah rasa menyesal. Penyesalan yang sedalam-dalamnya. Hingga akhirnya dokter keluar dari ruangan Rana, dan semua berdiri untuk menanyakan keadaan Rana.
"Nenek, saya rasa andalah orang yang dapat menenangkan Rana. Dia sangat terguncang saat ini, ia butuh kasih sayang yang benar-benar tulus dari orang yang ia sayangi" ucap dokter Rendi.
Nek wiwik langsung masuk kedalam ruang rawat Rana. Ia pun meneteskan air mata saat nelihat cucu tersayangnya dengan selang infus dan harus dibius agar lebih tenang. Beberapa suntikan penenang untuk Rana sudah disediakan dalam wadah khususnya. Ia benar-benar tidak menyangka semua akan sefatal ini.
"Nn..ndukk....kamu harus kuat pokok e, jangan seperti ini, kamu harus bisa menghadapi ini semua" ucap nek wiwik pelan sambil mengusap kening cucu tersayangnya.
"Nduk, gak kangen kamar masa kecilmu to? Ayo kedesa pulang, makan sup ayam lagi" sambungnya dengan berlinang air mata.
Nenek wiwik tidak mampu menahan air matanya dan saat itu pula semua tumpah. Nenek wiwik menangis di samping ranjang cucu tersayangnya. Sampai akhirnya Rana mengusap pelan puncak kepala sang nenek pelan. Sang nenek melihat cucunya yang melihat kearah langit-langit ruangan dengan tatapan kosong.
"Nduk jangan melamun, bicara sini sama nenek" ucap nek wiwik terus membangkitkan semangat cucunya.
Rana masih terus terdiam sambil menatap langit-langit dengan tatapan kosongnya. Rana merasa ia tidak memiliki daya untuk sekedar bicara, ia tidak ingin melakukan apapun bahkan untuk tersenyum atau melihat siapa yang ada disampingnya. Ia hanya perlu mendengar dan menerima dengan pasrah apa yang akan dilakukan padanya.
Sesaat setelah sekilas bayang-bayang tragedi kematian ibunya, foto kemesraan Aditya dan meta dan juga saat tragedi penyiksaaan meta yang ia lakukan maka saat itu pula kepala Rana terasa sangat pusing dan ia akan bertingkah diluar kendali, baik itu marah-marah, menangis histeris, tertawa histeris dll.
Dokter Rendi menyarankan agar Rana terus ada dalam pengawasan, dan juga harus selalu diajak komunikasi agar ia tidak memendam segala masalahnya. Ia harus banyak berkonsultasi untuk menyelesaikan masalahnya. Ia tidak boleh terbebani dengan pemikiran yang membuatnya merasa tertekan. Ia butuh ketenangan jiwa.
Selama Rana masih berada di bawah pengawasan dokter, tidak ada satupun orang yang diijinkan untuk menjenguknya untuk sementara ini. Rana didampingi oleh salah satu suster yang bernama Dina. Suster dina sangat sabar dan sangat tulus dalam merawat Rana. Setelah seminggu dalam masa perawatan Rana sudah mulai berani untuk sedikit terbuka dan berbicara dengan suster dina. Dokter Rendi memberikan kabar baik kepada nenek wiwik bahwa kini rana sudah kembali membaik, namun ia masih harus menyelesaikan pengobatannya terlebih dahulu, untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diharapkan.
Setelah mendengar kabar tersebut, Aditya merasa ia harus menemuai rana untuk meminta maaf. Dan sebagai balasannya ia akan memperbaiki semua kesalahannya yang telah ia lakukan dimasa lalu. Ia datang bersama meta dan deswita ke rumah sakit untuk menjenguk rana. Ketiganya memasuki kamar rawat rana, dan bergantian memeluknya. Yang mereka lihat sangat diluar pemikiran, rana sangat berubah. Dengan wajah pucatnya, ia hanya memandang kosong dinding kamar dengan posisi terduduk di atas kasur rumah sakit.
"Rana, maafkan kami untuk semuanya. Kami salah karena sudah menyudutkanmu tanpa mendengar penjelasan darimu" ucap deswita dengan penuh sesal.
Disaat itu pula ketiganya menitikkan air mata, tangan rana terulur untuk mengusap air mata deswita. Tanpa berbicara rana menyodorkan sapu tangan kecil kepada meta. Meta yang menyadari maksud rana langsung mengusap air matanya dengan tangannya. Sekilas ia melihat sapu tangan biru polos tersebut. Ia terkejut ternyata di salah satu sudut sapu tangan tersebut tertulis kata 'MERATA'.
Flashback On
"Ehh gaiss kita bikin singkatan nama untuk kita bertiga yukk, sepertinya seru" usul Meta pada kedua sahabatnya.
"Boleh juga usul anda, mari kita bikin bersama-sama" jawab Rana antusias.
"Hmm..ada baiknya nama tersebut punya arti yang sedikit bermakna tapi tidak susah untuk kita definisikan" kata deswita masih dengan ponsel ditangannya.
"Bagaimana kalau kita ambil dari dua huruf depan nama kita masing-masing" ucap Rana memberikan usulannya.
"Oke, mulai dariku ya Me, lalu rana dengan kata Ra, dan deswita dengan kata De, maka jadi MERADE" ucap meta sambil mengeja kata yang ia ketikkan di ponselnya.
"Hah MERADE, lalu apa definisi kata merade meta, ayolah bikin yang benar" sahut deswita memprotes.
"Sebentar deh gaiss, jika nama deswita yang kita ambil dua huruf belakangnya berarti menjadi, Me, Ra, dan Ta untuk deswita. Merata." ucap Rana dengan nada mengeja.
"Merata. Definisinya semua sama, kita bertiga sama, tidak ada yang boleh dibedakan, tidak ada yang boleh merasa tidak teradili dan semua kita bagi sama rata, kita bikin jalan kita rata untuk kita lewati bertiga" ucap Meta sangat antusias.
"Oke, nama yang bagus untuk kita, aku setuju" ucap deswita singkat.
"Aku juga setuju" sahut Rana tak kalah antusias.
"Merata, semua sama dan tak ada yang berbeda" ucap Meta dengan mengulurkan telapak tangannya.
"Merata. Meta, Rana dan Deswita." ucap ketiganya secara bersamaan sambil menepuk telapak tangan meta.
Dan disitulah, pagi yang indah dengan keseruan bersama kedua teman-temannya ini. Untuk melepas penat seusai jalan-jalan pagi ditaman dan perbincangan hangat yang tidak akan rana lupakan. Dimana mereka bertiga duduk bersama diteras depan rumah saling menggoda dan tertawa bersama. Sungguh rana merasa bahagia karena mengenal deswita dan meta dan dapat menciptakan senyum indah di bibir keduanya.
Flasback Off
Huaaa.. Apalah dayaku.
Rana cepatlah pulih, kami menyayangimu.
Lanjutkan atau lupakan?
Kembali atau pergi?
Masih kepo bagaimana selanjutnya?
Yaudah rebahan dulu aja.
Stay at home jangan lupa 🏡
Kalau stay with RahmaRafaa wajib yaaa ♥
See you di halaman berikutnya
Jangan lupa vote and comment :v
KAMU SEDANG MEMBACA
MEREKA_
Teen FictionMeta yang berada di samping rana terkejut setelah ia melihat isi kotak yang dibanting oleh deswita dihadapannya, ia tidak percaya apa yang dikatakan aditya ternyata benar. Iapun langsung berdiri dan memegang tangan deswita dengan erat, ia sungguh-su...