Delapan

3 0 0
                                    

Jangan rebahan mulu, sini cerita sama aku
Lebih tepatnya sihh baca ceritaku
Yaa begitulah, yang penting kalian baca
Dan semoga terhibur :p

Happy Reading......

Saat Meta tersadar dari lamunannya, ia langsung memeluk dam mencium kening sahabatnya tersebut. Ia menciumi telapak tangan Rana dan mengucapkan maaf berkali-kali pada Rana. Rana mendengarnya, ia hanya terdiam dan tidak merespon sahabatnya tersebut, hanya beberapa tetes air mata Rana yang turun membasahi pipinya yang menjawab semua. Sampai akhirnya suster Dina datang untuk mengecek keadaan Rana.

"Rana, apa kabar? Lihat sahabatmu datang untuk menemuimu." ucap suster dina pada rana.

"Hm apakah sedari tadi rana tidak berbicara kepada kalian?" tanya suster dina pada aditya, meta dan deswita.

Ketiganya hanya menjawab dengan gelengan saja, dan suster Dina menghela nafasnya panjang. Setelah memberikan suntikan pada Rana, suster Dina meminta Deswita, Meta dan Aditya untuk ikut keluar bersama dengannya. Setelah diluar ruang rawat rana suster Dina memberikan sepucuk surat pada Meta.

"Meta, ini adalah surat yang rana tulis untukmu dan teman-temanmu. Saya harap kalian bisa lebih sabar untuk menghadapi keadaan rana saat ini ya" ucap suster dina ramah.

Saat suster Dina meninggalkan ketiganya, Meta membuka surat tersebut.

Teruntuk : Meta Dinata

Aku tidak tahu aku menulis ini dalam kondisi apa, yang aku tahu aku masih sadar saat ini. Kita memang dipertemukan diwaktu yang salah dulu, tapi tidak sekarang, sekarang Tuhan telah menjawab do'aku untuk bertemu denganmu. Aku malu mengakui tapi iya akulah yang salah, aku menerima semua yang akan kau lakukan padaku. Hukum aku semaumu, kalau bisa jangan ampuni aku. Aku sadar akulah yang salah, sekali lagi aku meminta maaf padamu.

Rana Martina


Meta kembali memasuki ruang rawat rana, ia mengambil bangku disebelah ranjang rana, ia memegang tangan Rana dan meminta Rana untuk melihat kearahnya. Meta berfikir dengan cara ini mungkin rana akan kembali membaik.

"Rana, aku Meta Dinata akan menghukummu atas semua kesalahanmu itu, tapi katakan padaku apakah kau akan melakukannya?" ucap meta pada rana.

Rana terkejut, tapi itulah salah satu kalimat yang ingin dia dengar, ia ingin sekali menerima hukuman dari Meta atas kesalahannya agar ia merasa tenang, ia membalas pertanyaan meta dengan senyum simpulnya dan anggukan kepalanya.

"Baiklah, hukumanmu cukup menjadi teman kami seperti dulu, kita akan bersama-sama membangkitkan nama kita MERATA, kau bisa?" ucap meta sambil menekankan kata merata.

Dengan senyum dari Rana, Meta sudah mengetahui bahwa ia mulai berhasil mengembalikan Rana yang dulu. Sahabat sejatinya.

Saat itu juga Meta, Rana dan Deswita saling berpelukan seperti teletubbies. Momen itu tidak dilewatkan oleh Aditya, ia mengambil foto saat ketiganya sedang berpelukan dengan hangat seperti ini. Ia tidak langsung mempublishnya tapi ia simpan dulu di galeri pribadinya.

Dokter Rendi yang melihat hal ini merasa bahagia, ia yakin setelah ini Rana akan segera kembali pulih lagi. Tapi rasa gelisah tiba-tiba muncul, ia merasa akan kehilangan Rana, apakah ia mulai mencintai rana? Tapi apa? Kenapa bisa? Ia baru mengenal Rana saat ia menanganinya, Kenapa bisa ia suka pada pasiennya sendiri? Mungkinkah ini terjadi?

What, dokter rendi ada apa denganmu?
Bagaimana kelanjutan kisahnya yaaa
Kalau kepo harus stay berarti :D
Oke. Stay at home 🏡
And stay with RahmaRafaa yaa ♥
See you next part....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MEREKA_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang