Empat

9 0 0
                                    

Meta terbangun karena sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela kamarnya. Ia langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia memoles bedak untuk menutupi kantung matanya yang nampak seperti mata panda. Wita datang membawakan sarapan untuk anak tersayangnya.

"Sayang, kamu yakin hari ini ingin berangkat kuliah?" tanya wita pelan.

"Iya mah, meta harus berangkat hari ini. Meta gak mau tertinggal materi lagi" jawab sang anak.

"Yaudah kalau emang kamu mau pergi, jaga dirimu baik-baik ya sayang" ucap sang mamah.

"Iya mah, meta pergi dulu. Assalamu'alaikum" sahutnya sambil menenteng tas keluar rumah.

"Wa'alaikumussalam" jawab wita sambil melihat kepergian anaknya.

Sebenarnya wita sangat khawatir, setelah mendengar cerita dari deswita sore kemarin membuat wita merasa tidak rela melepas putri kesayangannya untuk bertemu kembali dengan pria yang bernama Aditya tersebut. Namun Meta sudah memytuskan untuk menghadapi rasa takutnya dengan tetap pergi ke kampus demi ilmu yang ia perjuangkan.

Setibanya Meta dikampus ia melihat deswita duduk dibangku sambil memainkan ponsel ditangannya. Ia terkejut begitu melihat Meta duduk disamping bangkunya.

"Meta serius kamu datang hari ini?" ucap deswita cemas.

"Iya des, aku gak bisa terus-terusan meninggalkan kuliahku demi untuk menghindari pria itu" jawab Meta.

"Tapi kamu yakin kamu mampu untuk menghadapi semua ini?" ucap deswita khawatir

"Iya deswita, aku yakin aku mampu" jawab meta meyakinkan sahabatnya tersebut.

Disela-sela perbincangan deswita dan meta, tiba-tiba Aditya datang dan mengambil bangku tepat di depan Meta. Ia menaruh tasnya dan membalikkan badan menghadap kearah Meta.

"Gue butuh ngomong sama lo nanti jam istirahat, gue harap lo mau datang dan temui gue ditaman samping kampus" ucapnya tanpa basa-basi. Setelah itu ia membalikkan bangkunya dan medengarkan materi dari dosen yang baru saja memasuki kelas mereka.

Jam istirahat pun tiba, Aditya berjalan menuju pintu keluar kelas dengan tas yang digantung pada pundak kanannya. Meta merasa bingung haruskah ia mengikuti Aditya atau tidak, Deswita yang melihat kebingungan Meta langsung menepuk bahu sahabatnya itu.

"Meta, apapun itu masalahnya keputusanmu harus benar-benar kamu pertimbangkan. Jika kamu memutuskan untuk menemui pria itu maka aku dengan senang hati akan ikut denganmu dan menemanimu. Kita teman maka aku akan selalu berusaha saat kamu membutuhkanku" ucap deswita memberi masukan.

"Deswita hari ini aku memutuskan untuk bertemu dengannya, aku rasa ia punya niat baik, tapi aku ingin kamu menemaniku untuk bertemu dengannya karena bagaimana pun aku masih merasa takut akan teror wanita kejam itu" jawab meta melemah diakhir kalimat.

"Aku ada disini, ayo aku temani kamu bertemu dengan Aditya" jawab deswita sambil tersenyum.

Meta dan deswita pergi ketaman untuk bertemu dengan Aditya. Dan ternyata ditaman itu seorang Aditya duduk sendiri dikursi taman sambil membaca buku ditangannya. Saat Meta duduk disampingnya baru pria itu menaruh buku yang ia baca tadi didalam tas ranselnya dan melihat pada manik mata orang yang pernah sangat ia sayangi tersebut.

"Gue tau lo takut dengan kehadiran gue yang secara tiba-tiba seperti ini. Tapi lo juga harus tau sesuatu tentang gue"

Meta dan deswita hanya mendengarkan Aditya yang berbica tanpa melihat keduanya. Pandangannya lurus melihat ke jalan dan beberapa pedagang di taman tersebut.

"Waktu itu gue ada disana, gue lihat lo dengan keadaan yang sangat kesakitan. Gue berniat untuk membantu lo, tapi tangan gue tiba-tiba ditarik oleh jalang licik itu" ucapnya dengan nada penuh amarah.

MEREKA_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang