29

948 187 3
                                    

Adrian mengajak Alana berjalan-jalan ke tepi pantai. Hanya mereka berdua. Sebenarnya Alana ingin bergabung dengan teman-temannya. Ini 'kan acara kelas, ia tak enak jika mojok berdua dengan Adrian seperti ini. Pasti sekarang teman-temannya sedang menggibahkan dirinya.

"Lana!"

Adrian memanggil Alana yang sedang melamun, ia memercikkan air laut. Membuat mata Alana membulat karena marah.

"Mas Adrian apaan, sih? Baju aku jadi basah, tau!"

Alana mengejar Adrian dengan kesal. Ia balas memercikan air. Adrian menghindar, membuat Alana semakin kesal.

Dari kejauhan teman-teman Alana menyaksikan adegan kejar-kejaran itu dengan muka memelas.

"Nggak pakai adegan gitu bisa kan, ya?" sesal Juki.

"Iya, membuat jiwa kejombloan gue teraniaya." Cahyo menambahi.

"So sweet, pingin kek gitu!" Vivi berteriak mupeng sambil menggelendot di bahu Edgar. Segera dihempaskan oleh Edgar.

"Udah kek Marimar sama Pulgozo!" Juki mencibir. (Pulgozo anjing Marimar, telenovela jadul. Kalian belum pada lahir)

"Heh, kedengaran cowoknya Alana bisa dihajar lo." Edgar memperingatkan.

***

"Mas Adrian jahat!"

Alana kesal karena kakinya yang pendek membuatnya tidak bisa mengejar Adrian. Alana yang kecapekan berjongkok di atas pasir.

"Iya-iya, aku minta maaf."

Adrian menghampiri Alana. Kemudian tiba-tiba cowok itu menggendong Alana, membuat pipi Alana bersemu.

Sedetik kemudian Alana berteriak-teriak karena ternyata Adrian membawanya ke tengah laut. Kemudian ia menceburkan diri bersama Alana.

"Dasar Mas Adrian jahat, jelek!"

***

Alana masih ngambek karena Adrian membuat bajunya basah kuyup. Saat ini mereka sedang duduk-duduk di atas pasir. Alana mengawasi teman-temannya yang masih asyik berenang di laut. Bahkan Juki membawa pelampung milik adiknya yang berbentuk little pony.

"Masih marah?"

"Bodo!"

"Jangan marah, dong ...."

Alana tak menjawab perkataan Adrian, ia hanya meliriknya sekilas.

"Aku punya hadiah buat kamu." Adrian menyerahkan sebuah kerang raksasa.

"Apa ini, Mas? Emangnya aku Jinny oh Jinny?"

"Buka dulu."

Alana membuka isinya, ia terkejut bercampur senang ketika di dalamnya terdapat kalung mutiara yang sangat indah.

"Ini buat aku, Mas?"

"GR."

Alana mengerucutkan bibirnya. Adrian semakin senang menggodanya. Bersama Alana membuatnya jadi pribadi yang berbeda. Dirinya yang biasanya begitu kaku, menjadi lepas saat bersama gadis itu. Alana membuat hidup Adrian menjadi semakin berwarna.

Adrian memasangkan kalung itu di leher Alana. Membuat Alana menahan nafas karena jarak mereka yang dekat.

Dari kejauhan teman-teman Alana menyaksikan adegan romantis itu.

"Gila, mereka ciuman!" Juki berteriak histeris.

"Ciuman pala lo, itu si Adrian lagi masangin kalung!" sanggah Edgar.

"Em, ayang! Pingin kek gitu juga." Vivi merajuk pada Edgar.

"Gue pakein rantai kapal, mau?"

***

"Kamu suka?" tanya Adrian.

"Suka banget, Mas. Pasti mahal, ya?" Alana memegang kalung yang diberikan Adrian padanya.

"Itu imitasi kok."

"Beneran?"

"Bercanda. Untuk kamu aku rela ngasih semua."

"Semua?"

"Iya, semua. Hati, jantung ... ginjal, pankreas ...."

"Ih, nggak suka makan jeroan, ntar kolesterol kek bunda." Alana memukul paha Adrian. Seketika Adrian menangkap tangannya.

"Lana, aku cinta banget sama kamu."

"Aku juga, Mas." Wajah Alana memanas karena gombalan Adrian.

"Kamu janji jangan ninggalin aku, apapun yang terjadi." Adrian mengulurkan kelingkingnya. Alana menampel kelingking Adrian, seperti anak kecil saja, masa janji model begitu, pikir Alana.

"Iya, aku janji."

"Nanti kamu datang ke resort aku, ya. Aku punya kejutan buat kamu."

"Kenapa nggak sekarang aja?"

"Aku sekarang lagi ada perlu. Aku tinggal sebentar, ya? Ada kerjaan yang harus aku urus di sekitar sini."

Adrian berbohong. Sebenarnya ia ingin mempersiapkan kejutan untuk Alana nanti malam.

Teman Tapi Mupeng (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang