GOLD RUSH 03

5.1K 670 33
                                    


Warn: bxb, ooc, omegaverse AU

.

.

“Santorini?” Victoria menggumam pelan sementara kedua tangannya melipat erat kulit pangsit berisi campuran daging ayam dan udang cincang berbumbu dengan penuh presisi. Itu adalah Jumat sore yang damai di dapur Keluarga Huang, saat dimana sang nyonya besar ikut turun tangan demi menyiapkan makan malam favorite suami dan anak-anaknya di akhir pekan.

“Ya. Aku ke sana Jumat depan,” balasan Renjun membuat wanita itu menghentikan kegiatan memasukkan isian ke dalam kulit pangsit yang baru digiling dan diserahkan seorang juru masak bercelemek biru. Sementara si bungsu selesai pada lipatan terakhir, sebelum akhirnya dimsum tadi ditaruh melingkar rapi dalam salah satu kukusan bambu.

Setelah lulus kuliah dan diwisuda, ia belum juga mendapat izin bekerja. Jadi Renjun lebih banyak menghabiskan waktu dengan melukis (ada satu ruang seni khusus dalam mansion yang dibuatkan sang ayah untuknya), atau mengasah kemampuan (hobi) memasaknya jika Victoria punya sedikit waktu luang bersama.

Mata Victoria menatap penuh tanya. “Ooh, semacam pesta privat begitu?” Ibunya tiba-tiba saja masuk mode kelewat ingin tahu. “Sepertinya ada beberapa info yang terlewat oleh telingaku...” gumam pelan disuarakan. “Bukankah mereka mau mengadakan garden party ya? Kita diundang ke sana akhir bulan ini kalau tidak salah. Dengar-dengar, Tiff mau pakai rumah musim panas mereka yang di Gangwon-do itu lho...” Ia kembali melanjutkan melipat kulit-kulit pangsit yang kini mulai bertumpuk di atas konter granit. “Oh ya, ngomong-ngomong, sejak kapan dirimu mulai akrab lagi dengan si kembar? Tiff bilang kalau dia tidak pernah melihatmu hang-out bersama Jeno ataupun Karina sejak lulus dari Mugunghwa.” Bar curiga Victoria kembali naik satu tingkat. Renjun hampir saja lupa kalau ibunya dan Tiffany (alias ibu si kembar Lee) adalah teman dekat.

Meskipun para ibu punya hubungan erat, bukan berarti juga anak-anak mereka harus mengikuti jejak untuk bersahabat. Beruntung, Victoria tidak pernah memaksanya untuk bertemu atau bergabung dalam lingkar pertemanan milik putra-putri Tiffany. Ironisnya, ia malah dipaksa (diteror lebih tepatnya) oleh Yangyang untuk perlahan-lahan membaur dalam circle ‘blacklist’ tersebut.

Kali ini tangan Renjun yang berhenti. “Aku juga tidak begitu tahu? Yangyang tiba-tiba saja mengusulkan namaku untuk jadi tamu mereka, dan mulai mengolok ketika aku mau menolak undangan pergi ke sana, duh, yang benar saja??”

Victoria terkekeh mendengar kalimat yang terucap penuh murka. Renjun sudah sampai pada batas akhir pertahanan ternyata. Anak ini punya kesabaran setipis bulu angsa, dan jika dipancing terus-terusan ia akan menyambar umpan yang diberikan tanpa aba-aba.

“Ya sekadar bertemu sapa tidak ada salahnya, toh, mereka bukan preman atau anak mafia.”

“Tapi tetap saja...” kalimatnya menggantung tanpa niat dituntaskan. Karena sampai kapanpun Renjun adalah si bungsu dalam keluarga yang bakal menumpahkan segalanya jika melakukan sesi curhat dengan sang ibu. “Aku—akh, kami pasti akan bersikap canggung di sana, dan aku paling tidak tahan dengan keadaan semacam itu, hhh, kalau aku bersikap menyebalkan, ini semua adalah salah Liu Yangyang...” gumamnya sembari menekan keras kulit pangsit malang dalam genggaman.

Satu kukusan kembali terisi penuh. Victoria lekas membasuh dan mengeringkan kedua tangan, lalu membawa Renjun dalam satu dekap penuh sayang demi menenangkan hati si bungsu Huang. “Ya ampun baobei, jangan sampai berpikir terlalu jauh...” Wanita itu lagi-lagi tersenyum keibuan. “Kalau dirimu sampai mau menghadiri invitasi mereka, itu artinya kau punya niatan baik untuk memulai lagi semua.” Punggung ditepuk-tepuk perlahan, serupa ketika kecil dulu dirinya ditenangkan dari gangguan mimpi buruk atau deraan rasa sakit akibat terjatuh di taman belakang.

GOLD RUSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang