GOLD RUSH 04

4.5K 677 44
                                    

Noren/ Jenren omegaverse AU

Warning: bxb, ooc, typos, etc...

.



.


Ia tidak menaruh harap terlalu tinggi, begitu minivan yang membawa mereka berhenti di depan satu resor mewah (dengan banyak paviliun) di Imerovigli. Aroma garam, silau matahari, dan riuh debur ombak menginvasi segala alat inderanya. Sejak dari Incheon, dua teman seperjalanan Renjun kelewat aktif luar biasa, membuat ia setiap saat terjaga oleh cakap atau kelakar yang mengudara. Semoga saja ia bisa menebus sedikit waktu tidur di penginapan sebelum pesta dilaksanakan.

Lee Haechan pernah Renjun kenal saat menempuh pendidikan di akademi Mugunghwa. Haechan aktif dalam klub paduan suara dan sering menjuarai berbagai lomba. Beta gedung sebelah dengan segudang bakat istimewa, karakter ceria seolah harinya selalu bahagia. Pemuda berambut coklat ikal itu bersikap normal tanpa kendala, seperti Renjun adalah kawan lama dalam kelompok main mereka.

Karina menyambut para teman di pelataran, terbalut off shoulder ivory dan sepotong short jeans biru tua. Angin meriak helaian rambut yang dijalin sehelai scarf berbahan sutra.

“Hei boys, bagaimana cuacanya?”

“Cerah luar biasa.”

Kacamata hitam Yangyang lepas, peluk Karina lekas dibalas. Ia berterima kasih pada seorang staff seraya menyambar segelas signature drink berhias irisan lemon dan lembaran hijau segar daun mint.

“Sori baru bisa datang hari ini, beberapa urusan penting tidak bisa dihindari, maklumlah selebriti...”

Karina tertawa mendengar kalimat Haechan, sudah terbiasa mendengar hal-hal mustahil dan tengil keluar dari mulut si teman masa kecil.

“Yayaya, tuan Lee yang satu ini memang sungguh sibuk sekali.”

Si gadis alpha gantian menatap tamu yang terakhir akan disapa. Bukan pandangan macam menelanjangi dari puncak kepala sampai ujung kaki, tapi sarat akan rasa kagum (bercampur kelegaan yang entah datang darimana), karena ia bisa bertemu lagi (setelah sekian lama) dengan sosok yang namanya belakangan sering digaungkan.

Lama tidak berjumpa, dan mitos seputar omega satu ini memang benar adanya. Pantas saja nama Renjun kerap kali terselip di antara topik perbicangan, sebab penampilan pemuda itu memang sungguh di luar dugaan. Menawan mungkin tidak cukup sepadan, dia lebih dari apa yang selama ini Karina bayangkan.

Tunggu, jangan-jangan di belakang punggung Renjun tersembunyi sepasang sayap transparan, atau setiap kali dirinya melangkah, bunga-bunga akan muncul bermekaran di sepanjang jalan...

He was so fair and delicate, serupa elf dalam novel-novel fantasi yang digambarkan sebagai makhluk paling rupawan. Karina mungkin akan langsung percaya kalau tiba-tiba saja Renjun bilang ia hanya makan nektar bunga, dan mulai menebar debu pixie ke sekelilingnya.

“Halo...”

“Ah, terima kasih atas undangannya,”

Renjun menunduk sekilas sebagai bentuk apresiasi, terlalu buntu untuk memulai sebuah konversasi.

“Tentu, sama-sama.”

Kedua mata Karina langsung meniru lengkung bulan sabit, begitu senyum ramah di wajahnya terbit. Sebentuk tanda lahir berupa titik hitam di dagu kiri si gadis menyibak lembaran memori tentang tanda serupa di bawah garis mata milik seorang pemuda. Terlalu familiar—pikir Renjun cepat, karena ia mendadak teringat pada raut nyaris sama, namun dengan tubuh berbeda.

GOLD RUSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang