GOLD RUSH 11

3.9K 561 41
                                    



Noren/ Jenren Omegaverse AU

Warn: bxb, ooc, typo, etc


.


.


Detik-detik serasa lambat berjalan begitu kata maaf tadi diucapkan. Satu yang luput dari perhatian Renjun adalah ia tidak menyadari semu merah jambu, atau debaran jantung Jeno yang (padahal) sama-sama riuh bertalu. Ia mengabaikan hal ini, dan sibuk berasumsi kalau kejadian barusan hanya aksi impulsif Jeno sebelum pemuda itu kembali pada satu bentuk kewarasan.

Mungkin Jeno sadar kalau ia baru saja melakukan kesalahan, siapa tahu kan?

"Tu-tunggu dulu..."

Teluk Amoudi masih sebiru langit di atas kepala, tubuh mereka masih berpeluk mesra, dan Renjun mendadak kehilangan suara.

"Ya, oke, tunggu dulu," balas Jeno ikutan kikuk-ia kemudian berinisiatif membawa tubuh mereka kembali ke tepian hingga kaki-kaki Renjun kembali menapaki bebatuan.

Renjun coba abai pada hangat napas yang menerpa kening, atau kepalanya yang tiba-tiba saja luar biasa pening. Dunia seolah jungkir balik (akibat perbuatan orang di hadapan), namun ia malah semakin erat menjadikan dua bahu kokoh itu sebagai pegangan.

Ia memang pergi ke Santorini untuk menghadiri invitasi ulang tahun si kembar Lee, tapi hanya untuk terbangun di kamarnya sendiri pada keesokan pagi.

Alias, semua ini sudah pasti cuma mimpi.

"Sorry..."

Bisik itu mengalun tulus di telinga, seperti mengharap pengampunan atas segala perbuatan dosa. Renjun nyaris saja miris tertawa. Apa Jeno benar-benar menyesali perbuatannya, hingga ia terdengar begitu putus asa?

"I didn't mean to do that-without your consent..."

"Ya??"

Kepala Renjun menengadah, memberanikan diri untuk menatap langsung pada sepasang mata dengan kilat harap-harap cemas tergambar di sana. Di satu sisi ia ingin segera pergi, tapi sisi lainnya tertahan oleh rasa penasaran akan alasan apa yang membuat Jeno kerasukan, dan tiba-tiba saja (bagai sambaran petir di siang hari) nekat memberinya satu kecupan.

Karena ini bukan kisah Aurora atau si Putih Salju yang harus dapat kecup agar bisa terbangun dari kutukan. Renjun tidak kena-oh, mungkin ia memang benar kena kutuk, tapi bukan oleh segigitan apel atau ulah penyihir hitam, melainkan akibat presensi sang pangeran tampan.

Apa ini karma dari perbuatannya bertahun silam? Akibat dari ciuman yang ia berikan secara diam-diam? Semacam pembalasan dendam? Hukum alam??

"Maaf karena sudah berani melanggar spasi personalmu," bisik Jeno lagi berlatar debur ombak memecah tepian. "Akan kuterima konsekuensi dari perbuatanku, apapun itu."

"Apa kau menyesalinya??"

Kalimat di ujung lidah terburu disuarakan. Keberanian itu berlomba datang tanpa bilang-bilang-namun ketika sadar kalau ia mungkin akan mendengar satu balasan (yang bisa jadi tidak sesuai harapan), Renjun mendadak ingin punya jurus menghilang.

Ia kewalahan menerima segala perubahan yang terlalu cepat terjadi. Satu hari ini, dan lembar-lembar nostalgi berhamburan keluar dari ruang penyimpanan tersembunyi di sudut hati. Renjun berakhir menginginkan jawaban pasti tentang sesuatu yang terpaksa ia pendam usai mereka lulus dari akademi.

GOLD RUSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang