Mereka sedang sarapan nasi goreng sekarang,tapi entah kenapa suasana sarapan saat ini seperti suasana saat ujian.
Rafael yang melihat itu mencoba untuk mencairkan suasana. "nasi goreng nya enak tante"
"gue yang buat"sela Devano.
"owh...lo yang buat Van,nasi goreng buatan lo emang gapernah gagal"puji Rafael entah benar entah tidak.
"ini pertama kali gue buat nasi goreng"jawab Devano lagi.
"baru pertama kali buat tapi rasanya udah seenak ini!"Rafael semakin antusias.
"Devano tadi kamu pake kecap ini?"tanya bunda sembari melihat lihat kecap yang dipake Devano.
Devano mengangguk.
"ini kecap asin sayang..."
"uekk"rafael memuntahkan makanannya"pantes aja rasanya asin banget njir"
Gilang berhenti makan dan beranjak dari tempat duduknya."gue beli nasi kuning aja"
"nitip lang!"sambung Diora.
"gue juga"tambah Rafael.
🍁🍁🍁
Mereka sedang berjalan berdua sekarang.yap!Devano dan Diora. Tadinya Devano hanya mau membeli cemilan ke minimarket,tapi karena permintaan bunda ia juga harus mengantar Diora kerumahnya.
Saking kesalnya Devano pada Diora, Devano tidak mau berjalan berdampingan dengan Diora. Ia membiarkan Diora berjalan deluan sedangkan ia dibelakangnya.
"awas ya lo!"ancam Devano tiba tiba.
"awas kenapa?"tanya Diora tanpa membalikan badannya.
"awas aja kalo berita tentang gue ngompol kesebar"
Diora membalikan badannya menatap Devano dengan tatapan maut."kayak yang gaada kerjaan aja"
"awas!!"
"awas apa lagi sih?!—"
Tiba tiba seorang pengendara motor hampir menabrak Diora,Devano dengan sigap menarik Diora kedalam pelukannya,karena kurangnya keseimbangan mereka terjatuh bersama sama.
"eh kok gak sakit"Diora membuka matanya,ia tidak merasakan sakit karena ada sesuatu yang mengganjal kepalanya agar tidak terbentur aspal.
deg!
deg!
deg!
Diora mendengar suara detak jantung yang begitu cepat,ternyata yang mengganjal kepala Diora adalah dada Devano.
"l-lo bisa bangun ga?"ucap Devano sembari meringis kesakitan.
Diora yang mendengar itu langsung bangun dan membantu Devano berdiri."e-eh lo gapapa?"
Devano melepaskan sendalnya dan melemparnya kearah pengendara tadi sambil berteriak teriak."anjing lo!babi lo!tai lo!punya mata gak sih?!buta lo?!mata lo?!sakit nih!balik lagi gak lo?!!!ganti rugi sekarang!!!"
Tidak disangka pengendara motor itu berhenti dan berputar arah kearah mereka dengan tatapan seram sambil menancapkan gas nya sekencang kencangnya seperti ingin menabraknya lagi.
"Van!mampus Van!dia balik lagi!" Diora memukul mukul lengan Devano dengan satu tangannya.
"lari ra!lari!!!!!!!!"teriak Devano.
"hey tunggu!!!"teriak pengendara motor itu.
Mereka berdua kini berlari sangat jauh sekarang,lari Devano mulai agak lambat karena sebelah kakinya harus bersentuhan langsung dengan aspal yang dipenuhi dengan segala macam benda tajam seperti batu atau mungkin paku.
Devano tidak berlari sekarang,ia benar benar berhenti. Diora yang menyadari itu berhenti dan menghampiri Devano yang sudah terbaring di jalanan.
"van lo kenapa?!"Tanya Diora karena melihat Devano terbaring di jalan
"gue gakuat buat lari lagi, tinggalin aja gue disini"
Diora melepas sendalnya "nih, mau pinjem sendal gue? "
"boleh" Devano tiba tiba mengambil sendalnya dan lari kembali. "lari lagi ra!"
Diora yang melihat itu hanya terdiam dan merasa menjadi orang paling bodoh saat itu.
🍁🍁🍁
Devano sedang memperhatikan Diora yang sedang mengobati luka yang ada di kaki Devano. Mereka kini tengah berada di taman dekat komplek setelah sebelumnya ke apotek untuk membeli beberapa obat luka. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Diora,ia hanya fokus mengobati kaki Devano.
"aw!!sakit!!"keluh Devano kesakitan "pelan pelan napa"
Diora semakin menjadi jadi saat mengobati Devano,ia menekan nekan dengan keras kapas yang yang sudah dibaluri betadine ke luka Devano.
"sekarang gue tau kalo lo gacocok jadi dokter"kata Devano meledek."aaa!!!!" pekik Devano karena Diora mencubitnya.
"Vano?"panggil seorang perempuan yang membuat Devano dan Diora menoleh bersamaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Within a five meter radius
Ciencia FicciónEntah sejak kapan Diora bisa mendengar isi fikiran orang lain dalam radius 5 meter. Tapi anehnya saat ia didekat Devano suara itu tiba tiba hilang dan membuat Diora hanya bisa mendengar isi fikiran Devano. Seiring berjalannya waktu Diora sadar kalau...