1

45 5 1
                                    

Awas typo bertebaran,
Selamat membaca.

^_^

Hari ini aku dan Arka akan pergi ke dunia sihir, kami akan melatih kekuatan kami. Beberapa waktu yang lalu kekuatannya mulai muncul, hebatnya dia bisa memperlambat waktu. Itu terjadi ketika dia terpeleset dan hampir jatuh, seketika tubuhnya terjatuh perlahan, sangat lambat. Hingga dia menyadari bahwa dia dan keadaan di sekitarnya bergerak lambat.

Dia terus mencoba dengan tangannya, dan dengan mudah itu terjadi lagi, kekuatannya sudah stabil. Namun hingga kini kekuatanku belum stabil, kadang muncul, kadang tidak. Namun yang pasti ku ketahui air mataku bisa menyembuhkan orang. Belum ku coba lagi, apakah air mata itu masih bekerja saat terakhir ku gunakan saat aku menangisi kedua orang tuaku, dan menyembuhkan seisi istana dengan kekuatan air mataku.

Kami berjalan ke lapangan luas dekat hutan di Reli, dekat gubuk Arka tempat pertama kali aku bertemu dengannya. Suasana di sini masih sama, ketidak terlibatan Reli terhadap Kerajaan milik Kara dan kerajaan Kardovan membuat tempat ini damai.

"Arka, kenapa Reli tidak mendirikan kerajaan sendiri. Bukankah tempat ini sama sekali belum dimiliki oleh kerajaan lain?" tanyaku memecah keheninan. Kami terus berjalan, lapangan sudah terlihat sejauh mata memandang.

"Entah, namun yang ku dengar dari para rakyat di sini, itu sudah sebuah tradisi. Ada petuah mengatakan jika wilayah ini tidak bebas atau bisa di bilang di miliki oleh suatu kerajaan, maka kerajaan itu tak akan damai. Dulu pernah ada kerajaan yang ingin mengatas namakan Reli sebagai salah satu wilayahnya. Namun tak lama kerajaan itu di serang wabah penyakit. Kata tetua di sini, tempat ini memang harus di jaga kedamaiannya." jelas Arka panjang lebar. Aku mengangguk paham, lapangan terlihat sepi. Hanya ada beberapa burung yang terkadang berlalu lalang di langit.

"Arka kau berlatihlah, aku bingung harus melakukan apa," ucapku sambil duduk bersila di atas rerumputan.

"Aku akan melihatmu dari sini, siapa tau tiba-tiba aku mendapatkan kekuatanku dengan berdiam diri saja" lanjut ku.

"Sekar, latihanlah seperti biasa." bujuk Arka.

"Tak ada gunanya jika setiap latihan aku hanya menghempaskan tangan ke sana kemari namun tak terjadi apa-apa."

Mataku beralih pandangan melihat ke sekeliling, tak menghiraukan Arka yang terus mengomel dan menasehatiku ini itu, hingga akhirnya dia lelah dan meninggalkanku. Dia berjalan ke tengah lapangan menjauh dariku agar efek dari kekuatannya tak mengenaiku.

Aku melihat pepohonan yang berjejer rapi di sekeliling lapangan, menghitungnya secara urut untuk mengisi fikiranku yang kosong. Sekejap, aku melihat sebuah bayangan melewati deretan pepohonan. Aku mengucek mataku, memastikan apakah penglihatanku baik baik saja. Lagi, sekali lagi aku melihatnya, aku berlari menuju bayangan itu, namun nihil, di sini hanya ada pepohonan yang masih berada di tempatnya. Aku melihat ke sekeliling, memastikan.  Bayangan itu muncul lagi, di  dalam hutan yang lebih jauh.

Keingintahuku memuncak, aku berlari kedalam hutan, mengejar bayangan yang sedari tadi mengalihkan pandanganku. Namun tak ku sadari, aku telah jauh berlari ke dalam hutan, beruntung saja cahaya matahari masih dengan mudah menerobos dedaunan.

Aku melihat ke sekeliling, mencari bayangan yang ku lihat tadi. Perasaanku mengatakan bayangan itu bukan sosok biasa. Entah mengapa ingin rasanya aku ingin menangkap dan menanyainya.

Aku melihat bayangan itu lagi. Kini lebih dekat, dia memutariku dengan cepat. Aku ikut berputar, sepwrti terhipnotis aku terus berputar hingga kepalaku terasa pusing.

Keadaan gelap, sepeetinya aku sudah berada di dalam alam bawah sadarku.

"Kar, Sekar." Suara itu menembus di alam bawah sadarku. Mataku mengerjap, samar melihat wajah Arka yang terlihat panik.

"Ka, aku aku tadi,"

"Sekar, sekarang kita pulang. Sepertinya tempat ini mulai tidak aman." Ucap Arka.

Aku mengangguk tanpa penolakan. Arka menggendongku, entah mengapa rasa rasanya badanku terasa lemah. Aku terus memikirkan bayangan itu. Takut jika orang yang telah pergi kembali lagi.

Takut jika darah mengucur lagi, pikiranku menerjang kapasitas otakku. Befikir keras dan pada akhirnya berhayal pada hal yang aku khawatirkan.

***








Menurut kalian Sekar cocoknya sama siapa nih. Sama Kara apa Arka, cinta pertama, apa sahabat?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Part 1 nih, part 2 di up kapan nih. Bakal cepet up jika banyak yang vote dan komen. Aku butuh dukungan kalian. Jangan lupa kasih tau temen, kerabat, atau pacar sekalian juga gak papa untuk baca cerita ini. Terimakasih, salam dari aku.













My Mysterious Magic 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang