: οκτώ :

114 66 26
                                    

Perkataan somi barusan bukan saja membuat ryujin kaget namun winter pun demikian. Bahkan saat ini ia sedang menganga lebar dan menutupi mulutnya itu dengan kedua tangannya.

"Ryujin, lo kok gak bilang kalau punya permen limited edition?"

Winter mengangguk karena merasa telah terwakilkan dengan pertanyaan somi barusan kemudian ia melayangkan tatapan mengintimidasi pada ryujin.

"Lo gak mau berbagi ya?"

Ryujin yang merasa terpojokkan menjadi gelagapan. "E-eh, gak gitu..." Elaknya.

"Sorry ya, tadi lupa kasih soalnya letak permen nya di bawah jadi ketutup sama jajanan lain" Jelas gadis berambut pendek itu kemudian nyengir canggung karena merasa sebagai sosok teman yang pelit.

"Kalau kalian mau, ambil aja."

Kalimat terakhir yang diucapkan ryujin adalah hal yang paling ingin di dengar oleh somi dan winter. Mereka bahkan tidak terlalu mendengarkan penjelasan ryujin tadi.

Huh, dasar.

Somi yang memang sedang memegang bungkusan permen tersebut langsung membukanya tanpa ragu, gadis itu mengambil setengahnya lalu beberapa diantaranya ia berikan pada winter dan sisanya untuk dirinya sendiri.

"Kita ambil dikit doang kok, gue taruh ke tempatnya lagi ya"

Ryujin hanya mengangguk singkat dan melanjutkan bacaannya yang tadi sempat tertunda karena kehebohan yang disebabkan permen limited edition.

Sret

Tes

Mendengar suara tersebut ryujin lantas meletakkan handphone nya dan menatap somi dengan mata yang melebar, pun dengan winter yang kini sedang mengobrak-abrik tas miliknya agar menemukan kotak berisikan obat-obatan.

Tangan somi tersayat saat hendak mengembalikan bungkus permen tersebut ke dalam tas ryujin, dia tidak melihat bahwa ada sebuah pisau dapur yang tajam disana dan berakhir ia tersayat karena kurang teliti.

Dibandingkan itu, untuk apa ryujin membawa pisau dalam tas nya?











"Dek, nanti bilang ke mama kalau aku mau nginap di rumah teman ya." Pesan jungkook pada adik bungsunya.

Evelyn yang semula fokus pada kartun yang ditayangkan di tv lantas menoleh. "Memangnya mau ngapain?"

"Mau bahas tugas nih. Kamu abang tinggal di rumah sendirian berani kan, dek?"

Ah iya, bila sedang berbicara dengan si bungsu baik jungkook maupun somi sama-sama mengubah cara bicara mereka menjadi aku-kamu.

Yah, ada kalanya mereka berdua lupa mengubah cara bicaranya karena terbiasa menggunakan gue-lo.

"Berani dong, kan aku sudah besar" Jawab evelyn seraya tersenyum bangga.

Jungkook terkekeh sambil mengacak rambut adik perempuannya gemas. "Pintu sama jendela di kunci ya, kalau ada yang ketuk jangan di buka kecuali mama sama papa." Pesannya terakhir kali sebelum ia benar-benar pergi.

Setelah memastikan bahwa jungkook sudah jauh dari rumah barulah evelyn menggelengkan kepalanya. "Aneh" Ucapnya pelan.

Evelyn bisa dibilang sebagai orang yang paling akrab dengan jungkook dan somi, bahkan melebihi orang tua mereka. Kedua saudaranya itu lebih memilih menceritakan berbagai kejadian yang mereka alami pada evelyn, oleh karena itu mudah baginya menyadari kejanggalan pada abangnya.

Karena biasanya jungkook menjelaskan dengan detail kemana ia akan pergi, bersama siapa, dan kapan ia akan pulang.

Satu hal yang pasti, jungkook tidak pergi ke rumah temannya untuk membahas tugas. Sepertinya sih dia ke rumah taehyung untuk bermain game namun beralasan mengerjakan tugas agar diizinkan oleh orang tuanya nanti.

"Ckckck abang bohong ke orang yang salah"








Duk duk duk

Evelyn bangkit dari posisi rebahannya ketika mendengar suara aneh tersebut dari kamar di sebelahnya, kamar somi.

Setelah berpikir cukup lama akhirnya dia beranjak menuju kamar kakaknya itu untuk sekedar mengecek, tidak masalah dia kan sudah diajarkan bela diri.

Kosong.

Tidak ada siapapun, kamar somi masih rapi tanpa ada satupun barang yang berpindah tempat. Persis seperti sebelum somi tinggalkan.

"Kayaknya aku salah dengar" Ucap evelyn mencoba positive thinking, ia keluar dari kamar somi lalu menutup pintunya dengan perlahan.

Prang

Gadis kecil itu melotot dengan jantung yang berdegup kencang. Buru-buru dia melihat ke luar jendela untuk melihat siapa yang berani memecahkan kaca jendelanya.

Lagi-lagi kosong.

Bahkan tidak ada orang yang berlalu lalang di luar sana.

Si bungsu keluarga jeon mulai gemetar ketakutan, kaca jendela di lorong pecah karena dilempar seseorang atau mungkin sesuatu menggunakan batu bata. Bata tersebut kini juga sudah pecah menjadi beberapa bagian.

Duk duk duk

Lagi-lagi suara aneh itu terdengar, namun kali ini berasal dari gudang tepat di depan kamar somi. Evelyn menarik napas dan mencoba memberanikan diri sebelum berjalan dengan hati-hati agar tidak terkena pecahan kaca lalu memasuki gudang.

"...siapa?" Lirihnya gemetar

Prang

Guci di samping evelyn terjatuh dan pecah, beberapa pecahan guci tersebut terkena kaki evelyn membuat gadis kecil itu meringis.

Tidak banyak yang bisa dia lakukan, si bungsu kesayangan keluarga jeon hanya mencabut pecahan-pecahan yang semula tertancap di kakinya kemudian ia juga mulai mengumpulkan pecahan yang lain.

Ketika sedang sibuk dengan kegiatannya, tanpa sengaja ia melihat sekelebat bayangan hitam besar.

"AAAAAAAAAAAAAAA"

LOVE SIGN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang