: πέντε :

154 78 16
                                    

"Jangan ngambek ih, kita minta maaf deh" Bujuk winter untuk kesekian kalinya.

Somi tak menggubris, kebiasaan setiap dia lagi ngambek pada seseorang.

Tadi dia mimpi buruk dan itu sudah membuat mood nya menurun ditambah ryujin dan winter yang bersekongkol untuk membasahi wajah somi dengan air mineral dan meneriakinya tepat di dekat telinga.

Sebenarnya ia harus berterima kasih karena secara tidak langsung kedua sahabatnya itu telah menyelamatkannya dari mimpi buruk tapi ya tadi reflek ngambek kan kalau tiba-tiba bilang terima kasih bakal aneh ditambah somi juga gengsi.

Ngomong-ngomong soal mimpi buruk, kalau boleh jujur sih mimpi nya kali ini adalah mimpi buruk yang paling menyeramkan. Point yang membuatnya merinding adalah latar tempat di mimpi itu sama persis dengan gunung yang dia datangi ini.

Rasanya pengen pulang aja, tapi sayang soalnya sudah sejauh ini.

"Som, jangan melamun" Ucap ryujin memperingatkan, dia tidak ingin hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada sahabatnya yang sudah ia kenal bertahun-tahun itu.

Somi yang tadinya asyik melamun sedikit kaget karena ucapan ryujin. Gadis itu berdehem kemudian mengangguk. "Iya sorry. Anyway kalian dimaafkan"

"Yeay~"








Setelah sampai di tempat tujuan, rombongan tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok. Kebetulan kelompok somi berisikan lima orang yaitu dirinya, winter, ryujin, chaeryeong, dan minju.

Kelima gadis cantik itu kini tengah bersantai karena telah selesai membuat tenda, hal ini tak lepas dari peran chaeryeong dan ryujin yang memang digelar sebagai anak pramuka banget.

Sembari menunggu anak-anak lain selesai membuat tenda masing-masing, para gadis ini memutuskan untuk mengobrol agar semakin akrab.

Chaeryeong dan minju berada di kelas yang berbeda dengan mereka bertiga, ryujin mengajak chaeryeong bergabung karena mereka adalah teman yang cukup dekat dari ekstrakulikuler pramuka dan minju adalah sahabat chaeryeong.

"Lo blasteran?" Pertanyaan tersebut diajukan oleh minju kepada somi, sejak awal minju memang ingin menanyakan hal tersebut namun ia selalu menunggu waktu yang pas karena dia tidak akrab dengan somi.

"Yoi, korea-kanada"

Minju mengangguk paham lalu mereka berlima membahas topik lain namun somi hanya nimbrung seadanya saja karena sejujurnya dia masih was-was tentang mimpi buruknya.

Bahkan mimpi itu terlalu menyeramkan untuk di ingat dan mimpi itu...terasa seperti nyata.

"Perhatian!" Seruan bu windi membuat semua pasang mata kini terarah padanya.

"Okay berhubung semua tenda sudah selesai dibangun dan kalian juga sudah istirahat beberapa menit jadi kita langsung mulai kegiatannya ya" Jelasnya kemudian, hal itu mengundang berbagai macam reaksi mulai dari senang hingga kecewa karena mereka belum puas istirahat.

Somi tergolong bagian orang-orang yang senang akan hal yang baru saja diucapkan bu windi, namun ia hanya mengekpresikan rasa senangnya dengan seulas senyum.

Hari ini dia tidak ingin terlalu banyak tingkah seperti biasa, gadis itu tau setelah kegiatan pertama ini akan banyak rentetan kegiatan lainnya yang pasti akan menguras tenaga. Singkatnya dia hanya ingin menghemat tenaga.








Berhubung hari sudah mulai gelap, beberapa kelompok ditugaskan untuk memasak makan malam dan kebetulan kelompok lilac -kelompoknya somi- salah satunya.

Walau di gelar sebagai 'pencuri kue' di rumahnya, kemampuan masak somi tidak bisa diremehkan karena ia memang sudah diajarkan memasak sejak kecil. Bukan hanya dia saja tapi jungkook dan evelyn pun sama, kata sang mama memasak adalah ilmu dasar yang harus dikuasai oleh semua orang tanpa terkecuali.

"Somi, Chaeryeong, Mashiho, Nako, dan Sungchan istirahat aja dulu. Kalian sudah banyak bantu, sisanya serahkan sama kami aja okay?" Ucap choerry setelah mengambil alih sutil yang semula berada di tangan nako.

Mereka berlima mengangguk singkat dan mashiho memperingatkan anak-anak yang lain untuk fokus pada masakannya agar tidak gosong kemudian barulah mereka menepi, duduk di atas potongan kayu yang sepertinya memang sudah cukup lama difungsikan sebagai kursi.

Jarak antara tempat mereka duduk dengan hutan bisa dibilang lumayan dekat, hal itu membuat somi tidak bisa fokus pada percakapan beberapa teman seangkatannya itu.

Beberapa kali ia tanpa sadar melirik ke belakang dan disambut dengan gelapnya hutan serta pohon-pohon yang rindang. Ugh, kenapa harus duduk disini sih? dan kenapa pula ada gadis yang berdiri di balik salah satu pohon disana.

Eh?

LOVE SIGN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang