"Saya suka sama Kak Seran."
Seran berhenti mengetik. Menoleh ke sumber suara. Gadis yang baru saja mengutarakan perasaannya itu tidak berkedip ketika ditatap tajam oleh Seran.
"Normal suhunya," ujar Seran melihat angka di termometer digital yang beberapa detik lalu ia arahkan ke kening sosok di depannya.
"Siapa bilang saya sakit sih, Kak?" protes Lita menyingkirkan tangan Seran beserta termometernya.
"Itu barusan ngomong aneh."
"Kok aneh? Emang saya nggak boleh suka sama Kak Seran?"
Seran kembali menatap Lita penuh selidik. Setengah jam lalu, ia melihat Lita sedang sendiri di dalam kelasnya yang kosong. Teman-temannya sudah pulang. Gadis itu tengah melamun. Membuat Seran memutuskan mengajak Lita ikut ke klinik dengan dalih membantunya membuat laporan pelepasan jabatan sebagai ketua PMR.
"Ada yang ngancem lo lagi?" tanya Seran curiga.
Kejadian yang menimpa Lita belum lama berlalu. Dan, hari ini masih hari kedua Lita kembali masuk sekolah sejak Tania dan gerombolannya dilaporkan ke pihak sekolah dan kepolisian.
Lita menggeleng. "Kenapa?"
Seran mengerutkan dahinya bingung. Mengapa malah Lita yang bertanya "kenapa". Seran pun memilih tidak memedulikan Lita dan kembali mengetik laporannya.
"Kak, kok nggak dijawab? Saya suka sama Kak Seran. Kalau kita pacaran gimana?" Lita masih bersikeras dengan pernyataannya.
Seran menutup laptop dan mengusap wajahnya frustasi. Tahu Lita bakal aneh, ia tidak akan mengajaknya ke klinik.
"Ayo." Seran merapikan laptop dan memakai jas seragamnya.
"Kemana?" Lita bingung sendiri dengan ajakan tiba-tiba Seran.
"Ayo, nge-date."
*
Lita melirik Seran diam-diam yang sedang mendorong troli. Ia tidak tahu kenapa Seran mengajaknya ke supermarket dengan motor pinjaman, entah punya siapa, dari sekolah tadi.
"Lo boleh ambil apa aja," kata Seran membuat Lita ketahuan sedang meliriknya.
"Apa aja?"
"Iya, apa aja. Gue traktir." Seran menyumpal telinga kanannya dengan earphone.
"Serius, Kak? Nanti saya nggak tiba-tiba ditagih hutang dengan bunga sepuluh persen, 'kan? Riba dosa loh, Kak," cerocos Lita menguji kesabaran Seran.
Seran memejamkan mata sejenak, sebelum menjawab. "Iya, Lita."
Lita masih berdiri tidak bergerak sedikit pun. Dipandanginya Seran yang mulai berjalan mendorong troli. Ia masih tidak tahu maksud Seran mengajaknya ke supermarket.
"Perlu gue gandeng jalannya?" Seran menoleh melihat Lita yang hanya diam saja.
Lita meringis menghampiri Seran dan berjalan di sampingnya. Sesekali matanya melihat-lihat rak makanan yang dilewati.
"Kak Seran," panggil Lita yang hanya direspon naiknya alis Seran tanpa menoleh.
"Bukannya kalau pacaran emang pegangan tangan, ya?"
Pertanyaan Lita sukses membuat Seran menghentikan troli kosong yang didorongnya. Menatap Lita takjub dengan pertanyaan barusan. Namun, dirinya merasa tidak perlu menjawabnya. Seran malah mengambil beberapa jeli warna-warni dan meletakkan di troli.
"Saya nggak pernah pacaran atau nge-date, jadi nggak tahu deh," jelas Lita tanpa diminta. "Mau coba nggak, Kak?"
Tubuh Seran mundur beberapa senti melihat tangan Lita terulur ke arahnya. Demi apapun Seran tidak mengenal Lita yang ada bersamanya sekarang. Juniornya itu jadi lebih cerewet dan ekspresif, atau agresif?
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Paradise [COMPLETED]
Ficção Adolescente[PROSES PENERBITAN. PART MASIH LENGKAP] Lita terlalu sering menonton drama Korea. Hingga ia ingin menciptakan drama sendiri dalam kehidupan nyatanya. Kelima senior laki-laki misterius di sekolahnya yang tidak pernah terlihat tersenyum dan bersikap r...