Rasanya masih belum percaya dua bulan lagi setelah pengumuman hasil Ujian Nasional kelas dua belas selesai, Daffa akan benar-benar pergi ke Swiss, karena beasiswanya diterima di salah satu universitas besar di sana. Lita juga tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba memilih melanjutkan kuliah di luar negeri, padahal Kay, Seran, Advin dan Fiksa saja lebih memilih kuliah di sekitar Jakarta.
Daffa tidak pernah lagi membahas masalah perasaannya pada Lita. Lita merasa semua ini ada yang salah dan hilang dalam dirinya. Ia belum menjawab pernyataan Daffa saat dirinya memenangkan pertandingan basket setengah tahun lalu, walaupun Daffa memintanya menganggap pernyataan itu sebagai angin lalu. Hatinya memang belum menentukan bagaimana perasaannya pada Daffa, yang ia tahu saat bersama Daffa dirinya bisa tertawa lepas. Sepasang mata Daffa yang selalu ikut tersenyum saat bibirnya tersenyum, selalu bisa membuat kehangatan tersendiri. Dan, yang terpenting Daffa belum mengetahui alasan kenapa Lita tidak memakai gelang pemberiannya.
Tanpa sadar Lita melangkah menuju ruang musik. Dari dalam terdengar dentingan piano membuat Lita penasaran, dibukanya pintu ruang musik. Dan, ada Advin duduk di hadapan piano yang langsung menghentikan permainannya saat mendengar pintu terbuka.
“Kak Advin kok disini?” Lita menghampiri Advin.
“Nggak boleh?”
“Boleh aja sih, cuma heran aja kan kelas dua belas semuanya udah tinggal nunggu pengumuman UN.”
“Bosen dirumah,” kata Advin yang tangannya kembali menari-nari di atas tuts piano.
Lita serius memerhatikan permainan Advin. Advin sebenarnya tidak pernah merasa risih jika ada yang menontonnya bermain piano, di dekatnya mata Lita memang lurus melihatnya, tapi pandangan Lita kosong. Pikirannya entah sedang dimana.
“Apa kabar pacar lo?” tanya Advin yang tangannya masih menekuni tuts-tuts piano, menghasilkan nada-nada indah.
“Hmm?” Lita kembali dari lamunannya.
“Pacar? Saya nggak punya pacar.”“Udah putus?”
“Gimana mau putus kalo saya aja belum pernah pacaran sama sekali.”
Advin menghentikan permainan pianonya dan merubah posisi duduknya menghadap Lita.
“Kata Daffa, dia ngeliat elo pelukan di koridor depan kelas sama cowok.”
Mata Lita membulat kaget kemudian menghela napas berat.
“Ohh, itu… dia bukan pacar saya. Dia temen saya, Kak. Waktu itu kita lagi sama-sama minta maaf. Saya minta maaf karena nggak bisa ngebales perasaannya.” Lita pun menceritakan versi lengkapnya pada Advin.
Advin mengangguk-angguk paham mendengar cerita Lita yang jelas berbeda jauh dari cerita Daffa.
“Kak Daffa pasti salah paham.”
“Kalo dia salah paham emang kenapa?”
“Saya nggak mau Kak Daffa salah paham.”
“Kenapa?”
“Karena…” Lita terdiam, ia sendiri juga tidak tahu bagaimana menjelaskannya.
“Kak Daffa jadi pergi dua bulan lagi?” tanya Lita mengalihkan pembicaraan.
![](https://img.wattpad.com/cover/188315893-288-k221910.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost Paradise [COMPLETED]
Fiksi Remaja[PROSES PENERBITAN. PART MASIH LENGKAP] Lita terlalu sering menonton drama Korea. Hingga ia ingin menciptakan drama sendiri dalam kehidupan nyatanya. Kelima senior laki-laki misterius di sekolahnya yang tidak pernah terlihat tersenyum dan bersikap r...