"Kenapa harus kamu?"
_I'm Sorry, Good Bye!_
"ZAY!"
lelaki yang dipanggil Zay langsung terlonjak kaget, tak lupa ponselnya yang tadi digenggamannya kini sudah jatuh mengenaskan di atas lantai putih suci itu. Ia menatap seorang gadis yang tengah memejamkan matanya sambil bergumam, tak lama ia menyadarinya.
"Hey, bangun." Zay menepuk pipi gadis itu secara pelan, takut-takut menyakiti gadis itu.
Gadis itu membuka matanya dengan mengerjap berkali-kali. "Kamu-kamu," ucapnya menggeleng pelan, ia merasakan perih di bagian perut dan jantungnya.
"Aku di sini." Tatapan Zay berubah khawatir saat melihat wajah gadisnya yang sudah berderai keringat.
"Cuma mimpi," gumam Zia menghela napas lega, ia mencari posisi nyaman di-brankarnya, kemudian menatap Zay.
Lelaki itu tersenyum lembut membuat Zia berusaha mengingat mimpinya. Ah, ia ingat, saat dokter datang ke ruang kamarnya, ia tertidur direngkuhan Zay karena tak menyadari jika Dokter sudah menyuntikkan bius untuknya.
"Udah baikan?" Zia mengangguk pelan. "Kamu gak sekolah?" tanya Zia balik.
Zay menggeleng, kemudian mengambil ponselnya di lantai, memandang ponselnya dengan bibir mengerucut lucu. "Hari minggu ini," ujarnya pelan.
"Itu hape kamu kenapa bisa jatuh?" Zay menunjukkan ponselnya pada Zia.
"Gara-gara kamu teriak, aku kaget."
Gadis itu tertawa pelan melihat tingkah Zay yang menurutnya sangat menggemaskan. Jika hari ini hari minggu dan semua kegiatan rehat sejenak, maka ke manakah kedua orang tuanya dan saudara kembarnya, Zoa?
Tiba-tiba gadis itu merasakan nyeri diperutnya, ia sedikit meraba-raba perutnya sendiri, terasa ada yang menjanggal. "Aku ... udah operasi, ya?" tanyanya penasaran.
Flashback on
Zia enggan melepas Zay untuk pergi, ia takut jika yang mendonorkan adalah Zay. Entahlah pikiran dari mana itu. Ia memejamkan matanya hingga membuat air matanya menetes deras.
Lelaki itu mengisyaratkan Dokter untuk memberikan bius kepada gadisnya karena operasi akan dilakukan. Ini yang terbaik, Zay hanya ingin Zia-nya cepat sembuh dari penyakitnya.
Zay menghela napasnya pelan, lalu membenarkan posisi Zia sebelum akhirnya beberapa suster datang dan membawa brankar yang ditempati Zia keluar menuju ruang operasi. Mata Zay bisa melihat raut kekhawatiran yang kentara jelas dimata Zero dan Rea.
Beberapa jam kemudian, operasi telah dilaksanakan dengan lancar membuat ketiga orang yang menunggu itu menghela napasnya lega.
Dokter telah keluar sambil melepaskan masker medisnya. "Operasi berjalan lancar." Dokter menjeda sesaat, kemudian mengambil napas. "Tapi keadaan pasien kritis."
"Lakukan yang terbaik buat anak saya, Dok."
"Baik."
Flashback off
"Dibaca, Sayang," gemas Zay mencubit hidung Zia pelan karena Zia terus bertanya tentang kertas yang diberikan Zay.
Sejujurnya, Zia tak penasaran dengan isi kertas surat itu. Tapi karena ucapan Zay, mau tak mau ia membukanya.
To : My Twins
From: You TwinsHai twins.
Gimana? Pasti operasinya berjalan lancar, 'kan?
Gue tau lo kuat, bahkan disakiti berkali-kali aja masih kuat, hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, Good Bye! [END]
Teen FictionTakdir begitu jahat kepadanya. Gadis yang berpura-pura bahagia. Hidup yang dulunya nyaris bahagia, kini semuanya sirna. Rumah yang seharusnya menjadi istana baginya, kini berubah menjadi nerakanya. Ia menyerah, tetapi keadaan memaksanya untuk kuat...