☘ Delapan ~

809 89 31
                                    

"Kamu itu gemesin, aku suka."

●○●○●○●○

Setelah dua hari dirawat, kini Zoa sudah diperbolehkan untuk pulang. Ketiga orang berbeda jenis kelamin itu mulai memasuki rumahnya dengan canda tawa yang mengiringinya. Dengan tangan kekar milik Ayahnya yang merangkul mesra putrinya, dan Bundanya yang sesekali mengacak gemas rambut putrinya.

"Kamu itu, ya," geram Zero bernada canda, lalu mengeratkan rangkulannya membuat Zoa tertawa lepas.

"Duh, Ayah, Zoa susah napas." Zoa memukul pelan tangan Zero sambil tertawa.

Mereka bertiga menghiraukan keberadaan seorang gadis yang tengah menatapnya sendu. Zia, gadis itu sedari tadi berdiri di depan pintu dapur, tangannya meremas ujung bajunya hingga kusut.

Melihat kehangatan mereka, ia menjadi iri. Dengan penuh keberanian, ia melangkah pelan mendekati mereka, bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman lebar dan manis.

"Ay-"

"Bun, aku haus, pengin jus mangga," rengek Zoa tiba-tiba, Zoa dengan sengaja memotong ucapan saudara kembarnya.

Rea tersenyum mengusap lembut rambut Zoa, lalu beralih menatap Zia tajam. "Bikinin anak saya jus mangga, sekarang!"

Zia terdiam bisu, ia tengah berpikir dari mana ia mendapatkan buah mangga. Dan juga, sekarang bukanlah musim mangga, ingin beli ke supermarket, tetapi ia tidak memegang uang sama sekali, ia pun belum mengambil uang dari hasil usaha cafe-nya bersama Zay.

"Bun, boleh minta uang buat beli mangganya?" Gadis itu memberanikan diri menatap Rea dengan parau.

Rea mengerjap pelan, tahu akan arti tatapan itu, ia mengalihkan pandangannya, kemudian menyerahkan dua lembar uang berwarna merah kepada Zia dengan cara dilemparkan.

Zia tersenyum paksa, lalu mengambil uang Rea. Matanya menatap Zero yang kebetulan menatapnya juga, ia tersenyum manis membuat Zero tertegun. "Zia pamit dulu."

Suasana supermarket tidaklah ramai, namun ia harus berputar-putar terlebih dahulu mencari keberadaan mangga itu. Ia menghela napasnya lega saat menemukan mangga yang tinggal beberapa.

Saat tangannya ingin mengambil buah mangga tersebut, tiba-tiba tangan kekar seseorang lebih dulu mengambilnya. Zia menatapnya sedih.

Orang itu juga menatap Zia dengan menaikkan alisnya kaku. "Butuh banget, ya?" tanyanya dibalas anggukan oleh Zia.

"Buat lo aja. Gue cuma butuh satu, kok." Orang itu memberikan empat buah mangga kepada Zia, dan diterima baik olehnya, Zia tersenyum lega.

"Terima kasih."

Sejenak, orang itu terpaku dengan senyuman Zia yang tampak sangat manis, ia menggeleng pelan kepalanya, lalu mengangguk.

"Gue Leo." Leo mengulurkan tangannya kepada Zia, dan disambut oleh Zia.

"Aku Zia." Leo mengangguk mengerti.

"Aku pulang dulu, ya." Saat Leo ingin menjawab ucapannya, Zia terlebih dahulu berlari menuju kasir dan membawa mangganya.

"Cantik," gumam Leo menyeringai tipis.

●○●○●○●○

Setelah tadi Zia membuat jus mangga untuk Zoa, ia segera ke kamarnya. Sungguh melelahkan hari ini. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang kecil miliknya, menatap langit-langit kamarnya yang putih. Ingatannya masih teringat jelas perkataan Ayahnya yang 'tak sengaja melihat nilai sekolahnya.

I'm Sorry, Good Bye! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang