CHAPTER 13

189 33 2
                                    

Di rumah keluarga besar Diloknowarit semua anggota keluarga tengah berkumpul, suasana terasa agak menegangkan bahkan Win yang pecicilan pun terdiam kaku tak berani bertingkah. Semua ini dikarenakan berita yang dibawa oleh papanya tentang keteledoran Earth.

Earth sang biang keladi, duduk dilantai sambil mengangkat kedua tangannya sebagai hukuman dari papanya. Ia masih takut melihat aura kemarahan yang muncul dari daddy nya, Max. Rasanya ia ingin menangis dan masuk kembali ke dalam peti mati tempat ia tertidur dulu.

"Max, kau tidak perlu terus-terusan mengeluarkan tekanan berat seperti ini terus," ujar Tul lembut menenangkan suaminya sembari mengelus dada Max tanpa henti.

Max menoleh kearah Tul, ia memegang tangan istrinya,"katakan kenapa aku harus tidak marah mendengar istriku akan memasuki sarang anjing liar?" tanya Max penuh penekanan.

"Aku tau kamu khawatir sayang, tapi apa kau tidak melihat manfaat dari masalah ini?"

"Aku tidak membutuhkan manfaat bekerjasama dengan anjing liar," balas Max cepat.

"Sayang, kau inga-"

"tidak, aku tidak ingat, aku sudah melupakannya,"

"Sayang, dengarkan aku dulu," pekik Tul yang gemas ucapannya di potong terus oleh Max.

Max semakin mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Tul dan mendusel ke leher Tul mencoba menghirup aroma Tul untuk menenangkan dirinya, ia tidak ingin kehilangan kekasihnya, ia tidak ingin mengalami dipisahkan ratusan atau ribuan tahun lagi dari kekasihnya.

"Sayang, dengarkan aku," ujar Tul menarik wajah Max ke hadapan wajahnya. Ia mengecup bibir Max mencoba meringan ketegangan dari tubuh Max, "Tidak ada hal yang akan terjadi pada diriku, jika kau takut bagaimana jika kita meminta bantuan sang pelindung untuk menjadi penengah masalah ini?" tanya Tul.

Max semakin menegang, "apakah kau ingin menambah masalah sayang? jika kau memberiku pilihan, lebih baik kau berhadapan dengan anjing liar dari pada langsung berhadapan dengan orang tua kolot itu," ujar Max.

Tul terkekeh pelan, sepertinya keputusan menyebut sang pelindung cukup tepat. Dari semua hal yang dibenci oleh Max, para pelindung berada di urutan paling atas. Max membenci mereka karena para pelindung pernah menolak kebersamaan dirinya dengan Tul.

"Kalau begitu apakah kau mengzinkan ku bertemu mereka?" tanya Tul.

"Apa kau bercanda? kapan aku mengizinkanmu bertemu mereka?" tanya Max balik.

Tul memutar bola matanya gemas melihat tingkah suaminya.

"Tidak bisakah kau membiarkan masalah ini begitu saja, sayang," bujuk Max menarik Tul kepelukannya.

Tul membalas pelukan Max dan mengelus punggungnya, "sayang, bukan tanpa alasan aku melakukan ini," ujar Tul melepaskan pelukan Max perlahan. Ia memegang pipi Max sembari berkata, "aku melakukan semua ini demi putra-putra kita, sayang," lanjutnya lagi.

Max mendengus kesaal, tatapannya ia alihkan ke Earth yang masih setia duduk sambil mengangkat kedua tangannya.

Earth yang ditatap oleh Daddy nya menelan ludah, "Daddy, Earth minta maaf, jangan marah," rengek Earth seperti mau nangis.

Win yang tidak tahu duduk permasalahannya berbisik pada Gulf yang sedari memeluk bantal kursi, "Emang Earth ngelakuin hal apa sampai daddy marah banget?"

"Sssttt, nanti aja kau ceritakan," bisik Gulf balik.

Win menaikkan alisnya tak suka mendengar jawaban Gulf, ia yang kepo kembali berbisik pada Krist yang duduk disampingnya, "Phi, si Earth.."

Belum Win menyelesaikan pertanyaannya, Krist sudah memberikan tatapan tajam pada Win agar menutup mulutnya dan jangan berbicara padanya. Win yang mendapat tatapan maut kakaknya menelan ludah tak berani membantah tatapan penolakan Krist. Ia pun berbalik tak senang sambil mendumel dalam hati.

"Apa kau tahu kesalahanmu kali, Earth?" tanya Daddy sembari menekan Earth dengan auranya.

Earth yang tak kuat menahan takanan Daddynya mulai menangis, "Huhuhu, iya Daddy, Earth salah, huhuhu. Earth ngga bakal ngulangin lagi, huhuhu."

Tul mengelus pundak Max mengingatkan agar tak terlalu menekan putra bungsunya, "Max, jangan berlebihan, lebih baik kita cari solusi untuk masalah ini, kita tak mungkin membatalkan kesapakatan yang telah ku buatm" ujar Tul.

Max mendengus kasar, ia memahami dengan jelas ucapan Tul. Janji yang telah dibuat oleh sesama makhluk abadi tidak bisa diabaikan begitu saja, jika tidak maka akan menimbulkan peperangan antar makhluk abadi. Ia mengusap wajahnya kasar, ia tak menyangka sejak keluarga nya bangkit dari tidur panjang, ia langsung dihadapkan dengan masalah sesama makhluk abadi.

"Baiklah, besok kita temui mereka," putus Max akhirnya.

Tul langsung memeluk Max, "Aku tahu kalau kau yang terbaik," ujar Tul kesenangan karena sepertinya rencana nya akan berjalan dengan baik.

"Tapi meski kita bertemu dengan mereka, semua keputusan ada ditanganku, apa kau mengerti?" ujar Max menatap tajam belahan jiwanya. Tul menganggukkan kepalanya berulang kali sambil memberikan kecupan berulang kali diwajah Max, ia tidak peduli yang penting besok misinya terlaksana.

"Apakah besok Ohm perlu ikut?" tanya Ohm menyela keromantisan kdua orang tuanya.

Tul melepaskan pelukannya pada Max, "Tantu saja," jawab Tul.

"Kau harus ikut Ohm, ini bagus buatmu agar mereka bisa melihat penerus keluarga Diloknowarit," lanjut Max yang disetujui oleh Tul.

"Earth ngga ikut kan?" tanya Earth tiba-tiba.

"Kau si biang keladi harus ikut, ini sebagai pelajaran buatmu agar tidak bertingkah sembarangan lagi," jawab Tul.

Earth menciutkan tubuhnya mendengar jawaban Tul, padahal dia tak ingin ikut menemui masalah antar klan ini.

Tul menatap ketiga putra nya yang lain, ia mengalihkan pandangannya pada putra keduanya, "Krist, apakah papa bisa meninggalkan Gulf dan Win padamu?" tanya Tul.

Krist menatap papa nya dan menganggukkan kepalanya.

"Daddy tenang saja, Win janji tidak akan buat masalah, Win akan berangkat kuliah dan pulang tepat waktu seperti biasa," teriak Win.

Tul menatap putra ke empatnya yang hyperaktif, ia sedikit khwatir dengan putra nya yang satu ini, "Apakah papa bisa memegang janjimu, Win?"

"Ya, papa!" sahut Win semangat.

"Em, karena Gulf tidak mau merepotkan Phi Krist, Gulf boleh tid-"

"Kau tetap harus kuliah, Gulf" ujar Tul memotong ucapan Gulf.

Gulf mendumel mendengar ucapan papa nya yang se enaknya memotong perkatannya. Padahal ia sudah menyiapkan segudang alasan agar tidak kuliah selama kedua orang tuanya tidak ada, tapi tetap saja papi nya menyuruh dia kuliah.

Ughhh...

.

.

.

TBC

Kep. Riau, 27/05/2021

VAMPIRE FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang