" Aku tak peduli berapa banyak waktu lagi yang kupunyai. Yang kupikirkan hanyalah bagaimana terus melewatinya bersamamu."
Itu ten yang dulu.
" Maafkan aku ten. Aku tak sengaja melakukannya dan keterlaluan memperlakukan mu seperti itu " beber taeyong.
Ten membenarkan posisi duduknya.
Ia mengaca di spion depan membenarkan sedikit poninya yang berantakan. Mengusap peluh di ujung dahinya.
" Aku tak ingin kita membahas ini lagi. Kumohon. Aku tak pernah meminta apapun kepadamu kan tae? Jadi untuk kali ini saja. Anggap ini permintaan terakhirku. Dan pertemuan kita cukup sampai disini saja. Jika memang takdir mempertemukan kita lagi dimasa depan. Anggaplah kau tidak pernah mengenalku" ten hendak melepas seatbelt mobil. Sebelum ia membuka pintu mobil, ia menghadap taeyong.
" Ohya. Maafkan aku. Aku terlalu lemah jika sudah berhadapan denganmu. Aku harap kau selalu sehat. Dan bisa melupakan apapun tentang kita. Selamat tinggal "
Brak.
Bantingan ten pada pintu mobil taeyong.
Taeyong hanya terdiam mendapati penjelasan gadis yang teramat di cintainya pergi. Ia tahu. Ia tak bisa mempertahankan ten untuk kedua kali.
" Haishhhh. Bodoh sekali kau lee taeyong!!! Bagaimana bisa disaat sudah mempunyai kesempatan untuk berbincang dengan ten malah kau manfaatkan dia. Kau harusnya bisa mengontrol birahimu sendiri. Bodoh bodoh bodoh!!!" Taeyong menyumpahi dirinya sendiri dan memukulkan tangannya ke setir mobil lalu menundukkan kepalanya disana.Ten sudah duduk di tempat biasanya sejak beberapa menit yang lalu. Ditemani camilan berselera aneh favoritnya sambil memandangi salju diluaran.
" Dengan salju dan cuaca sedingin ini dan kau berada disini. Pasti ada masalah kan? " Suara yang membuyarkan lamunan ten.
" Hanbin. Sejak kapan kau ada disini? "
" Sejak tadi melihatmu sendirian dan melamun "
" Tumben sekali kau mau keluar dari persembunyianmu. Biasanya di cuaca seperti ini kau malas keluar " ledek ten
" Oh ayolah nona. Ini cafe umum. Apa aku tidak boleh membeli kopi? " Hanbin menggeser posisinya disamping ten.
" Well. Karena kau sendirian aku akan menemanimu menghabiskan camilanmu. " Tawar hanbin.
" Silahkan " jawab ten datar.
Hanbin menyeruput machiato nya.
" Ceritakan ten. Aku tau. Kau sedang gelisah."
Ten masih diam
" Aku tidak memaksamu. Tapi kau selalu tahu bahwa aku selalu ada untukmu dan bersedia mendengar keluh kesahmu. " Hanbin menawar.
" Hanbin.
Apa aku salah jika aku masih berharap pada taeyong? "
Pergerakan hanbin langsung intens.
Ia tahu. Taeyong pasti akan kembali pada ten. Hanbin mencemaskan keadaan ten. Pernah ten hampir melakukan hal yang membuat hanbin putus asa.
" Ten. Sudahlah. Kau hanya terkejut karena kedatangan taeyong. Kau yakin dia kembali karena ia mencintaimu? Kau yakin dia benar masih sendiri? Ingat konsekuensinya ten. Kau hampir sudah bisa melupakannya. Jangan karena ia datang padamu kau jadi lemah.
Aku tahu kau mencintainya lebih dari apapun. Aku tahu dia cinta pertamamu. Bahkan aku yang sudah dari kecil mencintaimu saja tak bisa menggantikannya. Aku bukannya melarangmu untuk itu. Hanya saja aku sudah tak ingin melihatmu menderita oleh nya. Lebih baik kau mulai menata urusunamu di masa depan. Lagipula sebentar lagi kau akan lulus. Katanya kau ingin meneruskan seni mu. Kau tahu aku akan terus mendukungmu. Kemarilah!"
Ten bergerak menuju hanbin. Hanbin merentangkan tangannya. Mereka berpelukan." Kau sudah merasa baikan? Hubungi kapanpun kau membutuhkanku. Aku disini agar kau tidak goyah. Aku pamit" hanbin mengusak rambut ten. Ten mengangguk dan melambaikan tangannya.
Joe sudah menanti kepulangan ten sedari tadi. Kondisi kucing itu berangsur membaik.
Ketika ten mengecek stok makanan kucing ten, ia baru sadar ternyata sudah hampir habis. Ia menghubungi hanbin untuk menemaninya besok membeli makanan kucing di swalayan. Padahal hanbin sudah menawarkan di kliniknya. Ten tak suka terus merepotkan hanbin, apalagi hanbin pasti akan memberinya cuma-cuma. Toh ia juga harus membeli beberapa deterjen untuk mencuci baju yang sudah menumpuk itu.Ten telah cukup untuk mengisi troli dengan barang belanjaannya. Ia mengajak hanbin ke lorong dimana tempat makanan berada sambil mendorong trolli belanjaannya.
Ten yang mengendus bau odeng bakar sontak menarik lengan hanbin dan memintanya untuk membelikan odeng itu. Ia sangat menikmati cemilan itu hingga hanbin dibuatnya gemas dengan gembungan di pipi ten akibat ia menyantap banyak odeng dalam mulutnya. Ten berhadapan dengan hanbin ketika ia melihat taeyong dan seorang wanita. Wanita yang membuatnya pergi dari kehidupan cintanya dengan taeyong. Ia melihat tangan wanita itu sedang menggenggam lengan taeyong. Wanita itu melirik ke arahnya tanpa taeyong tahu dan membuat ten berhenti mengunyah.
" Kenapa tak kau lanjutkan tennie? " Hanbin heran
" Ayo kita ke kasir saja " ajak ten. Ia membayar odeng itu pada ahjumma yang menjualnya.
" Kenapa ekspresimu berubah ten?" Habin bertanya sambil membawa trolli ten.
Ten menggelengkan kepalanya.
Hanbin meninggalkan ten sebentar ketika ia menyadari ten masih dibelakangnya.
Ia kembali pada posisi ten. Ten terdiam mematung karena ada seseorang yang menghalanginya.
Hanbin memanggilnya dan bertanya siapa dia.
" Ten,
Ayo. Siapa dia?"Hi. Lagi hectic ama real life. Jadi maap up nya kek telat banget.
Terus keknya part ini dikit bgt hehe. Gpp drpd seminggu aku ga update apa²
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion and Rose |TaeTen|
RomanceBe like a dandelion. Whenever they fall apart, they start again, have hope.