"Kau tetap nakal ya? Keluar dengan cuaca sedingin ini. Tapi tidak mengenakan tutup kepala.."
Ten menoleh kearah suara yang berbicara padanya, ia yakin karena disana tak ada orang lain selain ten.
"Kau..." Ucap ten terperangah mendapati sosok pria dengan aksen cool namun tetap rapi.
Ia menurunkan masker dan tersenyum tipis. Membuat detak jantung ten sejenak berhenti. Lalu membuyarkan lamunannya, ia tau benar ia tidak sedang bermimpi. Mana mungkin ia tidur di mini market.
" Hai. Bagaimana kabarmu? " Tanya pria berambut ash grey seleher.
Ten diam saja.
" Mengapa diam saja? " Sahut pria itu kembali.
Tanpa pikir panjang lagi ten membuka pintu mobilnya berharap pria itu dapat mengerti tindakan yang diambil ten agar ia cepat pergi dari hadapannya.
Namun salah, pria itu lebih dulu menghadang pintu mobil yang akan ia tutup dan menarik lengan ten untuk menghadapnya.
" Hei. Aku menanyakan kabarmu, bahkan belum sempat kau jawab kau sudah akan pergi. Setidaknya jawab lah dahulu " pinta pria itu.
Ten menghela nafas. Menyiapkan kata-kata. Baiklah. Ia akan merespon pria ini. Toh ini tidak memakan waktu yang lama. Setelahnya ia harus segera pulang.
" Seperti yang kau lihat kan. Aku..." Ten ingin melanjutkan ucapannya. Meski terbata. Mengumpulkan kekuatan untuk kembali menjawab pertanyaan pria itu.
"Baik-baik saja!"
" Sudah. Aku sudah menjawab pertanyaan ku. Aku harus segera pergi " pamit ten.
Pria di depannya tercengang.
" Kau tetap akan menghindariku seperti ini ten??" Batin pria itu bertanya-tanya.Ten meletakkan coatnya di gantungan dekat pintu kamarnya. Ia segera merebahkan tubuhnya diranjang dan bernafas panjang.
Kedua tangannya menutupi wajahnya yang tidak ia poni. Mengingat-ngingat. Bagaimana bisa pria itu kembali ke hadapannya. Ya. Pria yang selama ini hampir membuatnya putus asa. Pria yang ingat dan kenangan dengannya ingin ia kubur dalam-dalam. Kalau tuhan memberi kesempatan. Ini andaian ten. Ia ingin amnesia. Tanpa harus ada pemulihan agar tak mengingat apapun. Tapi ia sadar. Apapun masalahnya ia tidak ingin bersikap impulsif. Logis. Bisa saja dia gegar otak jika memaksakan.
"Aarghhhhh"
Ten menghentakkan tangan dan kakinya di ranjang yang memiliki kasur empuk.
Ia ingin tidur saja.**
Katolk..
Terdengar bunyi notif kakao talk di handphone berwarna abu itu.
Ten membuka matanya perlahan melihat siapa yang mengiriminya pesan.
Ternyata dari hanbin. Sahabat setianya sekaligus dokter hewan yang sabar merawat joe.Hanbin:
Tenniee ...
Aku tebak kau sedang ada dikasur sekarang.
Sial dia selalu tau saja, batin ten.
Oiya jangan lupa untuk membawa joe kedalam mood yang baik. Beri obatku dan campurkan saja ke dalam susunya.Ten:
YaaaaHanbin:
Tuhkan kebiasaan sikap cuek mu.
Membuat ku lebih gemas.Ten:
Jangan berisik!!
Aku akan segera memberi vitamin itu pada joe.
Kembalilah bekerja dokter!Hanbin:
Pasti kau lupa lagi ini hari apa.?Ten:
Memang ini hari apa?Hanbin:
Tuhkan. Kau yang selalu lupa hari membuatku ingin selalu disampingmu tenಠ_ಠ. Agar hari harimu hanya ada diriku itu tak apa, daripada kau terus menerus menjadi pelupa. Siapa yang akan menjagamu?. Hehe 😁.(bercanda)
Ini kan akhir pekan. Klinikku libur.Ten:
Ya ampuun hanbin. Aku lupa. Aah. Mungkin terlalu banyak pikiran juga.Hanbin:
Apa? Kau kenapa? Kau memikirkan apa? Sayangku kenapa? 😱Ten:
Hanbin lebay mulai menampakkan dirinya 🙄.
Ini akhir pekan. Selamat bersenang-senang!Hanbin:
Ah, benar.
Kau mau kopi?Ah aku lupa kau alergi kopi.
Ten:
Dasar gila. Lihat tampang narsismu itu.!Hanbin:
Hahahah. Anggaplah asupan pagi hari. 😜
Baiklah. Kau juga harus bersenang-senang sayang. Jangan terlalu stres.
Kirimkan foto joe. Aku merindukannya.Ten:
Joe tidak rindu padamu 😜.
Lihat ekspresinya ㅋㅋㅋAkhir pekan memang identik dengan keluarga yang sekedar berkumpul untuk acara makan-makan. Atau sekedar menyeduh mint tea sambil menikmati salju diluaran. Seperti yang ten lakukan saat ini. Menikmati teh mint nya dengan cheese cookies di samping teh min itu. Terdengar aneh bukan? Mengapa cookies keju harus bersanding dengan teh min nya. Bukan ten kalau tidak memiliki selera aneh.
Pikirannya mengembalikan pada sore di maldives." Tolong tetap seperti ini "
Menikmati matahari terbenam dihamparan tanah yang luas, bersama ilalang, belukar-belukar yang bergoyang tertiup angin.
Kepala yang saling berdekatan, tangan yang melingkar di pinggang masing-masing, mata yang sama-sama tertutup.Ten kembali menyeruput teh nya yang mulai mendingin. Ya, benar. Apa yang dikatakan hanbin, setidaknya seperti ini saja membuat pikiranku rileks. Hingga terdengar langkah kaki yang mendekat ke arah mejanya.
" Takdir.
Kita bertemu kembali ten..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion and Rose |TaeTen|
RomanceBe like a dandelion. Whenever they fall apart, they start again, have hope.