Mello

115 44 6
                                    

"Taeyong..." Ten tak percaya lagi.
" Syukurlah kau masih bisa mengingat dan mengeja namaku dengan benar" goda taeyong.
Ten segera meneguk habis teh nya agar ia bisa cepat-cepat menghilang di hadapan taeyong.
" Permisi aku harus pergi " sambung ten.
" Hei. Tidak boleh. Kita sudah terlanjur bertemu!" Cegah taeyong memegang bahu ten. Bukan ten jika tidak keras kepala. Dengan langkahnya yang cepat ia melesat dari toko itu.
Ia memang sambil berlari, hingga dirasa sosok yang baru ditemuinya tadi tidak benar-benar mengikutinya.
"Huhhh. Huuhhhh.
Sial. Di cuaca sedingin ini aku malah berkeringat" rutuk ten dengan nafas tersengal akibat berlari.
Ia mengemudikan mobil nya. Entah. Untuk saat ini ia masih belum menemukan tujuannya. Yang jelas tidak pulang ke apartemennya. Untung saja ia sudah menyediakan double porsi untuk joe nya jaga-jaga ia pulang terlambat.
Di tengah jalan, pikirannya masih belum fokus.
"Aargghh. Harus kemana aku ini?"
Ia melajukan pedalnya saat akhirnya tanpa babibu lagi ia memarkirkan mobil dibawah pohon ek depan rumah bercat coklat pastel yang halaman rumahnya tampak hamparan salju sedikit memenuhi.
Tanpa memencet bel pemilik rumah. Ten langsung masuk tanpa permisi. Mungkin ini sedikit kurang sopan. Tapi ia tak peduli. Toh ia sudah sangat mengenali pemilik rumah ini.
"Hyunggg!" Pekik ten berhambur ke dalam pelukan Seo yang sedang menikmati film di akhir pekannya.
"Aduhhh. Kau ini mengagetkanku saja!"
"Ada apa dengan dongsaeng hyung kali ini?? Apa hanbin belum berhenti mengganggumu?" Tanya seo sambil mengusak punggung ten. Ya lebih tepatnya mengusak coat ten mungkin? 😂 Karena ia saja belum melepaskan coatnya semenjak masuk rumah ini.
" Ah. Coat mu sedikit basah. Taruhlah di gantungan itu. Kau ini kebiasaan" ucap seo sedikit uring-uringan.
" Ah baiklah. Aku lupa hehe"
Setelah meletakkan coatnya.
"Jadi???..." Seo sengaja memulai agar ten mau menceritakan masalahnya.
" Dia..." Ucap ten setengah terbata, pantulan di matanya menunjukkan bahwa air bening dari sana siap-siap untuk tumpah
" Taeyong? " Tanya seo.
" Dia kembali...." Ten mengangguk, tidak tahan lagi ia menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.
Seo yang ada disampingnya segera memeluknya san mengusak rambutnya perlahan.
" Tenanglah..
Hyung ada disini menjagamu.
Takkan kubiarkan seorangpun kembali apalagi hanya untuk menyakitimu. Tenang ya.. " memang. Tidak ada yang paling menenangkan selain pelukan dari hyung nya meskipun ten dan seo bukan sedarah.
Selisih umur ten dan seo berjarak 3 tahun. Orang tua ten mengadopsi seo yang dipikir memang pada saat itu ibu ten sulit memiliki anak. Awalnya orang tua ten mengadopsi seo hanya untuk menjadi anak pancingan sampai ibu ten mengandung lalu mengembalikannya ke panti asuhan. Namun sampai ten lahir kedunia niatnya di wurungkan. Ia sudah menyayangi seo sama seperti ten yang anak kandungnya. Kini peran ibu sekaligus kakak sudah dirangkap oleh seo yang bernama lengkap Seo Johnny. Karena ibu ten sudah meninggal sejak dua tahun yang lalu akibat diabetes nya.
Ia tau kelemahan ten apa. Ia tau hal apa yang ia sukai sampai hal terkecil yang paling ia benci. Ya. Taeyong termasuk daftar hal yang di benci ten. Seo tidak tahu ada masalah apa antara keduanya. Namun ia rasa ten sudah cukup dewasa untuk menghadapi masalah. Kecuali ia sudah benar-benar tak bisa mengatasi barulah ia pergi ke hadapannya. Yang ia tahu dulu sebelum semua ini terjadi, taeyong dan ten adalah pasangan yang saling mencintai dan menyayangi. Hingga tahun terakhir membuat ten memutuskan relasinya dan apapun yang berhubungan dengan orang yang inisial ty itu. Padahal rencana taeyong dulu sudah hampir melamar ten.

 Padahal rencana taeyong dulu sudah hampir melamar ten

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dandelion and Rose |TaeTen|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang