Scenario; The Entrance [16]

96 25 1
                                    

"Terima kasih atas kerja kerasnya hari ini ...!!!" Seluruh staf membungkukkan tubuhnya, termasuk Daisu yang bergabung dengan mereka. Saat ini sudah memasuki jam istirahat terakhir untuk syuting hari itu. Hari ini merupakan hari kedelapan mereka menetap di Shibuya untuk melakukan syuting tahap selanjutnya yang memang bertempatan di kota tersebut.

Seluruh staf beserta aktor dan aktris tinggal di sebuah penginapan besar selama tiga minggu. Setelah mengambil waktu istirahat satu jam untuk memangkas, memeriksa, dan mengedit sebagian kecil hasil syuting hari itu sambil makan malam, mereka akan kembali ke penginapan menggunakan bus besar yang memang disewa untuk keperluan film.

[Name] merapatkan jaket Daisu yang dipinjamkan untuknya mengingat cuaca cukup dingin malam itu. Padahal ia sudah membawa sweater tebal, tetapi pakaian itu tak membantu banyak. Sementara jauh di sana, Daisu terlihat tak terganggu meskipun hanya mengenakan kaus hitam dan celana putih favoritnya, terus bergerak luwes membantu membagikan makan malam untuk para aktor. 

Ramuda, sang penata rias pun terlihat aktif membantu juga. Setelah membereskan pakaian bersama beberapa staf, ia bergabung untuk membantu selagi para staf makan malam. Sosok itu terlihat paling bersinar di antara orang-orang itu meskipun pekerjaannya begitu melelahkan, terus menimbulkan tawa dan keceriaan. [Name] bersyukur dengan keberadaannya meskipun ia belum lama ini mengenal Ramuda.

"[Name]." Suara Gentaro mengetuk lamunan [Name] yang tengah memerhatikan kumpulan staf yang telah memulai makan malam mereka. Pria itu berdiri di dekatnya, menyerahkan boks makan malam untuknya. "Untukmu."

Tersenyum hangat, [Name] menerima boks makanan tersebut. "Terima kasih, Gentaro-san." 

Sejak mereka berpindah lokasi ke Shibuya, Gentaro mulai menyetujui permintaan [Name] agar ia mengenakan pakaian kasual yang lebih mudah digunakan dan dapat membuatnya mudah bergerak. Saat ini, Gentaro mengenakan mantel panjang cokelat muda dan celana hitam yang membalut kedua kakinya. Selama seminggu ini, sedikit banyak [Name] agak merindukan penampilannya dengan pakaian super-repot itu, tetapi bagaimanapun ini dilakukannya agar proses syuting lebih mudah.

Gentaro segera duduk di kursi lipat di sebelahnya, membuat posisi nyaman menghadap layar rekaman. Surai cokelatnya yang lembut tersapu angin malam, terlihat anggun dan senyap. Netra hijaunya yang begitu cantik pun fokus menatap layar. Keberadaannya semakin membuat [Name] nyaman sejak mereka saling terbuka pada tempo hari. 

"Bisa kita lanjutkan?" Beberapa staf yang bergabung bersama [Name] dan Gentaro telah kembali duduk di atas kursi lipat, menunjuk layar rekaman kecil untuk memeriksa hasil syuting. Gentaro menoleh ke arah [Name], seolah meminta izin dari gadis sutradara tersebut. [Name] mengangguk pelan. "Tentu. Ayo lakukan."

###

Seperti biasa, Daisu memberikan laporan harian kepada pihak agensi selama perjalanan pulang melalui telepon. Ia menelepon di bagian depan bus, sengaja menjauh dari para staf dan pemain yang tengah beristirahat agar tak terganggu. Lokasi penginapan dibuat tak begitu jauh dengan lokasi syuting. Sebagian besar staf dan pemain terlelap, mengistirahatkan sejenak tubuh mereka. 

"[Surname]-nee-san," panggil Ramuda yang duduk di belakang [Name], mengetuk bahunya pelan. "Kau mau?" Ia menyodorkan kotak pokki stroberi yang sudah terbuka, menawarkannya pada [Name].

[Name] menggeleng pelan. "Terima kasih, Amemura-san. Tapi, bukankah gula akan memicu keaktifanmu? Apa kau tidak akan kesulitan istirahat jika terus mengonsumsi gula?"

"Oh! Benar juga, hehehe." Ramuda menyeringai, lantas mengambil stik pokki lainnya. "Ini yang terakhir."

[Name] mengulas senyum kecil sebelum mengembalikan fokusnya pada buku yang digenggamnya. Ia kembali membaca, sebelum Ramuda kembali menyambar pertanyaan lainnya. "Apa yang kaubaca, [Surname]-san?" 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Scenario; Yumeno GentaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang