Scenario; The Make Up [10]

119 35 0
                                    

Oh, mungkin ini adalah pertama kalinya dalam rekam jejak dunia perekaman: pemberi sponsor berupa food truck adalah seorang staf sendiri. Jika biasanya sponsor serupa diberikan oleh fans atau sesama rekan aktor untuk memberi dukungan, maka kali ini Amemura Ramuda, sang periaslah yang akan memberikannya sendiri.

"Sebelum memulai set hari ini, ada baiknya kita semua mengisi perut dulu, 'kan?" Sosok bersurai merah muda dengan gradasi ungu itu menghampiri [Name]. "Aku yakin sedikit camilan tak akan mengganggu sama sekali."

"Ah, tentu. Yah, meskipun aku sudah meminta para staf untuk mengisi perut mereka sebelum datang ..." [Name] mengedarkan pandangannya untuk memastikan reaksi para staf dan pemainnya. Mata semua orang tertuju padanya, menunggu keputusannya. Terkecuali Daisu, kedua netranya tak terlepas dari truk berisi kedai makanan tersebut.

[Name] menepukkan kedua tangannya. "Ah, baiklah. Apa semuanya sudah sarapan? Atau setidaknya jika kalian lapar, silakan isi perut kalian terlebih dahulu. Aku akan memberi waktu lima belas menit sampai set pertama dimulai," tuturnya, kembali menggoyangkan gulungan kertas. Selepas para staf mengembuskan napas dengan lega, [Name] kembali menatap sosok di hadapannya.

Daisu adalah orang pertama yang melepaskan kerinduannya pada pria bertubuh kecil tersebut. Ia memeluknya erat, bahkan memutar-mutar tubuh ringan Ramuda. Gentaro menyusul dengan pelukan singkat yang erat, sama-sama menyapa satu sama lain dengan kehangatan. Selepasnya, Daisu permisi untuk bergabung dengan staf lainnya yang mengambil cemilan dan minuman hangat yang disediakan food truck.

[Name] tersenyum ramah. "Amemura-san? Senang bertemu denganmu," tuturnya, menyodorkan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan Ramuda. Sosok pria bertubuh kecil itu mengangguk, balas menggenggam tangan kanan [Name] dengan kedua tangannya. "Aku juga! Sejujurnya, ini pertama kalinya aku mendapatkan pekerjaan dengan projek film sebesar ini."

"Ah? Ini bukan projek yang besar kok." [Name] dan Gentaro secara kebetulan mengucapkan kalimat yang sama. Keduanya bertukar pandang canggung sebelum [Name] memotong, "Oh! Ma-maksudku, tentu ini projek film yang besar berdasarkan adaptasi dari novel Gentaro-san, tetapi dengan penangananku dalam bentuk film ini sebagai sutradara, rasanya tidak akan sefenomenal novelnya."

"Aku seharusnya yang bilang begitu," sahut Gentaro, tersenyum. "Ramuda-san, kau sudah lihat film pendek karyanya bukan? Tidakkah kau pikir film itu menakjubkan?"

"Mhm!" Ramuda mengangguk-angguk. "Kalian berdua melakukan pekerjaan yang baik, jadi kupikir ini adalah film projek yang besar. Kalian tidak seharusnya rendah hati seperti itu!" Pria bertubuh kecil itu menyodorkan dua buah gelas kertas sekali pakai. "Ini, ambillah. Untuk semangat kalian berdua hari ini."

"Oh?" [Name] dan Gentaro bertukar pandang sebelum mengambil gelas kertas tersebut. Matcha latte hangat yang terdapat di dalamnya merupakan bagian dari konsumsi yang disediakan food truck yang dibawa Ramuda.

Ramuda tersenyum senang menatap kekompakan sutradara dan novelis tersebut. "Kalau begitu, aku akan bersiap-siap di ruang tata rias. Aku duluan, [Surname]-chan. Lalu Gentaro, karena saat ini kita sama-sama memiliki kesibukan, aku harap kita bisa mengobrol nanti.

"Ooh!" Lagi, kedua insan itu berseru bersamaan setelah mencicipi seteguk minuman hangat yang dipegang keduanya. "Rasanya benar-benar hangat dan membuatku nyaman ..." [Name] tersenyum lembut, meniup pelan minumannya. "Gentaro-san, bagaimana menurutmu? Aku berpikir untuk membawakan minuman hangat untuk para staf setiap pagi. Aku hanya meminta mereka mengonsumsi sarapan masing-masing dan menyediakan konsumsi makan siang dan malam saja, jadi ... ah, terima kasih pada Amemura-san, aku terpikir akan hal ini."

[Name] menatap Gentaro yang tak disangkanya tengah melamun memperhatikannya. "Gentaro-san, kau mendengarkanku?"

Gentaro merogoh sakunya, mengeluarkan selembar sapu tangan berwarna hijau. Ia mengusap pelan area mulut [Name]. Ia tak mengatakan apapun setelahnya, membalik sapu tangan itu dan memasukkannya ke dalam kantung pakaiannya seolah tak terjadi apa-apa.

Scenario; Yumeno GentaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang