Salam prolog semuaa.
Ini bakal menjadi prolog panjangg dalam sejarah ceritaku. Karena jarang banget bisa bikin prolog panjang, wkwk.
Siap untuk berpisah?
Hampir sampai!
Dikit lagi!
Aku berlari sekuat tenaga. Tapi kenapa rasanya masih jauh saja?! Ingin aku berhenti berlari, tetapi aku masih dikejar. Ya udahlah, tinggal dikit lagi, ayo Yaya! Berusahalah! Jangan kecewakan Halilintar!
Ku ulur tanganku ke depan. Dikit, dikit, dikit lagi. Aku berhasil memegang gagang pintu, aku tersenyum kecil. Akhirnya--
Jleb!
Seketika mulutku memuntahkan darah. Dan orang yang menusukku semakin mendalam kan tusukannya. Otomatis, aku semakin memuntahkan darah. Rasa sakit dan perih di perut tak bisa ku tahan.
"Yaya!"
Dor!
Gebrak!
Aku juga ikut tumbang bersama orang yang telah menusukku. Tanganku berhasil membuka pintu. Aku tersenyum kecil melihat pintu keluar sudah terbuka. Haha, aku berhasil, walaupun nyawaku menjadi korban.
"Ya?" Kurasakan Halilintar menaruh kepalaku di pahanya.
"Bertahan, bertahanlah dikit lagi, Taufan sedang memanggil ambulans."
Kalau bisa Hali, kalau bisa, aku akan melakukannya dengan sekuat tenaga.
Tapi-- ini sudah sakit sekali, darahku terus keluar, aku seakan kehabisan darah.
"Tahan, kau bisa kan menahannya?" Sedih, aku bisa merasakannya.
Aku mengangguk pelan. Nafasku tersengal-sengal, aku memegang luka perutku. Banyak darah, huh, inikah takdirku? Mati? Secepat ini aku harus meninggalkan dunia?
Sibuk menatap darah di tangan, tiba-tiba aku merasakan tetesan air mata. Halilintar menangis? Aku menatapnya, dan dia sibuk mengusap matanya.
Perlahan, tanganku bergerak mengusap pipinya. Menenangkan dia, dan itu berhasil. Dia terdiam, mungkin dalam pikirannya dia mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Tangan yang aku gunakan untuk mengusap pipi Halilintar, memberi isyarat agar jangan nangis. Tapi dia menangis, bahkan lebih deras tangisannya. Dia menggenggam tanganku, lalu mencium tanganku diiringi dengan tangisannya.
"Jangan pergi, ku mohon, jangan tinggalkan aku."
Tangisannya membuatku ikut ingin menangis juga. Kesedihannya menular padaku. Maaf ya Halilintar, aku tak bisa menenangkan mu jika begini. Padahal jika sedih begini, aku akan menenangkan mu.
Ucapan Halilintar soal jangan meninggalkan nya, aku tak ingin.
Tetapi apakah aku bisa bertahan?
"YAYA!!"
Serempak kami berdua noleh, dia tetap memegang tanganku dan mengelus-elus tanganku membuatku jadi tenang. Ying, Fang, dan si kembar berlari kepadaku. Aku melihat kekhwatiran dan sedih di wajah mereka terutama Ying.
Ying langsung memegang lenganku. "Kamu baik kan Ya?" Aku mengangguk.
"Ya-- hiks.. kenapa harus kamu sih? Kenapa-- hiks.. harus secepat ini? Aku baru saja kehilangan Gopal, dan sekarang harus kehilangan kamu?!" Aku meringis mendengar teriakannya.
"Santai Ying," ucap Fang sembari mengelus punggung Ying.
"Gue nggak bisa santai,"
Disaat semua sibuk membicarakan ku, aku tak sengaja melihat ada seseorang yang ingin menembak Halilintar dari belakang.
Aku ingin menyelamatkannya!
Aku berusaha untuk duduk tegak. Tak peduli Halilintar aneh dengan sikapku, yang penting aku harus menyelamatkannya!
Orang itu sudah menarik pelatuk pistol. Tapi aku bersyukur, aku akhirnya bisa duduk dengan tegak, tapi bagaimana cara menyingkirkan Halilintar? Ah! I got idea!
Aku mendorong Halilintar ke samping. Dan saat itulah-- aku yakin, aku akan mati hari ini juga. Anak peluru itu menembus tepat di kepalaku.
"Yaya!"
Kasian baru menetas, harus hiatus, wkwk😂
Konflik ringan? Insyallah.
Karena cerita sebelah konfliknya berat:(.
Aku nangis, huhu🙂 scene paling sedih waktu Yaya bilang jangan nangis. Emang nangis sesaat, tapi entah kalau dibaca lagi, pasti nangis lagi.
Jangan lupa untuk selalu nunggu.
Salam hangat
13 Juni 2k21-- See You In 1 Jan --
KAMU SEDANG MEMBACA
Tʜᴀɴᴋs, Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ! [ ʰᵃˡⁱˡⁱⁿᵗᵃʳ × ʸᵃʸᵃ ]
Teen Fiction[ Terdapat cuplikan di Aku atau Dia ] ❝Tʜᴀɴᴋs, Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ!❞ -Yᴀʏᴀ ••• Ini adalah kisah hidup si gadis bisu dengan cerita cintanya maupun kehidupannya. ••• Endingnya? Mari kita membaca cerita ini bersama-sama untuk mengetahui bagaimana endingnya. ...