"Eh, kak Hali, hmm.."
Halilintar terus mendekat ke mereka berdua. Sorot matanya sangat ingin meminta penjelasan atas ucapan Solar. Yaya hanya bisa meneguk ludah dan menatap takut kepada Halilintar. Ia menyenggol lengan Solar, mengisyaratkan ke Solar melalui tatapannya.
Solar langsung mengerti tatapan Yaya. "Itu kak, Yaya susah move on dari Solar." Alis Halilintar naik, "memangnya dia suka sama kamu?"
Solar tertawa kikuk. "Iya, udah lama juga."
Entah kenapa jawaban Solar membuat dia emosi. Dia tidak boleh Yaya-nya suka pada kembaran yang lain. Iya, tidak boleh.
"Oh, ok." Jeda dua detik, mereka berdua menghela nafas tapi Halilintar membuka suara lagi. "Yaya dipanggil ayah-bunda, aku disini untuk menjemputnya."
Yaya menatap Solar sebentar, yang ditatap hanya bisa menghela nafas. Solar membalikkan badan, "setelah selesai, bawa Yaya kesini lagi kak." Halilintar tersenyum sinis, "ya, akan aku bawa Yaya lagi kesini."
"Ayo Ya.." sambil mengulurkan tangannya.
Yaya menatap ragu-ragu Solar seperti keberatan. Solar mengacuhkannya, perasaannya sedang berperang sekarang dan dia tidak mau menatap Yaya ataupun Halilintar. Yaya menghela nafas lalu ia menerima uluran tangan Halilintar. Halilintar langsung menariknya.
Yaya meneguk ludah, tarikan Halilintar seperti menyalurkan emosi di dalamnya. Yaya ingin memberontak, dia kesakitan, tapi dia tidak berani. Dan untung saja, handphone Halilintar di tengah-tengah perjalanan berbunyi, Halilintar langsung melepasnya. Yaya mengintip sedikit, hatinya berdenyut kesakitan saat tau siapa yang menelfon Halilintar.
"Kamu bisa sendiri kan?" Yaya mengangguk.
Halilintar langsung pergi ke kolam renang rumah Yaya. Yaya tersenyum pedih, sakit dan kecewa menjadi satu. Tapi Yaya tak mau terus larut dalam kesedihan, ia cepat-cepat pergi ke ayah-bunda si kembar.
Ternyata di ruang keluarga sudah kumpul papa-mama Yaya dan ayah-bunda si kembar. Mereka semua bercengkerama ria. Lalu Yaya duduk di dekat mama-nya. Semua mata tertuju pada Yaya.
"Halilintar mana?" tanya Silla, bunda si kembar.
"Tadi dia dapat telfon, Yaya disuruh sendiri kesini akhirnya."
Silla menghela nafas. "Anakmu satu itu sepertinya memang menyukainya. Jadi kita tetap memakai rencana awal, Mas." Yaya mengerutkan alis, rencana awal apa?
Bunga dan Bahran, papa-mama Yaya, tersenyum melihat Yaya kebingungan dengan ucapan Silla. Yaya menatap kedua orangtuanya, meminta penjelasan. Tapi Bunga mengangkat bahunya, tertawa kecil karena Yaya cemberut.
"Yaya, sebelumnya kami minta maaf karena ini mendadak dan sepertinya berat bagimu."
Yaya mengangguk kikuk, ini sepertinya ada hal yang penting banget.
"Ada apa ayah?"
Amato tersenyum. "Kami berniat menjodohkanmu dengan para kembaran." Yaya membelalakkan matanya dan mulutnya menganga, terkejut sekali dengan ucapan Amato.
"Tapi—"
"Kami tau kakak kaget dengan ucapan Amato. Alasan kami menjodohkan kakak karena kalian sudah dekat sejak kecil. Jadi kami tidak bisa menjauhkan kakak dengan para kembaran."
Amato mengangguk menyetujui ucapan Bahran. "Betul, tapi kecuali Halilintar, dia tidak akan kami jodohkan karena dia sudah suka sama siswi lain. Jadi kami sepakat hanya adik-adik Halilintar saja."
Ok, Yaya tidak tau harus bagaimana lagi. Yaya fine saja jika para kembaran menyukainya dengan konteks kecuali Halilintar. Tapi kalau dijodohkan, ini rumit sekali. Bagaimana, bagaimana bisa satu wanita menikahi enam pria?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tʜᴀɴᴋs, Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ! [ ʰᵃˡⁱˡⁱⁿᵗᵃʳ × ʸᵃʸᵃ ]
Teen Fiction[ Terdapat cuplikan di Aku atau Dia ] ❝Tʜᴀɴᴋs, Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ!❞ -Yᴀʏᴀ ••• Ini adalah kisah hidup si gadis bisu dengan cerita cintanya maupun kehidupannya. ••• Endingnya? Mari kita membaca cerita ini bersama-sama untuk mengetahui bagaimana endingnya. ...